TEL AVIV, EKOIN.CO – Ketegangan politik di Israel memuncak ketika ribuan warga turun ke jalan di Tel Aviv menuntut diakhirinya perang Gaza serta meminta kesepakatan pertukaran tawanan. Bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan pecah di beberapa titik, memicu kekhawatiran akan ancaman perang saudara. Bergabung di WA Channel EKOIN
Aksi protes besar-besaran ini memblokir Jalan Ayalon, salah satu jalur utama kota. Para demonstran membakar ban, memicu asap hitam yang membubung di langit Tel Aviv sebagai bentuk kemarahan atas kebijakan pemerintah yang dinilai memperpanjang perang di Gaza.
Gelombang kemarahan kian memanas saat sekelompok massa menyerbu studio Channel 13 saat siaran program populer. Mereka menuntut penghentian perang dan pemulangan tawanan Israel dari Jalur Gaza.
Aparat keamanan menurunkan pasukan berkuda untuk membubarkan massa. Polisi mengejar pengunjuk rasa yang mencoba memblokir jalan-jalan strategis, dan beberapa demonstran dilaporkan ditangkap di pusat kota.
Ketegangan meningkat setelah kelompok Yahudi radikal bersenjata sayap kanan mengancam akan menembaki para demonstran anti-perang. Ancaman ini menambah suasana genting di tengah krisis politik dan keamanan yang membelit Israel.
Ancaman Hukum terhadap Netanyahu
Pada hari sebelumnya, para ibu dari tahanan Israel melancarkan ancaman hukum terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Mereka menilai kebijakan militer yang hendak menduduki sisa Gaza dapat membahayakan nyawa putra-putra mereka yang ditawan.
Dalam aksi di pusat Tel Aviv, para ibu tersebut menyatakan bahwa jika Netanyahu melanjutkan rencana militernya, maka “tangannya akan berlumuran darah para sandera dan tentara yang tewas.” Mereka mendesak pemerintah fokus pada kesepakatan pertukaran, bukan memperluas operasi militer.
Seruan mereka juga mencakup ajakan untuk menggelar pemogokan umum di seluruh Israel. Tujuannya adalah melumpuhkan roda ekonomi negara sebagai bentuk tekanan terhadap pemerintah agar segera mengakhiri perang.
Media lokal melaporkan bahwa kelompok ini bukan hanya terdiri dari keluarga tawanan, tetapi juga masyarakat sipil yang menentang eskalasi konflik. Dukungan terhadap gerakan mereka kian meluas di tengah meningkatnya korban perang.
Netanyahu hingga kini belum memberikan tanggapan langsung atas tuntutan tersebut. Namun, tekanan dari dalam negeri terus membesar, sementara dunia internasional juga mulai menyoroti situasi internal Israel.
Ketegangan Politik dan Potensi Perang Saudara
Pengamat menilai, bentrokan di Tel Aviv dan ancaman dari kelompok bersenjata sayap kanan menjadi sinyal awal kemungkinan pecahnya perang saudara. Polarisasi tajam antara kubu pendukung perang dan kubu anti-perang semakin terlihat.
Kondisi ini memunculkan kekhawatiran bahwa konflik internal dapat melemahkan posisi Israel di panggung internasional, khususnya di tengah operasi militer di Gaza yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Protes kali ini menjadi salah satu yang terbesar sejak awal eskalasi perang Gaza. Intensitas aksi semakin tinggi seiring meningkatnya jumlah korban jiwa di kedua belah pihak.
Selain bentrokan fisik, retorika kebencian di media sosial juga meningkat. Aktivis pro-perang dan anti-perang saling melancarkan ancaman, memperkeruh suasana politik.
Di tengah situasi ini, kepolisian memperingatkan potensi serangan bersenjata terhadap demonstran. Keamanan di lokasi-lokasi strategis Tel Aviv diperketat untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Aksi pemblokiran jalan dan pembakaran ban mengganggu aktivitas warga, menambah ketegangan di kota yang biasanya menjadi pusat ekonomi Israel. Beberapa pusat perbelanjaan terpaksa ditutup lebih awal demi keamanan.
Sejumlah tokoh masyarakat menyerukan dialog nasional untuk meredakan ketegangan. Namun, upaya ini masih terhambat oleh perbedaan pandangan yang tajam terkait perang Gaza.
Situasi di Israel kini dipantau ketat oleh komunitas internasional. Beberapa negara sekutu mulai mengeluarkan peringatan perjalanan bagi warganya yang hendak berkunjung ke negara tersebut.
Jika tidak ada langkah konkret meredakan ketegangan, para analis memperingatkan potensi kerusuhan yang lebih luas. Krisis politik, sosial, dan keamanan dapat berubah menjadi konflik internal berskala besar.
Kondisi Israel yang memanas memerlukan langkah diplomasi dan kebijakan yang bijak agar perang saudara dapat dihindari. Pemerintah harus mengutamakan keselamatan warganya di atas agenda politik jangka pendek.
Kepolisian dan aparat keamanan harus memastikan perlindungan setara bagi semua pihak, tanpa membiarkan ancaman kekerasan dari kelompok radikal berkembang.
Masyarakat diharapkan tetap menjaga aksi protes dalam koridor damai, agar pesan mereka tersampaikan tanpa memicu kericuhan.
Pemerintah sebaiknya segera menggelar perundingan intensif dengan perwakilan keluarga tawanan dan kelompok masyarakat sipil.
Diplomasi internasional dapat menjadi jalan keluar, dengan memanfaatkan mediasi negara-negara mitra untuk menekan agar perang segera dihentikan.
Krisis politik yang berlangsung di Israel saat ini memperlihatkan rapuhnya kohesi sosial di tengah perang Gaza.
Benturan kepentingan antara kelompok pro-perang dan anti-perang menjadi faktor utama meningkatnya tensi di lapangan.
Langkah represif aparat, meski dianggap perlu, juga memicu kritik karena dianggap membatasi kebebasan berpendapat.
Jika perang terus berlanjut, dampaknya bukan hanya pada Gaza, tetapi juga stabilitas internal Israel.
Perdamaian dan kesepakatan diplomatis menjadi kunci menghindari kehancuran lebih besar. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v