KYIV, EKOIN.CO – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa negaranya tidak akan menyerahkan wilayah kepada Rusia dalam kondisi apa pun. Pernyataan itu disampaikannya pada Minggu (17/8) di tengah meningkatnya spekulasi global mengenai kemungkinan perundingan damai berbasis pertukaran teritorial.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Konstitusi Ukraina, menurut Zelensky, sama sekali tidak memungkinkan adanya penyerahan wilayah atau perdagangan tanah. Dalam konferensi pers bersama Komisi Eropa, ia menegaskan bahwa integritas teritorial menjadi prinsip mutlak yang tidak bisa ditawar.
Zelensky menyoroti bahwa Rusia telah berupaya selama 12 tahun terakhir untuk menguasai Donbas, yang terdiri dari oblast Donetsk dan Luhansk. Kawasan ini memiliki peran vital karena menjadi pusat industri batu bara dan baja, yang menopang perekonomian nasional Ukraina.
Zelensky Minta Dialog Trilateral Bahas Wilayah
Presiden Ukraina menyampaikan bahwa isu wilayah seharusnya hanya dibicarakan langsung oleh para pemimpin Ukraina dan Rusia, dengan melibatkan Amerika Serikat dalam format trilateral. Hal itu dinilainya penting agar keputusan yang menyangkut masa depan Ukraina tidak ditentukan pihak luar.
Namun, Zelensky mengakui belum ada sinyal dari Moskow terkait kesediaan menghadiri pertemuan semacam itu. Ia menegaskan bahwa inisiatif dialog harus didasari pada niat baik, bukan sekadar tekanan politik.
Pernyataan keras Zelensky itu mendapat dukungan langsung dari Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Ia menyatakan sikap tegas Uni Eropa mengenai perbatasan internasional yang tidak dapat diubah secara paksa.
“Sehubungan dengan masalah teritorial apa pun di Ukraina, posisi kami jelas, perbatasan internasional tidak dapat diubah dengan paksa,” kata von der Leyen. Ia menambahkan, “Ini adalah keputusan yang harus dibuat oleh Ukraina dan Ukraina sendiri dan keputusan ini tidak dapat diambil tanpa Ukraina di meja perundingan.”
Rusia Tawarkan Syarat Damai, AS Kirim Sinyal
Pernyataan Zelensky dan von der Leyen muncul tidak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Presiden AS Donald Trump di Alaska, Jumat lalu. Dalam pertemuan itu, Putin menawarkan syarat penghentian perang, termasuk tuntutan menguasai sebagian wilayah timur Ukraina.
Trump menilai bahwa Zelensky sebaiknya mempertimbangkan tawaran tersebut, mengingat Rusia adalah kekuatan besar sementara Ukraina berada dalam posisi sulit. Namun, Menteri Luar Negeri Marco Rubio membantah adanya rencana Trump untuk menekan Kyiv menyerahkan wilayah.
“Presiden telah mengatakan bahwa dalam hal wilayah, ini adalah hal-hal yang harus diputuskan oleh Zelensky,” ujar Rubio dalam program televisi di AS. Ia menambahkan bahwa Trump hanya berusaha mempersempit isu yang diperdebatkan agar proses perdamaian bisa lebih jelas.
Rubio juga menegaskan bahwa setiap kesepakatan damai harus melibatkan konsesi dari kedua belah pihak. Menurutnya, jika salah satu pihak memperoleh semua yang diinginkan, hal itu bukanlah kesepakatan damai, melainkan penyerahan total.
Zelensky berharap pertemuan berikutnya dengan sekutu Eropa dan Presiden Trump bisa membuka jalan baru. Ia optimistis forum mendatang lebih produktif dibandingkan pertemuan sebelumnya di Gedung Putih yang berlangsung penuh ketegangan pada Februari lalu.
Pernyataan Zelensky memperlihatkan sikap tegas Ukraina untuk mempertahankan wilayah nasional dari ancaman Rusia. Dukungan Komisi Eropa memperkuat posisi Kyiv di panggung internasional.
Namun, tawaran Rusia yang disampaikan kepada Trump menunjukkan bahwa Moskow tetap berupaya mencari jalan politik untuk melegitimasi kontrol atas sebagian wilayah Ukraina.
AS berada pada posisi dilematis. Di satu sisi, Trump memberi sinyal kompromi, sementara pejabatnya menegaskan bahwa keputusan tetap ada di tangan Ukraina.
Situasi ini mencerminkan betapa sulitnya mencari titik temu dalam perang yang telah berlangsung lebih dari dua tahun. Isu wilayah tetap menjadi kunci perundingan damai yang rumit.
Ke depan, keberhasilan diplomasi sangat bergantung pada kesediaan Rusia, Ukraina, dan AS duduk bersama. Tanpa itu, konflik diperkirakan akan terus berlanjut dengan risiko semakin besar. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v