Jakarta, – EKOIN – CO – — LMaraknya kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), termasuk yang menimpa publik figur dan kalangan pejabat, mendorong Perhimpunan Perempuan Lintas Profesi Indonesia (PPLIPI) DKI Jakarta untuk angkat bicara. Melalui Ketua Umum DPP PPLIPI DKI Jakarta Devita Rusdy dan Ketua DPC Jakarta Pusat Angelique Verina, organisasi ini menyerukan pentingnya keberanian, kreativitas, dan kemandirian ekonomi bagi perempuan agar dapat keluar dari lingkaran kekerasan.
“Sekarang ini apa-apa cepat viral. Banyak perempuan yang jadi korban KDRT, bahkan dari kalangan elit. Karena itu, kita harus bangkit. Perempuan harus kreatif, bisa membantu ekonomi keluarga, dan punya keberanian keluar dari lingkungan yang toksik,” tegas Devita Rusdy, usai pelantikan pengurus DPC PPLIPI Jakarta Pusat di Restoran Rumah Putih, Cempaka Putih, Jakarta, Minggu (3/8).
Devita menekankan bahwa ketergantungan ekonomi adalah salah satu faktor utama yang membuat perempuan sulit lepas dari kekerasan dalam rumah tangga. Karena itu, PPLIPI akan menggencarkan program pelatihan keterampilan dan wirausaha.
“Kita akan adakan pelatihan seperti merangkai bunga, membuat kerajinan tangan, membuka akses UMKM, dan memanfaatkan media sosial untuk berjualan. Kami ingin perempuan memiliki nilai ekonomi dan kepercayaan diri, agar tidak lagi bergantung,” jelasnya.
Selain pelatihan, PPLIPI juga menyiapkan langkah advokasi nyata. Organisasi ini berkomitmen menyiapkan saluran pengaduan khusus serta menggandeng tokoh-tokoh hukum seperti Hotman Paris dan Sunan Kalijaga untuk membantu proses hukum dan pendampingan bagi korban KDRT.
“Saya pribadi sangat menolak kekerasan. Banyak perempuan bertahan karena tidak tahu harus ke mana. Kita tidak bisa hanya menyalahkan mereka. Kita harus jadi jembatan agar mereka berani bertindak. Jangan korbankan hidup dan martabat hanya karena cinta atau anak,” tambah Devita.
Sementara itu, Ketua DPC PPLIPI Jakarta Pusat, Angelique Verina, menyoroti pentingnya menjaga martabat dan perilaku di ruang publik. Menurutnya, harga diri perempuan tidak hanya hak, tetapi juga tanggung jawab.
“Perempuan harus menghargai dirinya sendiri agar orang lain juga menghargainya. Kita punya tanggung jawab moral sebagai contoh untuk generasi selanjutnya,” ujar Angelique, yang juga pengusaha kuliner dan pemilik Restoran Rumah Putih.
Angelique juga mengungkapkan rencana untuk mendirikan rumah singgah perempuan serta memperluas kegiatan sosial PPLIPI di wilayah Jakarta Pusat. Rumah singgah ini ditujukan sebagai tempat aman sekaligus pusat pemberdayaan perempuan korban kekerasan.
“Kami ingin menciptakan ruang aman bagi perempuan. Tidak hanya sekadar berlindung, tapi juga untuk membangun kembali mental dan keterampilan mereka,” ujarnya.
Ke depan, PPLIPI DKI Jakarta akan memperkuat sinergi dengan berbagai lembaga pemerintahan dan komunitas akar rumput. Visi besarnya adalah menghadirkan perempuan Indonesia yang kuat, mandiri, dan bermartabat, tidak hanya di Jakarta tapi di seluruh Indonesia.
“Menjadi perempuan bukan berarti lemah. Dengan solidaritas, pendidikan, dan pemberdayaan, perempuan bisa berdiri tegak, bebas dari kekerasan, dan menjunjung martabatnya,” pungkas Devita.



























