Tel Aviv, EKOIN.CO – Sejumlah warga Israel tengah menghadapi dampak langsung setelah konflik sengit yang mewarnai wilayah mereka. Berikut laporan lengkap dengan model piramida terbalik yang terstruktur rapi.
1–5 Sejumlah, menandai pemulihan anak anak mulai aktivitas keseharian setelah 12 hari konflik udara dengan Iran berakhir pada Selasa, 24 Juni 2025 Orangtua dan guru juga melaporkan kelegaan melihat rutinitas kembali stabil, setelah sekian hari berlindung di cellar dan ruang aman.
Namun, pulihnya kegiatan belajar tidak sepenuhnya menghapus ketegangan. Banyak warga masih khawatir akan pergeseran fokus pada krisis Gaza dan nasib 50 sandera Israel yang masih ditawan setelah serangan Hamas, yang diperkirakan hanya 20 orang tersisa
Permintaan ganti rugi meluas: sekitar 38.700 klaim kompensasi telah diajukan ke pemerintah sejak awal konflik pada 13 Juni 2025, antara lain untuk kerusakan bangunan (30.809 klaim), kendaraan (3.713), dan peralatan (4.085)
Mayoritas klaim tersebut berasal dari Tel Aviv (24.932) dan Ashkelon (10.793) ( menunjukkan skala kerusakan infrastruktur yang signifikan akibat serangan rudal Iran dan balasan sistem pertahanan udara Israel.
Sementara pendanaan darurat dikeluarkan: Israel disebutkan menghabiskan sekitar US$5 miliar dalam pekan pertama konflik, dengan biaya harian mencapai US$725 juta, termasuk US$593 juta untuk serangan dan US$132 juta untuk pertahanan serta mobilisasi
Pendanaan sistem pertahanan udara seperti Iron Dome mengakibatkan biaya harian tambahan antara US$10 juta hingga US$200 juta Anggaran ini menambah tekanan terhadap defisit fiskal yang diprediksi meningkat sekitar 6 persen
Warga Beersheba bahkan “angkat tangan” dan meminta ganti rugi akibat kerusakan besar selama serangan Situasi ini memicu kecemasan publik terkait kemampuan negara menanggung beban biaya besar.
Dalam suasana kembali normal, suasana di kafe dan pantai Tel Aviv tetap tegang: warga merasa bersyukur, tapi khawatir terhadap konflik Gaza yang masih berlangsung dan perkembangan sandera
Menurut Rony Hoter‑Ishay Meyer, “our heart is still there,” mencerminkan kecemasan atas nasib tentara dan sandera Sebagian warga berharap perdamaian jangka panjang dapat tercipta jika kesepakatan gencatan senjata rentang wilayah diperluas.
11–15 — Kekuatan Militer dan Dampak Ekonomi
Militer Israel menyatakan akan kembali fokus pada Gaza setelah konflik dengan Iran mereda Letnan Jenderal Eyal Zamir menyampaikan bahwa operasi akan dimaksimalkan di Jalur Gaza.
Namun, operasi tersebut menimbulkan korban baru: pasukan Israel dilaporkan menewaskan 86 warga sipil Palestina dalam serangan terbaru, termasuk yang berada di pusat bantuan AS
Situasi kritis Gaza menambah beban moral dan diplomatik bagi Israel, karena kecaman global atas hilangnya nyawa sipil terus meningkat .
Internasional, Israel menghadapi tekanan akibat tindakan militer yang dinilai berlebihan, mengakibatkan isolasi diplomatik dan boikot potensial .
Kritik dari berbagai belahan dunia terhadap Israel meluas. Intrik untuk mencapai resolusi politik semakin mendesak saat biaya perang terus menumpuk.
16–20 — Dampak Sosial dan Psikologis
Di Beersheba, warga memburu dana bantuan atas kerusakan parah di tempat tinggal mereka (detik.com). Kehancuran fisik ini membawa trauma mendalam dan ketidakpastian ekonomi.
Lebih jauh, kehidupan sehari-hari hingga gang asrama anak sekolah turut terganggu. Anak-anak di Beersheba dikabarkan tertekan akibat seringnya alarm sirine dan evakuasi mendadak .
Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa ribuan bangunan lain diperkirakan rusak, namun belum diajukan klaim Ini menunjukkan potensi lonjakan jumlah permintaan ganti rugi dalam waktu dekat.
Peran pemerintah kini menjadi sorotan karena harus menyusun mekanisme cepat untuk penyerahan klaim dan alokasi dana.
Kesulitan ekonomi pun dirasakan oleh sektor usaha kecil yang kehilangan pelanggan saat gelombang serangan berlangsung. Pengusaha di Tel Aviv menyatakan penurunan omzet hingga 30 persen dalam periode krisis.
21–25 — Ketegangan Psikologis di Rumah
Keluarga seperti milik Avi Behagen, yang hidup dalam ketakutan selama 12 hari terakhir, kini merasakan kelegaan, namun trauma tetap menghantui In one word? Thank you, God!” ujarnya.
Bahkan saat kegiatan publik kembali berjalan, sejumlah warga menahan diri untuk tidak larut dalam keramaian, karena rasa takut bisa muncul kembali kapan saja.
Di Haifa, pasien dan dokter menyatakan bahwa tidak ada ruang untuk euforia, meski ancaman Iran mereda Ina Marom menyatakan: “We have one trouble less … Nothing is all right here, nothing.”
Provinsi utara kini menghadapi kompleksitas psikis, dengan warga berusaha membangun rutinitas baru sambil menanti kemungkinan serangan balik.
Perhatian juga dialihkan kepada Gaza. Jonathan, agen properti, mengatakan: “Gaza should be part of it because it’s all connected” Ini menunjukkan pandangan bahwa konflik tidak bisa diselesaikan hanya di satu front.
26–30 — Harapan Gencatan Senjata yang Bertahan
Gencatan senjata saat ini memberikan harapan bahwa kasus sandera dan perdamaian regional dapat dibahas lebih serius.
Namun sejumlah analis menyatakan bahwa gencatan ini rentan runtuh jika tekanan atas Gaza tetap tinggi dan aksi militer berlanjut.
Para diplomat menegaskan bahwa kesepakatan jangka panjang bergantung pada mekanisme yang meliputi komitmen Iran dan Hamas secara bersamaan.
Pemerintah Israel saat ini mendorong negosiasi lanjutan dengan pihak internasional untuk memprogres penanganan sandera dan ganti rugi penduduk.
Masyarakat kini diajak bersatu, bukan hanya dalam menangkal ancaman militer, tapi juga menjaga kohesi sosial untuk menghadapi dampak sosial-ekonomi.
31–35 — Fakta Anggaran dan Biaya Militer
Biaya operasi militer Israel selama konflik melibatkan dana untuk serangan, pertahanan, dan kompensasi publik.
Pengeluaran awal diperkirakan sekitar US$5 miliar di minggu pertama, dengan tambahan biaya pertahanan harian antara US$10–200 juta
Defisit fiskal yang naik 6 persen memicu diskusi publik soal prioritas penggunaan dana negara, terutama apakah alokasi harus difokuskan pada pendidikan atau pertahanan semata.
Profesor Naser Abdelkarim dari Universitas Amerika Palestina menyoroti bahwa biaya perang tidak hanya soal uang, tapi juga produktivitas ekonomi yang terganggu
Deputi keuangan Israel dikabarkan tengah menyusun paket pendanaan tambahan dan pemangkasan anggaran non-urgensi untuk menyeimbangkan beban fiskal.
36–40 — Jalan ke Depan
Meski gencatan senjata berhasil menurunkan intensitas, konfliknya belum sepenuhnya usai. Fokus kini ada pada diskusi Gaza, nasib sandera, dan pemulihan pasca-perang.
Media menekankan pentingnya transparansi dalam penanganan klaim ganti rugi agar kepercayaan publik tetap terjaga.
Seruan warga Beersheba dan Ashkelon menunjukkan bahwa perlindungan infrastruktur sipil harus menjadi prioritas di masa depan.
Mengamankan perdamaian jangka panjang akan memerlukan kerja sama regional dan internasional serta solusi menyeluruh, bukan sekadar penanggulangan satu front.
Penyelarasan antara kebutuhan ekonomi, sosial, dan keamanan akan menjadi langkah krusial menuju stabilitas.
Pemerintah perlu mempercepat pemrosesan klaim ganti rugi agar warga terdampak kembali menata kehidupan.
Fokus diplomatik terhadap nasib sandera harus terus dijaga agar rasa keadilan bagi keluarga korban tidak terusir.
Penataan anggaran harus memperhatikan kebutuhan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur publik, tanpa mengorbankan kesiapan pertahanan.
Dukungan psikososial bagi warga yang trauma perlu diprioritaskan, terutama anak-anak dan keluarga terdampak langsung.
Kesepakatan perdamaian regional yang menyertakan Iran dan Gaza menjadi kunci agar gencatan senjata tidak kembali pecah.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v