Garut EKOIN.CO – Tiga orang meninggal dunia dalam acara pesta pernikahan Maula Akbar dan Putri Karlina, anak dan menantu dari mantan Bupati Purwakarta sekaligus politisi senior, Dedi Mulyadi. Kejadian tragis ini terjadi di Garut, Jawa Barat pada saat pesta rakyat yang digelar sebagai bagian dari perayaan pernikahan, Minggu, 14 Juli 2024.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Rudi Setiawan mengonfirmasi bahwa pihaknya sedang melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap insiden tersebut. Ia menyatakan bahwa kepolisian mencari tahu kemungkinan adanya kelalaian dalam penyelenggaraan acara hingga menyebabkan korban jiwa.
Tragedi dalam Pesta Rakyat
Insiden bermula dari kerumunan besar yang hadir dalam kegiatan makan siang gratis bagi warga, yang disebut-sebut bukan bagian resmi dari acara inti pernikahan. Aktivitas ini ternyata berlangsung tanpa koordinasi dan persetujuan dari keluarga inti, termasuk Dedi Mulyadi sendiri.
“Kami tengah mendalami apakah ada kelalaian dalam pelaksanaannya dan siapa yang paling bertanggung jawab,” ujar Irjen Rudi Setiawan saat diwawancarai oleh media. Ia juga menyebut bahwa investigasi mencakup penelusuran siapa penyebar informasi soal makan gratis tersebut.
Dalam pengakuannya, Maula Akbar mengaku tak pernah berniat mengadakan makan siang gratis untuk umum. Namun informasi itu sudah telanjur menyebar, membuat ribuan warga memadati lokasi, menyebabkan kericuhan, hingga jatuh korban jiwa.
Dedi Mulyadi juga angkat bicara terkait kejadian tersebut. Menurutnya, acara makan siang tersebut seharusnya tidak dilaksanakan, apalagi tanpa sepengetahuan orang tua. Namun ia tetap merasa perlu bertanggung jawab sebagai ayah.
“Walaupun itu dilarang dan tanpa sepengetahuan orang tuanya, tetap dilaksanakan. Sebagai orang tua harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan anak dan menantu,” ujarnya.
Youtuber Disebut Jadi Pemicu
Dalam pernyataan lain, Maula Akbar mengungkapkan bahwa saat ini dirinya sedang mencari keberadaan seorang Youtuber yang dituding sebagai penyebar kabar bohong soal makan gratis. Ia menyebut informasi tersebut memicu datangnya kerumunan besar.
Pihak keluarga menduga bahwa konten kreator itu sengaja menyebarkan informasi yang tidak benar demi keuntungan pribadi. Hal ini diperkuat dengan adanya tayangan video yang viral sebelum acara dimulai, mengundang masyarakat untuk datang.
Kepolisian juga sudah mengantongi sejumlah video dan unggahan yang diduga sebagai pemicu datangnya warga dalam jumlah besar. Irjen Rudi memastikan bahwa pihaknya tidak hanya menyelidiki panitia acara, namun juga pihak-pihak eksternal yang menyebar informasi tanpa izin.
Sampai saat ini, tiga korban meninggal dunia diketahui akibat sesak napas dan jatuh saat kerumunan membludak. Proses identifikasi dan penelusuran penyebab kematian masih dilakukan tim medis dan kepolisian.
Menurut saksi mata, kondisi lokasi acara sangat padat, bahkan sebelum acara inti dimulai. Banyak warga datang dari luar kota setelah mendengar kabar soal makan siang gratis di media sosial dan grup pesan singkat.
Warga yang datang dalam jumlah besar tidak diantisipasi dengan baik oleh panitia. Akibatnya, sejumlah warga jatuh pingsan dan sempat tak tertolong karena terbatasnya petugas medis di lokasi.
Polisi telah memanggil sejumlah pihak untuk dimintai keterangan, termasuk panitia lokal, kepala desa, dan beberapa warga yang menyebarkan informasi makan gratis. Hasil pemeriksaan sementara menunjukkan adanya kelalaian dalam pengamanan dan pengaturan arus tamu.
Menurut data sementara dari Dinas Kesehatan Garut, selain tiga korban jiwa, tercatat lebih dari 20 warga mengalami luka-luka ringan hingga berat. Beberapa di antaranya masih menjalani perawatan di Puskesmas terdekat.
Pihak keluarga menyatakan belasungkawa dan menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada masyarakat dan keluarga korban. Maula Akbar dan Putri Karlina tidak menyangka bahwa informasi yang tidak mereka buat bisa menyebabkan tragedi.
Sementara itu, Pemkab Garut juga ikut turun tangan memberikan bantuan kepada keluarga korban. Bupati Garut menyampaikan bahwa pihaknya akan mendukung proses penyelidikan agar kejadian serupa tidak terulang.
Dedi Mulyadi kembali menegaskan bahwa sebagai orang tua ia merasa sangat terpukul dan prihatin. Ia juga mendesak polisi untuk mengusut tuntas siapa pun yang menjadi penyebab kekacauan ini.
Masyarakat sekitar berharap ke depan setiap acara besar, apalagi melibatkan tokoh publik, bisa dikoordinasikan dengan aparat dan pemerintah daerah agar lebih tertib dan aman bagi semua pihak.
Sebagai langkah awal, pihak kepolisian akan menelusuri akun-akun media sosial yang pertama kali menyebarkan undangan makan gratis. Proses digital forensik akan dilakukan untuk mengetahui siapa aktor di balik penyebaran informasi tersebut.
Hingga kini, belum ada pihak yang ditetapkan sebagai tersangka. Namun, polisi menyatakan akan bertindak tegas apabila ditemukan unsur pelanggaran hukum dalam peristiwa ini.
Peristiwa ini memberikan pelajaran besar tentang pentingnya koordinasi dalam acara publik, terutama menyangkut keselamatan banyak orang. Kepolisian masih membuka jalur komunikasi bagi masyarakat yang memiliki informasi tambahan mengenai kejadian ini.
Kejadian di Garut ini seharusnya menjadi pengingat penting bahwa setiap acara besar, apalagi yang mengundang partisipasi publik secara luas, harus direncanakan secara matang dan profesional. Kelalaian kecil bisa menimbulkan konsekuensi fatal yang tak terbayangkan.
Koordinasi antara penyelenggara acara, keluarga, dan pihak keamanan mutlak diperlukan demi menjaga keselamatan bersama. Perlu evaluasi mendalam agar tradisi pesta rakyat tetap bisa berlangsung tanpa memakan korban.
Penyebaran informasi melalui media sosial juga harus dikontrol, terutama jika menyangkut isu publik. Konten kreator atau Youtuber perlu bertanggung jawab atas dampak dari kontennya, terlebih jika berkaitan dengan acara yang melibatkan kerumunan.
Kejadian ini juga menunjukkan bahwa masyarakat harus bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi, terutama yang belum tentu kebenarannya. Klarifikasi dan verifikasi menjadi hal krusial sebelum mengambil tindakan.
Semua pihak diharapkan bisa belajar dari kejadian ini agar tidak terulang di masa mendatang. Dukungan terhadap keluarga korban dan evaluasi menyeluruh terhadap penyelenggaraan acara harus menjadi prioritas. (*)