Washington, EKOIN.CO – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan tengah mempertimbangkan untuk mengirim rudal jelajah Tomahawk ke Ukraina sebagai bagian dari dukungan militer terhadap negara itu di tengah konflik yang masih berlangsung dengan Rusia. Informasi ini diungkap oleh sumber dari kalangan pejabat AS yang dikutip surat kabar The Washington Post pada Senin, 15 Juli 2025.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Menurut laporan tersebut, pengiriman rudal Tomahawk masih berada pada tahap pertimbangan dan belum menjadi keputusan final pemerintah AS. Rudal-rudal tersebut tidak termasuk dalam daftar bantuan senjata yang sudah diumumkan secara resmi.
Tomahawk merupakan rudal jelajah berpresisi tinggi buatan Amerika Serikat yang sebelumnya digunakan dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni lalu. Kemampuan tempur rudal ini membuatnya menjadi salah satu opsi strategis dalam operasi militer jarak jauh.
Pejabat yang enggan disebut namanya menjelaskan bahwa jika Trump menyetujui pengiriman Tomahawk, hal itu kemungkinan besar bertujuan untuk memberikan tekanan terhadap Rusia agar membuka ruang perundingan damai. Keputusan ini juga dinilai dapat meningkatkan posisi tawar Ukraina di medan perang maupun diplomasi.
Sebelumnya, pada hari Senin, Trump mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan memasok bantuan senjata ke Ukraina, namun dengan syarat biaya ditanggung oleh negara-negara anggota NATO. “Kesepakatan ini sangat besar, melibatkan miliaran dolar AS untuk peralatan militer,” kata Trump saat memberikan keterangan pers.
Bantuan tersebut termasuk 17 unit sistem pertahanan udara Patriot lengkap dengan semua komponennya. Sistem ini dikenal luas dalam dunia pertahanan udara dan kerap digunakan untuk menghalau serangan rudal jarak jauh.
Langkah ini dinilai sebagai upaya lanjutan AS dalam memperkuat posisi militer Ukraina, setelah sebelumnya berbagai jenis persenjataan berat dan sistem pertahanan dikirimkan sejak awal konflik berlangsung.
Peningkatan Bantuan NATO dan Ketegangan Baru
Kebijakan baru ini muncul di tengah ketegangan yang semakin meningkat antara blok Barat dan Rusia. Pemerintah Rusia sendiri telah berulang kali menyatakan bahwa pasokan senjata dari negara-negara NATO ke Ukraina hanya akan memperpanjang konflik yang sudah menewaskan puluhan ribu orang di kedua belah pihak.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, secara tegas menyatakan bahwa setiap pengiriman senjata ke Ukraina merupakan sasaran militer yang sah bagi Moskow. “Kami tidak akan ragu menargetkan kargo yang membawa peralatan tempur ke wilayah Ukraina,” tegas Lavrov.
Menurut para analis militer, pengiriman rudal Tomahawk ke Ukraina akan menandai peningkatan signifikan dalam skala dan jangkauan serangan militer Ukraina terhadap sasaran Rusia. Ini juga berpotensi memicu balasan militer dari Moskow dalam skala yang lebih luas.
Sementara itu, NATO belum memberikan tanggapan resmi terkait kemungkinan dimasukkannya rudal Tomahawk ke dalam paket bantuan. Namun pejabat di markas NATO di Brussel menyebut aliansi tersebut tetap mendukung Ukraina dalam mempertahankan kedaulatan negaranya.
Paket bantuan baru ini mencerminkan perubahan strategi Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump, yang sebelumnya sempat dikritik karena dianggap lamban merespons perkembangan konflik Rusia-Ukraina.
Pertimbangan Strategis di Balik Pengiriman Rudal
Penggunaan rudal Tomahawk dianggap lebih dari sekadar penambahan kekuatan militer. Analis pertahanan mengatakan bahwa langkah ini kemungkinan digunakan sebagai alat negosiasi politik dan tekanan diplomatik terhadap Rusia.
Rudal Tomahawk memiliki jangkauan hingga 1.600 kilometer dan dapat diluncurkan dari kapal perang, kapal selam, maupun peluncur darat. Rudal ini mampu menyerang sasaran strategis secara presisi tinggi dengan efek kerusakan maksimal.
Di tengah pertimbangan ini, tidak sedikit pihak yang mengingatkan risiko eskalasi yang lebih besar jika senjata sekelas Tomahawk benar-benar dikirim. Rusia kemungkinan akan menganggap langkah tersebut sebagai provokasi langsung dari Washington.
Trump belum memberikan pernyataan tambahan mengenai apakah Tomahawk akan segera dikirim atau tidak. Hingga kini, belum ada kepastian kapan keputusan akhir akan diumumkan, namun pembicaraan internal pemerintah dilaporkan terus berlangsung secara intensif.
Dalam laporan yang sama, The Washington Post menyebut bahwa pertimbangan ini juga berkaitan dengan agenda Trump dalam menekan Rusia untuk duduk dalam meja perundingan tanpa menambah tekanan langsung dari personel militer AS.
Para pemimpin Eropa dilaporkan masih memantau dinamika ini dan sebagian di antaranya menyambut baik upaya Trump untuk membagi beban biaya bantuan militer kepada NATO, sambil tetap menjaga agar konflik tidak menyebar ke luar wilayah Ukraina.
Sejumlah negara NATO juga menyampaikan keprihatinan mengenai kemungkinan keterlibatan senjata berteknologi tinggi seperti Tomahawk, yang dinilai bisa mengubah arah konflik ke tingkat yang jauh lebih destruktif.
Situasi ini menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri Trump masih berfokus pada tekanan ekonomi dan militer, namun tetap dalam koridor aliansi multilateral seperti NATO. Ia menekankan bahwa pengeluaran Amerika untuk Ukraina tidak boleh terjadi tanpa kontribusi mitra Eropa.
Bantuan militer dalam skala besar tersebut juga diharapkan dapat mempercepat stabilitas di Ukraina. Akan tetapi, hingga kini belum ada kepastian apakah langkah tersebut akan membawa perdamaian atau justru memperluas medan konflik.
potensi pengiriman Tomahawk ke Ukraina masih berada dalam wilayah spekulatif dan belum mencapai tahap implementasi. Namun, wacana ini menandai perubahan penting dalam arah strategi militer AS di Eropa Timur.
Situasi yang terus berkembang menuntut perhatian dari berbagai pihak, termasuk negara-negara Eropa dan organisasi internasional. Mereka perlu segera menyiapkan respons diplomatik maupun strategi keamanan regional jika keputusan ini benar-benar diambil.
Keputusan Trump untuk memanfaatkan tekanan militer sebagai alat diplomasi akan terus diuji dalam beberapa pekan mendatang. Dampaknya terhadap relasi AS-Rusia akan sangat ditentukan oleh respons dari Moskow.
Pemerintah Ukraina sendiri belum memberikan tanggapan resmi mengenai wacana pengiriman rudal Tomahawk, namun mereka menyambut baik setiap bentuk dukungan dari negara-negara Barat.
Negosiasi damai antara Rusia dan Ukraina dinilai masih memiliki jalan panjang, terutama jika eskalasi militer terus terjadi di medan tempur. Inisiatif yang muncul dari negara ketiga bisa menjadi kunci penyelesaian.
terbaik untuk komunitas internasional saat ini adalah meningkatkan upaya diplomasi sebelum konflik meningkat ke tahap yang lebih berbahaya. Mencegah pengiriman senjata ofensif bisa menjadi salah satu bentuk deeskalasi.
Pemerintah AS diharapkan berhati-hati dalam mempertimbangkan efek lanjutan dari setiap bantuan militer yang dikirim, terutama jika menyangkut senjata dengan jangkauan dan daya rusak tinggi.
Keterlibatan NATO juga harus memperhatikan dinamika hubungan trans-Atlantik dan menjaga agar intervensi mereka tidak memperkeruh hubungan dengan Rusia yang sudah sangat tegang.
Pihak Ukraina dan Rusia harus segera mencari solusi jangka panjang melalui jalur politik dan negosiasi damai yang dibantu oleh lembaga internasional yang independen.
Komunitas internasional memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas global dengan mencegah konflik di Ukraina berkembang menjadi perang terbuka yang melibatkan lebih banyak negara. (*)