Dusseldorf EKOIN.CO – Klub sepak bola Jerman, Fortuna Dusseldorf, pada Selasa, 5 Agustus 2025, resmi membatalkan rencana transfer striker tim nasional Israel, Shon Weissman. Keputusan itu diambil setelah gelombang protes dari para penggemar klub terkait pernyataan kontroversial sang pemain di media sosial mengenai konflik Gaza.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Manajemen Fortuna Dusseldorf menyatakan bahwa pembatalan transfer dilakukan demi menjaga harmoni internal klub serta menghormati nilai-nilai yang dijunjung oleh komunitas penggemar. Sebelumnya, Weissman telah menyelesaikan tes medis dan mencapai kesepakatan nilai transfer senilai €500.000 dari klub Spanyol, Granada.
Reaksi penolakan terhadap Weissman berawal dari unggahan media sosialnya pada Oktober 2023. Dalam unggahan tersebut, ia mempertanyakan mengapa “200 ton bom belum dijatuhkan ke Gaza” serta menulis komentar sadis terhadap tahanan Palestina dengan kalimat, “Kenapa mereka belum ditembak di kepala?”
Komentar lain Weissman yang memicu kontroversi adalah tindakannya menyukai beberapa unggahan yang menyerukan penghapusan Gaza dan menyatakan bahwa “tidak ada orang tak bersalah di Gaza.” Kendati unggahan tersebut sudah dihapus, rekam jejak digitalnya tetap menyebar luas dan memicu kecaman publik.
Weissman kemudian memberikan klarifikasi bahwa pernyataannya ditulis dalam “kondisi emosional” saat konflik berlangsung. Ia juga menyebut bahwa para penggemar klub tidak sepenuhnya memahami konteks dari pernyataannya tersebut.
Pernyataan lanjutan dari Weissman justru menambah panas polemik. Banyak pihak menilai klarifikasi itu tidak mencerminkan penyesalan, melainkan menyalahkan publik atas interpretasi terhadap komentar pribadinya.
Petisi daring yang diluncurkan para pendukung Fortuna menyatakan bahwa komentar Weissman “tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan” dan bertentangan dengan prinsip keberagaman yang dijunjung klub. Petisi tersebut telah ditandatangani ribuan pendukung hanya dalam waktu dua hari.
Pihak manajemen klub menyebut keputusan ini merupakan bagian dari komitmen untuk menjaga kenyamanan seluruh anggota tim dan komunitas. Mereka juga menekankan bahwa klub menolak segala bentuk ujaran kebencian, baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Dalam pernyataan resminya, Fortuna Dusseldorf menegaskan bahwa klub tidak akan melanjutkan proses transfer Weissman meskipun kontrak secara prinsip telah disepakati. Klub juga akan melakukan evaluasi lebih ketat terhadap calon pemain di masa mendatang.
Media lokal Jerman, Rheinische Post, melaporkan bahwa kegagalan transfer ini menjadi perhatian federasi sepak bola Jerman (DFB) karena menyoroti pentingnya etika dalam dunia olahraga profesional.
Weissman sendiri belum memberikan tanggapan lebih lanjut usai pembatalan transfer tersebut. Namun, beberapa media Israel menyebut bahwa Weissman kini tengah mempertimbangkan tawaran dari beberapa klub di Asia dan Timur Tengah.
Situasi ini juga menjadi sorotan internasional karena melibatkan isu sensitif yang berkaitan dengan konflik Israel-Palestina. Banyak pihak menyerukan agar para atlet menjaga sikap profesional, terutama dalam penggunaan media sosial.
Dikutip dari laporan DW Sports, kasus Weissman menjadi pelajaran penting bagi klub Eropa dalam menyikapi posisi sosial pemain terhadap konflik politik. Klub-klub kini lebih waspada terhadap rekam jejak digital pemain, terutama terkait isu kemanusiaan.
Organisasi penggemar Fortuna Dusseldorf menyampaikan terima kasih kepada manajemen karena mendengarkan aspirasi mereka. Mereka menegaskan bahwa klub harus menjadi ruang aman bagi semua pendukung dari berbagai latar belakang.
Pengamat sepak bola Jerman, Sven Gärtner, mengatakan bahwa kasus ini bisa menjadi preseden bagi klub lain dalam mengatur etika komunikasi pemain. “Apa yang terjadi pada Weissman menunjukkan bahwa publik kini semakin peka terhadap pernyataan yang mengandung unsur kebencian,” ujarnya.
Konflik di Gaza sejak 2023 memang telah menimbulkan dampak luas, termasuk dalam dunia olahraga. Banyak atlet dan tokoh publik terlibat polemik akibat pernyataan terkait isu ini, baik di media sosial maupun dalam wawancara resmi.
Manajemen Fortuna memastikan bahwa mereka kini tengah mengalihkan fokus untuk mencari penyerang baru sebelum jendela transfer musim panas ditutup. Mereka juga menegaskan bahwa kejadian ini tidak akan mengganggu persiapan tim menyambut Bundesliga musim 2025/2026.
Keputusan klub mendapat apresiasi dari berbagai komunitas, termasuk kelompok advokasi HAM, yang menyatakan pentingnya menjaga ruang olahraga dari ujaran yang mengancam nilai-nilai kebersamaan dan keadilan.
Kasus ini menegaskan pentingnya tanggung jawab sosial pemain sebagai figur publik. Apa yang ditulis di media sosial dapat membawa konsekuensi besar, termasuk pembatalan karier di klub besar.
kasus Shon Weissman menunjukkan bahwa dunia olahraga tidak terlepas dari pengawasan publik atas nilai kemanusiaan. Klub sepak bola, sebagai entitas sosial, memiliki tanggung jawab untuk menjaga prinsip etika dalam semua aspeknya.
Kesadaran akan pentingnya menghormati hak asasi manusia di ruang olahraga semakin menguat. Suara penggemar yang menolak ujaran kebencian menjadi kekuatan untuk menegakkan prinsip-prinsip tersebut.
Pemain sepak bola kini dituntut menjaga perilaku, bukan hanya di lapangan, tetapi juga dalam kehidupan pribadi yang terekam di media. Kesalahan dalam bertutur dapat merusak reputasi dan karier secara signifikan.
Klub-klub besar juga harus memperkuat sistem penyaringan terhadap latar belakang calon pemain agar tidak menimbulkan kontroversi serupa di masa mendatang.
Dunia olahraga bisa menjadi sarana perdamaian dan toleransi bila semua pihak menjaga nilai kemanusiaan dan menghormati keberagaman dalam setiap tindakan. ( * )