Jakarta EKOIN.CO – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan perkembangan terbaru mengenai penyerapan gabah dan beras dalam negeri hingga awal Juli 2025. Dalam pemaparan resmi di hadapan Komisi IV DPR RI pada Senin, 7 Juli 2025, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menyatakan bahwa serapan gabah telah mencapai 2,66 juta ton setara beras, atau sekitar 88,98% dari target nasional sebanyak 3 juta ton.
Capaian ini menunjukkan tren positif dalam upaya pemerintah menjaga ketersediaan pangan nasional. Arief menjelaskan bahwa rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani saat ini mencapai Rp 6.760 per kilogram. Angka ini berada di atas Harga Pokok Pembelian (HPP) yang telah ditetapkan sebesar Rp 6.500 per kilogram.
Menurut Arief, Perum Bulog sebagai lembaga pelaksana pengadaan juga telah berhasil menghimpun stok gabah sebanyak 4,23 juta ton, tersebar di seluruh gudang penyimpanan nasional. Gabah tersebut dibeli oleh Bulog dengan harga yang sama, yakni Rp 6.760 per kilogram.
Serapan Tinggi Dorong Swasembada
Pemerintah melalui Bapanas menegaskan bahwa kebijakan pembelian di atas HPP merupakan bagian dari strategi untuk memberikan insentif bagi petani agar terus meningkatkan produksi. Penyesuaian harga ini bertujuan memperkuat daya saing petani sekaligus mempercepat tercapainya swasembada pangan nasional.
“Penetapan HPP GKP sebesar Rp 6.500 per kilogram dilakukan untuk memberikan perlindungan lebih kepada petani,” ujar Arief. Ia menyebutkan, pemerintah berkomitmen menjaga harga agar tidak jatuh di bawah batas acuan demi stabilitas pendapatan petani.
Arief menambahkan bahwa serapan hingga 4 Juli 2025 ini hampir memenuhi target semester pertama. Bapanas menargetkan 70% dari total target tahunan diserap pada semester I-2025, dan realisasi saat ini sudah menunjukkan kemajuan signifikan.
“Gabah yang diserap saat ini akan menjadi cadangan pangan nasional yang dapat digunakan untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan menjelang akhir tahun,” ujarnya lagi.
Sinergi dan Target Nasional
Dalam rapat dengar pendapat tersebut, Arief turut menyampaikan harapannya agar semua pihak, baik pemerintah daerah, Bulog, maupun petani dan pelaku usaha pangan, dapat bersinergi dalam menjaga momentum positif ini.
“Kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama merealisasikan target ini demi mewujudkan swasembada pangan,” tegasnya.
Menurut data Bapanas, tren harga GKP yang menguat di tingkat petani memberikan sinyal positif terkait keberhasilan perlindungan harga di lapangan. Hal ini juga mendukung ketahanan petani terhadap fluktuasi harga pasar yang seringkali merugikan saat panen raya.
Arief juga menyatakan bahwa koordinasi lintas lembaga terus ditingkatkan guna memastikan distribusi dan serapan berjalan merata di seluruh wilayah. Ia menegaskan pentingnya kecepatan dalam pelaksanaan pengadaan agar tidak terjadi penumpukan stok yang tidak terkelola.
Lebih lanjut, Bapanas menyebutkan bahwa pengendalian harga di tingkat petani menjadi prioritas, terutama menjelang musim panen kedua. Pemerintah berharap petani tidak mengalami kerugian akibat harga yang jatuh saat produksi meningkat.
Langkah ini juga dilandasi oleh kebutuhan menjaga keberlanjutan produksi pangan dalam negeri, mengingat tantangan yang dihadapi sektor pertanian semakin kompleks, mulai dari perubahan iklim hingga gangguan distribusi.
Dengan mengutamakan penyerapan dalam negeri, pemerintah juga berusaha mengurangi ketergantungan pada impor beras yang selama ini menjadi salah satu pengaman pasokan saat gagal panen atau krisis.
Selain itu, Arief menyebutkan bahwa Bapanas akan terus memantau dinamika harga gabah dan beras secara nasional, dan siap melakukan intervensi jika terjadi anomali harga yang membahayakan stabilitas pasokan.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Bapanas juga sedang menyiapkan mekanisme digitalisasi pengawasan dan distribusi pangan agar lebih transparan dan akurat dalam menyerap hasil petani.
Arief mengapresiasi peran aktif para petani yang tetap semangat dalam memproduksi gabah meski di tengah tekanan biaya produksi yang terus meningkat. Ia menegaskan bahwa pemerintah akan terus hadir dalam menjaga kesejahteraan petani sebagai bagian dari ketahanan pangan nasional.
Bapanas menyatakan akan terus memperkuat kerja sama dengan Bulog untuk mempercepat serapan dan menjaga kelancaran distribusi gabah ke gudang penyimpanan nasional.
Serapan yang tinggi saat ini juga memperkuat posisi Indonesia dalam mencapai target swasembada yang dicanangkan pemerintah untuk tahun 2025 dan 2026. Arief optimistis bahwa dengan kerja sama seluruh pihak, target tersebut dapat terealisasi.
Secara umum, pencapaian ini juga menunjukkan bahwa sistem pengadaan dan penyerapan gabah nasional berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh pemerintah bersama mitra strategis.
Melalui sinergi yang berkelanjutan, pemerintah berharap setiap langkah penyerapan dan distribusi dapat meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan petani secara merata di seluruh wilayah Indonesia.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Sebagai langkah lanjutan, pemerintah sebaiknya tetap mempertahankan harga GKP di atas HPP agar petani tidak kehilangan motivasi untuk terus berproduksi. Kestabilan harga menjadi kunci keberlanjutan sistem pangan nasional. Selain itu, insentif tambahan dapat diberikan kepada petani yang mampu meningkatkan produktivitas melalui penerapan teknologi dan praktik pertanian berkelanjutan.
Pemerintah juga disarankan untuk mempercepat proses distribusi dari gudang ke konsumen guna mencegah pemborosan dan menjaga kualitas beras tetap optimal. Investasi pada infrastruktur penyimpanan dan transportasi harus ditingkatkan. Hal ini akan berdampak langsung pada efisiensi logistik dan pengurangan biaya distribusi.
Sebagai tambahan, transparansi harga dan data serapan harus dibuka secara publik melalui platform daring. Masyarakat dan petani dapat dengan mudah memantau perkembangan harga serta stok nasional. Langkah ini akan memperkuat kepercayaan publik terhadap pengelolaan pangan nasional.
Edukasi kepada petani juga perlu diperluas mengenai manfaat HPP dan skema penyerapan yang berlaku. Dengan begitu, petani dapat menyesuaikan strategi tanamnya secara lebih tepat. Partisipasi aktif petani akan menjadi fondasi utama keberhasilan swasembada pangan.
pencapaian serapan gabah tahun ini menunjukkan langkah maju dalam ketahanan pangan nasional. Dengan penguatan kolaborasi lintas sektor, target 3 juta ton bukan hal yang mustahil. Diperlukan keberlanjutan strategi dan perlindungan petani secara optimal agar ketahanan pangan tidak hanya tercapai, tetapi juga berkelanjutan untuk tahun-tahun berikutnya.(*)