Washington – EKOIN.CO – Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara langsung meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky agar tidak meluncurkan serangan militer ke Moskow. Hal itu diungkapkannya dalam wawancara dengan Financial Times pada Selasa, 15 Juli 2025. Arahan tersebut muncul di tengah ketegangan yang terus meningkat antara Rusia dan Ukraina.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dalam pernyataannya kepada media tersebut, Trump dengan tegas berkata, “Tidak, ia (Zelensky) seharusnya tidak menargetkan Moskow.” Ucapan ini segera memicu respons cepat dari Gedung Putih yang membela sang presiden. Sekretaris Pers Karoline Leavitt menuduh Financial Times telah menyalahartikan pernyataan Trump secara tidak proporsional.
Menurut Leavitt, Presiden Trump tidak memberikan dorongan terhadap aksi militer lebih lanjut, melainkan hanya menyampaikan kekhawatiran secara retoris. “Presiden hanya mengajukan pertanyaan. Ia bekerja tanpa lelah untuk menghentikan pembunuhan dan mengakhiri perang ini,” jelas Leavitt dalam keterangan resminya.
Trump Tegaskan Solusi Damai
Pernyataan Trump kali ini menyusul sikap kerasnya terhadap Rusia. Dalam beberapa waktu terakhir, ia telah mengultimatum Moskow untuk menunjukkan kemajuan menuju perdamaian dalam kurun waktu 50 hari. Bila tidak, AS mengancam akan mengenakan tarif sekunder terhadap negara-negara yang tetap menjalin hubungan perdagangan dengan Rusia.
Langkah tersebut dirancang untuk menekan ekonomi Rusia melalui kerja sama internasional, khususnya negara-negara Eropa. Dalam pernyataan tambahan, Trump mengungkapkan rencana pengiriman sistem senjata canggih ke Ukraina, yang akan dibiayai oleh anggota NATO dari kawasan Eropa.
Kremlin menanggapi laporan tersebut dengan kehati-hatian. Juru bicara Dmitry Peskov menyatakan bahwa pihaknya meragukan keakuratan berita dari Financial Times, namun tidak menampik bahwa ada kemungkinan kebocoran informasi internal. “Biasanya, semua ini palsu. Tapi terkadang, memang ada kebocoran serius bahkan dari publikasi yang kami anggap dulunya cukup terhormat,” ujarnya.
Isyarat Negosiasi Damai Masih Terbuka
Meski ketegangan masih tinggi, Moskow tetap menyatakan kesiapannya untuk bernegosiasi. Pihak Rusia menyebutkan bahwa mereka masih menunggu tanggapan dari Kiev mengenai kemungkinan perundingan damai lanjutan. Hingga pertengahan Juli, belum ada konfirmasi resmi mengenai waktu atau tempat pertemuan berikutnya.
Sebelumnya, Rusia dan Ukraina telah melakukan dua kali perundingan langsung di Istanbul sepanjang tahun ini. Hasilnya belum signifikan, kecuali satu kesepakatan besar terkait pertukaran tahanan antara kedua negara. Tidak ada kemajuan nyata dalam upaya mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari dua tahun.
Trump, sejak kembali menjabat pada Januari 2025, telah menunjukkan minat besar untuk menyelesaikan konflik Ukraina-Rusia. Ia mengklaim telah beberapa kali menelepon Putin guna membahas kemungkinan jalan damai. Namun demikian, pendekatan tersebut belum membuahkan hasil konkret.
Zelensky sendiri belum memberikan tanggapan resmi terhadap pernyataan Trump. Pemerintah Ukraina sejauh ini tetap bersikap hati-hati dalam menanggapi isu sensitif terkait arah militer mereka, termasuk kemungkinan ekspansi operasi militer ke wilayah Rusia.
Meski banyak pihak menyangsikan efektivitas diplomasi Trump, pernyataannya mengenai Moskow kini menjadi sorotan luas. Beberapa analis menilai bahwa pernyataan itu mungkin ditujukan sebagai sinyal kepada Rusia agar tidak memperluas konflik.
Gedung Putih pun memperkuat narasi bahwa Trump tidak pernah mendukung agresi ke wilayah ibu kota Rusia. “Kami fokus pada deeskalasi, bukan memperluas skala konflik,” tambah Leavitt dalam keterangannya.
Di sisi lain, NATO belum mengomentari secara langsung terkait pengumuman pengiriman persenjataan ke Ukraina. Namun, beberapa negara anggota seperti Jerman dan Prancis disebut telah mengalokasikan dana tambahan untuk mendukung kebutuhan militer Ukraina.
Situasi ini menunjukkan bahwa meski retorika Trump keras, fokus kebijakan tetap berada pada upaya damai melalui tekanan ekonomi dan kerja sama keamanan regional. Tindakan ini, menurut sumber diplomatik Eropa, bertujuan untuk membuka ruang negosiasi yang lebih seimbang.
Masih belum jelas apakah pendekatan Trump akan mendorong gencatan senjata dalam waktu dekat. Namun, pernyataannya soal larangan menyerang Moskow menjadi salah satu sinyal terkuat bahwa AS ingin menghindari eskalasi lebih lanjut.
Sikap ini sekaligus memberi tekanan kepada Kiev untuk mempertimbangkan langkah-langkah diplomatik di samping operasi militer. Terutama karena tekanan internasional terhadap kedua belah pihak semakin meningkat.
Dengan dinamika yang kompleks, masih perlu waktu untuk melihat bagaimana tanggapan Rusia dan Ukraina terhadap dorongan baru dari Washington. Peran negara-negara Eropa dan PBB juga dinilai akan menjadi penentu dalam mediasi jangka panjang.
Konsistensi Trump dalam menyuarakan penyelesaian damai dinilai sebagai bagian dari manuver strategis dalam kebijakan luar negerinya. Terlebih saat kampanye pilpres 2028 mulai memanas, setiap langkah kebijakan luar negeri akan menjadi sorotan utama.
Pernyataan terbaru Trump memperlihatkan ketegasannya dalam mengatur batas dalam konflik Ukraina-Rusia. Namun begitu, peran aktif AS dalam mendorong solusi damai tetap dibayangi oleh strategi tekanan ekonomi dan militer yang intensif.
Melalui pernyataannya, Trump memberi isyarat bahwa ia tidak akan mendukung aksi militer terhadap pusat kekuasaan Rusia, yang berpotensi menimbulkan konsekuensi besar bagi keamanan global. Tindakan ini dinilai menyeimbangkan antara tekanan dan diplomasi.
Walaupun langkah-langkah yang diambil tergolong agresif, Trump tetap menekankan pentingnya deeskalasi dan stabilitas di kawasan Eropa Timur. Pendekatan ini tampak dirancang untuk membuka peluang baru bagi negosiasi yang lebih inklusif.
Sebaliknya, Kremlin juga menunjukkan sikap hati-hati meskipun tetap waspada terhadap narasi yang berkembang di Barat. Dengan tidak menutup pintu negosiasi, Rusia mungkin sedang menunggu tawaran konkret dari Ukraina dan negara-negara mitra.
Di tengah ketegangan dan tarik menarik kepentingan global, solusi damai akan memerlukan kompromi dari kedua pihak serta jaminan dari komunitas internasional agar tidak terjadi pelanggaran lanjutan terhadap kedaulatan dan hukum internasional. (*)