Jakarta EKOIN.CO – Pemain belakang Timnas Indonesia, Rizky Ridho Ramadhani, secara terbuka mengungkap masa lalunya yang penuh keterbatasan dalam memahami pentingnya gizi seimbang. Pengakuan ini disampaikan Ridho pada Jumat, 4 Juli 2025, seperti dikutip dari tvonenews.com, di mana ia mengaku selama delapan tahun hanya mengandalkan makanan seadanya, termasuk sempol, tanpa mengetahui kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh seorang atlet.
Menurut Ridho, kebiasaan makan tersebut berlangsung cukup lama dan baru berubah saat dirinya bergabung dengan Timnas Indonesia di bawah asuhan pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong. “Kita delapan tahun makan sempol. Saya baru tahu protein dari coach,” ujarnya blak-blakan kepada media. Pengakuan ini sekaligus menegaskan betapa minimnya kesadaran para pemain muda terhadap nutrisi sebelum sistem pembinaan gizi diterapkan secara serius.
Pelatih Shin Tae-yong memang dikenal tidak hanya mengedepankan taktik dan teknik permainan, tetapi juga sangat memperhatikan aspek pola hidup atlet, termasuk pola makan. Dampak dari pendekatan menyeluruh ini mulai terasa dalam tubuh Timnas, tidak hanya dalam performa di lapangan, tetapi juga gaya hidup dan kesadaran akan pentingnya gizi.
Ridho menyebut bahwa dirinya tidak sendirian dalam situasi tersebut. Banyak rekan-rekannya di tim yang juga menjalani kebiasaan makan seadanya sebelum mendapat pembinaan dari pelatih asal Korea Selatan tersebut. Menurutnya, hal itu sudah menjadi pola umum dalam lingkungan sepak bola usia muda di Indonesia.
Perubahan Pola Makan Pemain Timnas
Ketika pertama kali mengikuti pelatnas Timnas Indonesia, Ridho mengaku cukup kaget dengan pola disiplin gizi yang diterapkan. Ia dan rekan-rekannya dipaksa untuk mengonsumsi makanan dengan takaran yang sesuai kebutuhan tubuh. “Awalnya kaget, makan harus sesuai porsi dan ada menu yang mengandung protein,” ungkapnya.
Salah satu makanan yang dikenalkan oleh tim pelatih adalah makanan tinggi protein dan rendah lemak, yang menurut Ridho sebelumnya sangat asing. Ia juga mulai rutin mengonsumsi buah dan sayuran, serta menghindari makanan cepat saji dan makanan kaki lima yang sering dikonsumsinya dulu.
Selain pengaturan pola makan, Ridho menyebut adanya program edukasi gizi yang dilakukan oleh tim pelatih. “Kami diajarkan pentingnya protein untuk membangun otot dan menjaga stamina,” lanjutnya. Perubahan ini membawa dampak langsung terhadap performanya yang semakin stabil dan kuat di atas lapangan.
Menurut Ridho, setelah menjalani perubahan gaya hidup ini, dirinya merasa lebih bertenaga dan fokus saat bertanding. Ia juga merasa lebih cepat pulih setelah menjalani latihan intensif. Perubahan tersebut pun dirasakan oleh pemain lainnya di skuad Garuda.
Warisan Shin Tae-yong dalam Disiplin Hidup
Meskipun Shin Tae-yong tidak lagi menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia, pengaruhnya masih kuat terasa. Program pola hidup sehat yang ditanamkannya menjadi budaya baru dalam tim. Beberapa pemain muda pun kini mulai mengikuti jejak Ridho dengan memperbaiki pola makan dan gaya hidup.
Menurut Ridho, mentalitas pemain juga ikut berubah. Para pemain mulai disiplin dalam menjaga tidur, mengatur jadwal makan, dan menjauhi kebiasaan buruk seperti begadang atau makan sembarangan. “Coach Shin bukan hanya pelatih, dia juga seperti guru kehidupan buat kami,” ujar Ridho.
Program yang dijalankan pelatih Shin Tae-yong dinilai berhasil menciptakan lingkungan profesional bagi para pemain muda Indonesia. Hal ini terlihat dari peningkatan stamina dan daya tahan para pemain selama bertanding dalam berbagai turnamen internasional.
Sejak adanya pembenahan dalam pola hidup ini, sejumlah pemain mulai dikenal sebagai atlet profesional dengan etos kerja tinggi. Tidak hanya di dalam negeri, pemain Timnas pun kini lebih siap bersaing di luar negeri karena sudah terbiasa dengan standar profesionalisme yang tinggi.
Ridho berharap budaya baru ini tidak hanya berhenti pada generasi sekarang, tetapi dapat diwariskan kepada pemain-pemain muda berikutnya. Ia juga mendorong klub-klub di Indonesia untuk menerapkan hal serupa agar pembinaan pemain semakin merata dan terstruktur.
Perubahan ini menjadi contoh penting bahwa transformasi sepak bola Indonesia tidak hanya bisa dilakukan di lapangan, tetapi juga melalui perubahan pola pikir dan gaya hidup pemain. Menurut Ridho, edukasi gizi seharusnya mulai dikenalkan sejak pemain masih di usia dini.
Ia juga mengajak para pelatih muda dan akademi sepak bola untuk mulai memperhatikan aspek nutrisi sebagai bagian dari pembinaan atlet. “Kalau dari kecil sudah diajarkan makan sehat, pasti nanti hasilnya jauh lebih baik,” tutupnya.
Kini Ridho tampil semakin percaya diri membela Timnas Indonesia di berbagai laga internasional. Ia merasa gaya hidup yang lebih sehat membantu dirinya tampil konsisten dan terhindar dari cedera. Perubahan ini membuatnya semakin yakin untuk terus berkembang menjadi pemain yang lebih baik.
Sebagai penutup, Ridho menegaskan bahwa setiap pemain muda di Indonesia memiliki peluang besar untuk maju asalkan dibekali dengan pendidikan yang benar, termasuk pemahaman soal pentingnya gizi dan pola hidup sehat. “Ini harus jadi budaya baru, bukan hanya tren sementara,” pungkasnya.
Saran dan Kesimpulan
Penting bagi semua pihak dalam ekosistem sepak bola Indonesia untuk memberikan perhatian lebih terhadap edukasi gizi sejak usia dini. Program pembinaan tidak cukup hanya fokus pada teknik dan taktik, melainkan juga harus mencakup gaya hidup sehat, terutama konsumsi makanan bergizi seimbang.
Klub-klub sepak bola, baik profesional maupun akademi usia dini, disarankan mulai menyediakan fasilitas nutrisi yang memadai dan tenaga ahli gizi yang dapat memberikan pendampingan kepada para pemain. Hal ini sangat krusial demi menciptakan generasi atlet yang tangguh dan siap bersaing di level internasional.
Kementerian Pemuda dan Olahraga bersama PSSI juga perlu membuat kebijakan standar gizi bagi pemain muda sebagai bagian dari pembinaan nasional. Dengan adanya regulasi ini, kesenjangan pemahaman soal gizi di kalangan pemain bisa diminimalisasi.
Pemain senior seperti Rizky Ridho bisa menjadi duta kampanye pola hidup sehat di kalangan pesepak bola muda. Pengalaman pribadi yang disampaikan secara terbuka akan sangat membantu menyadarkan banyak pihak, khususnya yang belum mendapatkan akses pembinaan gizi.
pola hidup sehat dan gizi seimbang bukan lagi pilihan tambahan, melainkan kebutuhan utama dalam dunia sepak bola modern. Transformasi yang dilakukan Timnas Indonesia bisa menjadi contoh baik bagi pembinaan olahraga di Indonesia secara umum.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v