Sleman, EKOIN.CO – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bertujuan meningkatkan gizi masyarakat justru menimbulkan masalah serius di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Data terbaru menunjukkan bahwa total korban keracunan akibat konsumsi menu MBG mencapai 393 orang. Korban tersebar di lima Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang ada di wilayah tersebut.
Data Korban Berdasarkan SPPG
Menurut Kepala SPPG Margodadi Seyegan, Muhammad Bogo Prasetyo, korban keracunan terbagi sebagai berikut:
- SPPG Sleman Berbah Jogotirto: 137 orang
- SPPG Sleman Tlogoadi: 157 orang
- SPPG Cangkringan: 38 orang
- SPPG Sleman I: 31 orang
- SPPG Sendangtirto Berbah: 30 orang
Bogo menegaskan bahwa data yang disampaikan hanya mencakup wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Ia tidak memiliki wewenang untuk mengakses data dari SPPG lain. “Cuma itu data kasus keracunan selama program MBG berjalan di Kabupaten Sleman,” ujarnya.
Kepala SPPG Gamping 4 Nogotirto, Ahmad Makarim Paramudita, menyatakan pentingnya koordinasi dan evaluasi mendalam di tiap SPPG. Ia berharap audiensi yang dilakukan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam meningkatkan kualitas program MBG.
Tanggapan dan Langkah Preventif
Kepala SPPG Margomulyo Seyegan, Joni Prasetyo, menanggapi adanya surat perjanjian kerja sama yang memuat klausul untuk merahasiakan informasi apabila terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan. Ia menjelaskan bahwa surat tersebut sudah tidak berlaku lagi sejak 1 September. “Mungkin ada misinformasi. SPPG di Sleman saja ada 62 [lebih], belum lagi ada SPPG yang baru mau running,” katanya.
Joni juga menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap pengelolaan dan pengolahan bahan makanan. Ia menjelaskan bahwa bahan baku makanan akan mulai diolah sejak pukul 19.00 WIB, dan proses memasak dilakukan pukul 01.00 WIB untuk menu MBG kloter pertama. Menu kloter pertama ini harus dimakan maksimal pukul 09.00 WIB. Selain itu, menu MBG juga tidak mengandung Monosodium Glutamat (MSG) untuk menjaga kualitas makanan.
Bupati Sleman, Harda Kiswaya, menyambut baik inisiatif audiensi yang dilakukan oleh 17 Kepala SPPG. Ia mengapresiasi langkah tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas program MBG di Kabupaten Sleman. “Saya mengapresiasi inisiatif ini. Mereka datang hanya menyampaikan kalau bertugas di Sleman. Itu saja. Kalau ada begini-begini [kasus keracunan pangan] mereka tidak bisa apa-apa, lah memang tidak diberi kewenangan,” kata Harda.
Harda juga menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap pemilihan bahan hingga pengolahan makanan. Ia berharap kejadian serupa tidak terulang di masa depan dan kualitas program MBG dapat terus ditingkatkan.
Kasus keracunan massal akibat menu MBG di Sleman menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat. Diharapkan dengan adanya koordinasi dan evaluasi yang mendalam, program MBG dapat berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v



























