Sweida, EKOIN.CO – Keputusan gencatan senjata baru antara komunitas Druze dan pemerintah Suriah di kota Sweida telah diumumkan pada Rabu, 16 Juli 2025. Gencatan ini dicapai setelah bentrokan sektarian sengit yang menelan banyak korban jiwa. Sheikh Yousef Jarbou, pemimpin spiritual Druze, menyatakan bahwa perundingan berhasil di tengah tekanan pasukan Suriah yang terus mendekat .
Pada hari yang sama, Israel melancarkan serangan udara terhadap markas Militer Suriah di Damaskus. Aksi ini sebagai respons atas kekerasan yang menghantam minoritas Druze di selatan Suriah. Pesawat tempur Israel dilaporkan membombardir area kementerian pertahanan dan kompleks istana presiden, menyebabkan kerusakan signifikan
Menurut keterangan resmi dari IDF, serangan tersebut dilancarkan untuk melindungi komunitas Druze yang banyak berbatasan dengan wilayah Israel, serta mencegah infiltrasi pasukan pemerintah menuju daerah Druze . Israel Katz, Menhan Israel, menegaskan bahwa operasi ini akan terus berjalan hingga pasukan Suriah benar-benar mundur dari Sweida
Kesepakatan Gencatan Senjata dan Dampaknya di Sweida
Gencatan senjata diumumkan setelah perjanjian yang sebelumnya runtuh pada malam sebelumnya. Sheikh Jarbou menyampaikan lewat media negara bahwa persetujuan baru ini berlaku seketika Akan tetapi, saksi Reuters mencatat pelanggaran senjata masih terjadi setelah kesepakatan awal .
Sebanyak 248 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan – termasuk militan dan warga sipil dari kedua kubu Selain itu, pemerintah Turki dan Uni Eropa menyerukan perlindungan bagi warga sipil, sementara AS meminta penarikan pasukan untuk menurunkan ketegangan
Masyarakat lokal menyatakan, “kami ingin hidup aman tanpa rasa takut,” demikian salah satu perwakilan warga Sweida melalui saluran lokal, menggambarkan kebutuhan mendesak akan stabilitas pasca-konflik.
Intervensi Israel dan Tanggapan Internasional
Serangan Israel menandai pergeseran dari “peringatan” menjadi tindakan tegas. Israel Katz menyampaikan lewat X bahwa “pukulan menyakitkan telah dimulai” dan peringatan tersebut bukanlah ancaman kosong .
Dengan lebih dari seratus serangan udara sejak Desember 2024 di wilayah Suriah, termasuk beberapa sasaran di Sweida dan Damaskus, Israel menegaskan komitmennya untuk melindungi komunitas Druze Namun, Suriah mengutuk serangan tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan.
Amerika Serikat, lewat Sekjen Marco Rubio dan utusan Tom Barrack, mengimbau dilakukannya pendekatan diplomatik untuk meredam eskalasi Sementara Turki menyuarakan penolakan atas campur tangan militer asing .
Walau gencatan senjata menyuguhkan secercah harapan, kenyataannya di lapangan masih dipenuhi laporan pelanggaran, eksekusi lapangan, dan aksi penjarahan oleh pasukan keamanan Suriah . Setidaknya 166 korban jiwa telah tercatat sejak Minggu lalu Ribuan warga mengungsi demi menyelamatkan diri dari kekerasan.
Subjudul berikutnya:
Ancaman Keamanan di Wilayah Perbatasan dan Solidaritas Druze
Serangan udara memicu reaksi dari komunitas Druze Israel. Banyak dari mereka berkumpul di pagar perbatasan Golan Heights, berharap dapat menembus masuk untuk menolong keluarga mereka di Suriah IDF menyebut telah membantu evakuasi beberapa warga Druze menuju wilayah mereka.
Sekitar 150.000 Druze tinggal di Israel, sebagian sebagai warga yang setia dan menjabat dalam militer. IDF Chief of Staff Eyal Zamir menyatakan: “IDF berkomitmen pada aliansi mendalam dengan komunitas Druze,” mempertegas hubungan emosional dan sosial antara kedua negara
Konflik di Sweida pun memunculkan kekhawatiran luas atas runtuhnya tatanan pasca-perang di Suriah. Jika minoritas terus diburu dan pemerintah terlibat militer, maka kekacauan sektarian bisa menjadi awal dari destabilitas baru .
Ancaman Instabilitas dan Peluang Perdamaian
Bentrokan ini adalah yang paling mematikan sejak Assad lengser, membuktikan lemahnya kontrol pemerintah baru atas wilayah minoritas . Kondisi ini membuka ruang intervensi luar dan ancaman fragmentation pada negara Suriah.
Meskipun demikian, keberhasilan perjanjian gencatan ini menunjukan ada celah bagi dialog dan stabilisasi lokal melalui jalur diplomatik. Bahkan Desember lalu, gencatan serupa juga sempat dicanangkan namun menimbulkan pelanggaran. Penyelesaian kali ini bisa menjadi model baru bila disertai pengawasan ketat dan jaminan keamanan.
Israel telah menyarankan pembentukan zona demiliterisasi di selatan Suriah—membuka jalan untuk kontrol minoritas dan mencegah militerisasi kembali di wilayah lalu lintas kritis
Diperlukan jaminan dan pemantauan independen untuk memastikan gencatan senjata diterapkan tanpa pelanggaran, demi rasa aman komunitas lokal.
Keterlibatan aktor regional seperti Turki dan AS harus difokuskan pada dukungan diplomatik bukan eskalasi militer, guna menjaga kedaulatan Suriah.
Kerjasama lintas wilayah antara komunitas Druze di Suriah dan Israel dapat dimanfaatkan sebagai jembatan budaya dan kepercayaan, yang memperkuat stabilitas bilateral.
Pemerintah Suriah baru hendaknya memprioritaskan rekonsiliasi dan integrasi inklusif, sehingga mencegah dominasi kelompok mayoritas dan meningkatkan kohesi nasional.
Masyarakat internasional perlu memperkuat tekanan untuk menghormati HAM dan minoritas, sekaligus menekan pihak-pihak yang mencoba memecah belah melalui kekuatan senjata.
( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v













 
			 
                                 
			
 
		













