Moskow – EKOIN.CO – Sistem pertahanan udara Patriot buatan Amerika Serikat kembali menjadi sorotan setelah gagal menghadang rudal balistik canggih milik Rusia dalam pertempuran di Ukraina. Kegagalan ini memicu kekhawatiran di kalangan militer Barat dan mempertanyakan efektivitas sistem yang selama ini dijadikan andalan.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Laporan Wall Street Journal menyebutkan, seorang pejabat Ukraina yang tak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa rudal Rusia kini memiliki kemampuan manuver tinggi sehingga sulit terdeteksi radar sistem Patriot. Ia tidak menjelaskan secara rinci jenis rudal yang digunakan oleh Rusia tersebut.
Menurut laporan tersebut, rudal-rudal tersebut semakin canggih, membuat sistem pelacakan Patriot kewalahan dan berkurang efektivitasnya dalam medan perang yang kompleks. Sistem ini juga mulai kehilangan kepercayaan dari beberapa pihak di Eropa.
Di tengah situasi ini, negara-negara Eropa mulai mempertimbangkan alternatif lain. Salah satu kandidat kuat adalah sistem rudal Samp/T, hasil pengembangan perusahaan patungan Prancis-Italia, Eurosam. Sistem ini dinilai lebih unggul dalam mendeteksi dan melumpuhkan target modern.
Samp/T jadi solusi baru pertahanan udara
Sistem Samp/T diklaim memiliki kemampuan radar yang jauh lebih canggih dibandingkan Patriot. Radar barunya dapat mendeteksi ancaman hingga radius 350 kilometer serta menembakkan rudal ke segala arah, sebuah keunggulan signifikan di tengah kompleksitas medan tempur saat ini.
Keunggulan lainnya adalah efisiensi operasional. Sistem Samp/T hanya memerlukan 15 operator, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan 90 personel yang dibutuhkan untuk mengoperasikan satu unit baterai Patriot, seperti dilansir dari Wall Street Journal.
Meski begitu, pasukan Ukraina menyampaikan beberapa kekhawatiran mengenai kinerja sistem Samp/T. Namun, menurut seorang pejabat pertahanan Italia, Samp/T telah menerima “umpan balik positif” dari Kiev terkait kemampuannya di lapangan.
Peningkatan minat terhadap Samp/T menunjukkan adanya pergeseran pandangan negara-negara Eropa mengenai sistem pertahanan udara yang lebih fleksibel dan efisien di tengah situasi geopolitik yang tidak menentu.
Para analis pertahanan Eropa melihat kemungkinan berkurangnya ketergantungan terhadap sistem buatan AS, terlebih dengan ketidakpastian politik di Washington terkait kelanjutan dukungan militer ke Ukraina.
Patriot tetap didorong AS ke Ukraina
Di tengah kekhawatiran itu, mantan Presiden AS Donald Trump tetap mengumumkan pengiriman 17 sistem Patriot ke Ukraina pada hari Senin. Namun, pernyataannya menimbulkan kebingungan karena tidak dijelaskan apakah jumlah itu merujuk pada sistem lengkap atau hanya komponen tertentu.
Trump juga menekankan agar negara-negara anggota NATO di Eropa ikut membeli senjata buatan AS untuk mendukung Ukraina. Pernyataan ini mengundang berbagai tanggapan dari pejabat tinggi Eropa.
Diplomat senior Uni Eropa, Kaja Kallas, menyambut baik bantuan Patriot dari AS namun juga mengingatkan bahwa Washington harus turut berbagi beban logistik dan biaya pengiriman sistem tersebut ke medan tempur.
Meski AS terus mengampanyekan penggunaan Patriot, ketertarikan Eropa terhadap alternatif seperti Samp/T tidak dapat diabaikan. Pergeseran ini menunjukkan dinamika baru dalam strategi militer kolektif NATO di tengah perang yang berkepanjangan.
Sementara itu, Rusia terus mengecam pengiriman senjata Barat ke Ukraina. Menurut Moskow, tindakan tersebut hanya memperpanjang konflik tanpa mengubah hasil akhirnya secara signifikan.
Dalam berbagai kesempatan, Rusia menilai bahwa sistem pertahanan yang dikirimkan ke Ukraina justru memperkeruh situasi dan mempersulit tercapainya solusi damai antara kedua negara.
Beberapa analis melihat bahwa kegagalan sistem Patriot di lapangan bisa menjadi titik balik dalam evaluasi sistem pertahanan udara global, terlebih dalam menghadapi rudal berkecepatan tinggi dan berkemampuan manuver.
Meningkatnya penggunaan rudal hipersonik oleh Rusia serta tantangan radar konvensional menambah tekanan terhadap negara-negara Barat untuk segera berinovasi dalam teknologi pertahanan.
Situasi ini juga memperlihatkan bagaimana ketergantungan pada satu jenis sistem bisa berisiko di tengah teknologi militer yang berkembang cepat. Diversifikasi sistem menjadi pertimbangan serius di kalangan militer Eropa.
Jika Samp/T benar-benar terbukti lebih efektif, maka ini akan menjadi langkah penting bagi Eropa untuk mengurangi ketergantungan terhadap industri pertahanan Amerika Serikat.
Di sisi lain, kerjasama teknologi antara negara-negara Uni Eropa juga diharapkan meningkat agar mereka tidak tertinggal dalam pengembangan sistem pertahanan udara generasi berikutnya.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa perang Ukraina bukan hanya medan tempur fisik, tetapi juga ajang kompetisi industri pertahanan global untuk menunjukkan keunggulan teknologi masing-masing.
Dalam perkembangan ke depan, keberhasilan atau kegagalan sistem seperti Samp/T dan Patriot akan sangat menentukan arah kebijakan militer di kawasan Euro-Atlantik.
dari situasi ini menunjukkan bahwa sistem Patriot yang selama ini menjadi tulang punggung pertahanan udara Barat menghadapi tantangan besar dari rudal canggih Rusia. Kegagalan dalam mencegat rudal balistik ini dapat memicu pergeseran strategis di negara-negara NATO.
Selain itu, munculnya alternatif seperti Samp/T dari Prancis-Italia menjadi penanda bahwa teknologi pertahanan perlu beradaptasi dengan dinamika ancaman baru. Efisiensi dan kemampuan sistem menjadi fokus utama negara-negara pengguna.
Ketegangan geopolitik juga memperkuat pentingnya otonomi pertahanan Eropa, khususnya dalam menghadapi ketidakpastian dukungan dari AS. Hal ini menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi regional dalam bidang militer.
Rusia tetap memainkan perannya sebagai aktor dominan yang mampu mengubah arah pertarungan melalui inovasi teknologi rudal. Kemampuan manuver tinggi rudal mereka menjadi tantangan utama bagi sistem radar konvensional.
negara-negara NATO perlu mempercepat evaluasi dan modernisasi sistem pertahanan udara mereka. Pengembangan radar yang lebih sensitif dan sistem intersepsi serba guna menjadi prioritas jangka pendek.
Selain itu, kolaborasi teknologi antara anggota NATO dan mitra strategis perlu diperluas agar tidak terjadi stagnasi dalam pengembangan sistem pertahanan baru. Ketergantungan terhadap satu negara produsen akan melemahkan fleksibilitas strategis.
Peningkatan anggaran untuk riset dan pengujian senjata pertahanan juga menjadi langkah penting. Negara seperti Italia dan Prancis bisa memimpin inisiatif ini dalam kerangka kerja sama Uni Eropa.
Perlu juga dilakukan integrasi data real-time antar negara NATO untuk mempercepat respons terhadap ancaman udara. Teknologi AI dan sistem pengawasan berbasis satelit harus dimaksimalkan untuk akurasi deteksi.
Akhirnya, transparansi dalam pengadaan dan distribusi sistem pertahanan harus ditingkatkan agar tidak menimbulkan kebingungan seperti yang terjadi dalam pernyataan Presiden Trump. Kejelasan informasi sangat penting di tengah situasi perang yang dinamis. (*)