Jakarta, EKOIN.CO – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menunjukkan komitmen kuat dalam memperbaiki struktur keuangan dengan penerapan delapan substream penyehatan sejak 2023. Strategi ini berhasil menurunkan utang usaha dan utang berbunga secara signifikan.
Restrukturisasi keuangan menjadi pilar utama transformasi. Proses ini difinalisasi pada 28 Februari 2024, dan sejak kuartal kedua 2024 hingga kuartal kedua 2025, WIKA telah membayar kewajiban pokok obligasi sukuk serta utang kreditur perbankan sebesar Rp5,60 triliun.
Pembayaran tersebut berasal dari kas operasional, mencerminkan kedisiplinan dan kemandirian WIKA dalam pengelolaan keuangan. Langkah ini merupakan bentuk nyata komitmen perusahaan dalam menjaga kinerja keuangan yang sehat tanpa tergantung pada pinjaman baru.
WIKA juga menghentikan penggunaan skema pinjaman talangan supplier sejak 2023. Sebelumnya, skema tersebut sering digunakan sebagai sumber pembiayaan proyek. Kini, proyek diselesaikan berdasarkan termin yang lebih efisien dan tidak menambah beban kewajiban jangka pendek.
Sampai kuartal kedua 2025, perusahaan berhasil memangkas utang usaha kepada mitra kerja hingga Rp660 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini menunjukkan peningkatan efisiensi dalam manajemen kewajiban usaha.
Perkuat Arus Kas dan Piutang
Substream percepatan penagihan piutang juga diterapkan secara agresif. WIKA membentuk Divisi Asset Management untuk menangani piutang bermasalah melalui proses litigasi dan mediasi yang intensif.
Hasilnya, total piutang usaha WIKA turun sebesar Rp1,33 triliun dalam periode kuartal kedua 2024 hingga kuartal kedua 2025. Penurunan ini meningkatkan likuiditas dan mengurangi ketergantungan terhadap dana eksternal.
Dalam memilih proyek baru, WIKA kini fokus pada kontrak dengan pembayaran bulanan. Strategi ini berhasil meningkatkan rasio kontrak berbasis monthly progress payment dari 35,5% pada 2019 menjadi 96% dari total kontrak berjalan saat ini.
Pendekatan tersebut membantu menjaga arus kas tetap stabil dan menghindari penumpukan utang kepada pemasok. Hal ini menjadi bagian dari sistem seleksi proyek yang lebih hati-hati dan berbasis keberlanjutan jangka panjang.
Langkah ini memperkuat pondasi keuangan WIKA untuk menghadapi tantangan industri konstruksi nasional yang terus berkembang dan kompetitif.
Efisiensi Operasional dan Tata Kelola
WIKA juga menjalankan substream efisiensi biaya operasional. Penerapan sistem ERP, digitalisasi proses bisnis, lean construction, dan kebijakan Negative Employee Growth menurunkan biaya operasional secara signifikan.
Dengan pendekatan tersebut, Perseroan berhasil memangkas operating expense hingga Rp18 miliar per bulan. Efisiensi ini mendukung keberlanjutan kinerja keuangan tanpa mengorbankan mutu layanan.
Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito (BW), menyampaikan, “Penerapan 8 substream ini menjadi bagian penting dari transformasi yang dilakukan WIKA. Penurunan utang usaha dan utang berbunga, pengelolaan kas secara tepat, peningkatan tata kelola dan penurunan opex melalui penerapan lean construction menjadi prioritas utama Perseroan dalam memastikan keberlanjutan bisnis yang lebih sehat dan kuat.”
WIKA juga memastikan kualitas operasional tetap optimal meski efisiensi dilakukan secara menyeluruh. Transformasi ini disebut sebagai fondasi utama dalam menjaga daya saing di tengah fluktuasi sektor konstruksi nasional.
Perseroan meyakini bahwa sinergi dari seluruh pihak, baik internal maupun eksternal, akan memperkuat pelaksanaan strategi transformasi yang sedang berjalan.
Langkah-langkah transformasi finansial yang diterapkan WIKA sejak 2023 menunjukkan hasil konkret melalui penurunan utang, efisiensi biaya, serta peningkatan manajemen kas dan piutang. Pendekatan menyeluruh ini membuat struktur keuangan perusahaan menjadi lebih kuat dan adaptif.
Dengan pembaruan sistem tata kelola, restrukturisasi utang, serta seleksi proyek yang lebih sehat, WIKA memperkuat posisi sebagai salah satu BUMN konstruksi yang mampu bertransformasi secara progresif. Transformasi ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat daya tahan perusahaan jangka panjang.
Kinerja keuangan yang sehat menjadi modal utama WIKA untuk tetap relevan dan kompetitif dalam sektor konstruksi. Dukungan dari seluruh pemangku kepentingan dinilai akan mempercepat proses penyehatan yang tengah berlangsung dan memastikan keberlanjutan usaha perusahaan ke depan.(*)