London EKOIN.CO – Tentara Ukraina kini menjalani pelatihan menjatuhkan bom menggunakan drone dengan metode unik, yaitu memakai balon air. Latihan tersebut dilakukan sebagai bagian dari program Operasi Interflex yang dipimpin Inggris dan melibatkan 13 negara mitra. Tujuan pelatihan ini adalah menyiapkan pasukan Ukraina menghadapi pertempuran intens di medan perang melawan Rusia.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Pelatihan ini dilakukan agar pasukan dapat menjatuhkan bahan peledak secara presisi tanpa risiko tinggi dan biaya besar. Kolonel Boardman, komandan program pelatihan dari Inggris, menjelaskan kepada Business Insider pada Kamis, 7 Agustus 2025, bahwa penggunaan balon air mampu mensimulasikan ancaman yang nyata di medan tempur.
“Kami harus memperluas penggunaan drone. Sekarang kami menggunakannya tidak hanya untuk pengintaian, tapi juga untuk menjatuhkan balon air,” kata Boardman.
Ia menambahkan bahwa pelatihan ini juga didesain untuk menghadirkan situasi yang mendekati realitas. Oleh karena itu, rekrutan dihadapkan pada tantangan menyerupai pertempuran sesungguhnya.
Operasi Interflex dan Dukungan Negara Mitra
Operasi Interflex adalah program pelatihan militer yang digagas oleh Inggris dan didukung oleh Australia, Kanada, Denmark, Lituania, serta beberapa negara lainnya. Hingga kini, lebih dari 56.000 warga Ukraina telah dilatih dalam program tersebut.
Pelatihan ini tidak hanya untuk rekrutan baru, tetapi juga prajurit berpengalaman yang hendak mengasah keterampilan kepemimpinan. Pasukan yang menyelesaikan pelatihan langsung diterjunkan ke garis depan.
Menurut Boardman, pelatihan dilakukan lebih intensif dibanding pelatihan dasar Angkatan Darat Inggris, karena kebutuhan langsung di medan perang. Kondisi ini menuntut kesiapan maksimal dari para prajurit Ukraina.
Kementerian Pertahanan Inggris memperkirakan perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun ini telah menelan korban hingga satu juta jiwa di pihak Rusia.
Boardman menekankan bahwa pelatihan realistis sangat penting agar pasukan tidak lengah di medan tempur.
Pelatihan juga melibatkan aktor yang berperan sebagai tentara terluka, lengkap dengan riasan dan darah palsu. Tujuannya adalah melatih respons medis dan mental saat menghadapi situasi gawat darurat.
Dominasi Drone dalam Perang Rusia-Ukraina
Penggunaan drone memainkan peran utama dalam konflik ini. Banyak operator menyatakan bahwa 80 persen kerugian Rusia berasal dari serangan drone.
Namun, kompleksitas medan perang membuat tentara Ukraina kadang kesulitan membedakan antara drone kawan dan lawan. Ini menimbulkan risiko kesalahan saat menyerang.
Militer Barat juga belajar banyak dari pengalaman Ukraina. Pentagon telah mendirikan sekolah drone, sementara Denmark berencana mengirim personel ke Ukraina untuk belajar langsung dari konflik ini.
Banyak perusahaan teknologi drone dari Barat juga memanfaatkan medan perang Ukraina sebagai uji coba produk mereka. Mereka memperoleh umpan balik langsung dari lapangan.
Boardman menyebut bahwa pengalaman tempur Ukraina menjadi sumber belajar penting bagi negara-negara mitra. Banyak dari pelatih justru belum pernah menghadapi kondisi perang parit seperti yang dialami oleh pasukan Ukraina.
Ia menjelaskan bahwa pertukaran pengalaman antara Ukraina dan mitra Barat memperkaya doktrin militer, termasuk pengembangan strategi NATO.
“Kami juga menyalurkan semua pengetahuan itu ke dalam Angkatan Darat Inggris,” ujar Boardman. Ia menambahkan bahwa taktik drone kini terus dikembangkan di Inggris berdasarkan hasil evaluasi dari Ukraina.
Konflik Rusia-Ukraina telah berlangsung sejak Februari 2022. Rusia menginvasi dari arah utara, timur, dan selatan, dan menyebut aksi tersebut sebagai “operasi militer khusus”.
Sejak saat itu, Rusia telah mengklaim wilayah-wilayah seperti Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia, meski belum sepenuhnya menguasainya.
Ukraina tetap bertekad untuk merebut kembali wilayahnya, termasuk Krimea yang dianeksasi Rusia pada 2014. Hingga kini, tidak ada tanda-tanda bahwa kedua negara akan menyepakati gencatan senjata.
Penggunaan drone telah mengubah wajah peperangan. Pelatihan berbasis simulasi seperti Operasi Interflex menjadi penting untuk mengasah kesiapan militer dalam menghadapi tantangan teknologi modern.
Kolaborasi antara Ukraina dan negara-negara Barat juga memperkuat sinergi internasional dalam menghadapi dinamika konflik global.
Kesiapan militer Ukraina mencerminkan pentingnya inovasi dalam pelatihan, termasuk pendekatan unik seperti penggunaan balon air.
Simulasi tersebut memungkinkan penghematan biaya, peningkatan efisiensi pelatihan, dan kesiapan mental prajurit di lapangan.
Konflik yang terus berlanjut menegaskan pentingnya dukungan internasional dan transfer pengetahuan dalam strategi pertahanan.
Pelatihan realistis mendorong kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi perang modern, sekaligus mengurangi risiko korban di kalangan tentara.
Kolaborasi ini juga menunjukkan bahwa pengalaman lapangan Ukraina memiliki nilai strategis yang signifikan bagi mitra-mitranya.
Keterbukaan Ukraina dalam berbagi taktik memperkuat aliansi pertahanan dan mempercepat adaptasi militer terhadap situasi tempur terkini.
Ke depannya, keberlanjutan pelatihan berbasis pengalaman nyata akan menjadi landasan penting bagi perencanaan militer internasional.
( * )