Bangkok, EKOIN.CO – Lima pesawat tempur tertua di Asia Tenggara masih aktif mengudara hingga kini, bahkan sebagian telah beroperasi sejak era 1950-an. Meski teknologi penerbangan militer semakin maju, negara-negara pemiliknya tetap mempertahankan armada klasik ini karena alasan efektivitas biaya dan kemampuan yang masih mumpuni.
Gabung WA Channel EKOIN untuk berita terbaru.
Keberadaan pesawat tempur tua ini bukan sekadar simbol sejarah, melainkan hasil perhitungan matang. Dengan modernisasi dan pembaruan teknologi, armada lama mampu menjalankan misi strategis yang tak kalah dari pesawat generasi baru.
Thailand Kuasai Armada Pesawat Tempur Tertua
Di antara negara-negara Asia Tenggara, Thailand menjadi pemilik pesawat tempur tertua yang masih beroperasi dalam jumlah besar. Northrop F-5, pesawat tempur supersonik yang diperkenalkan sejak 1950-an, masih dipercaya mengawal wilayah udara Negeri Gajah Putih.
Angkatan Udara Thailand diketahui masih mengoperasikan sekitar 40 unit F-5 Tiger II. Keandalan pesawat ini tetap terjaga berkat pembaruan sistem avionik dan persenjataan, sebagian besar melalui teknologi dari Israel.
Pihak militer Thailand menyebut armada F-5 akan terus digunakan hingga periode 2025–2030. Langkah ini dianggap efektif untuk mempertahankan kekuatan udara tanpa harus menggelontorkan anggaran besar untuk pembelian pesawat baru.
Keputusan mempertahankan pesawat tempur ini tak lepas dari catatan keberhasilan F-5 dalam berbagai operasi dan latihan tempur. Kecepatan supersonik serta kemampuan manuvernya masih dinilai relevan untuk pertempuran udara jarak menengah.
Efektivitas Biaya Jadi Alasan Utama
Penggunaan pesawat tempur lama di Asia Tenggara umumnya didorong faktor anggaran pertahanan yang terbatas. Modernisasi dianggap lebih hemat dibandingkan membeli pesawat generasi kelima yang biayanya bisa mencapai miliaran dolar.
Selain itu, para teknisi di negara-negara pengguna telah berpengalaman dalam perawatan mesin dan struktur pesawat lama. Hal ini memudahkan proses perbaikan serta mengurangi waktu pesawat berada di hanggar.
Pesawat yang tergolong vintage ini juga dinilai lebih mudah dioperasikan oleh pilot yang telah terbiasa dengan sistem kontrol klasik. Walau begitu, pembaruan teknologi tetap diberikan agar mampu menghadapi ancaman modern.
Fakta bahwa pesawat tempur ini masih aktif di langit Asia Tenggara menunjukkan kombinasi antara nilai historis dan kemampuan tempur yang masih kompetitif.
Ke depan, beberapa negara diperkirakan akan tetap mengandalkan armada lama sambil bertahap memesan pengganti. Langkah transisi ini memungkinkan kekuatan udara tetap terjaga di tengah tekanan anggaran.
Lima pesawat tempur tertua di Asia Tenggara masih membuktikan diri sebagai aset pertahanan udara yang layak diandalkan.
Efisiensi biaya menjadi alasan kuat mempertahankan armada klasik ini.
Thailand memimpin dengan jumlah F-5 aktif terbanyak di kawasan.
Modernisasi memastikan kemampuan tempur tetap relevan menghadapi ancaman masa kini.
Kombinasi sejarah dan fungsi strategis membuat armada tua ini tetap terbang gagah di langit regional.
Negara pengguna sebaiknya merencanakan penggantian armada secara bertahap.
Investasi pada modernisasi avionik akan memperpanjang umur pesawat.
Pelatihan pilot dan teknisi harus terus ditingkatkan.
Kerja sama internasional dapat membantu pembaruan sistem persenjataan.
Pemeliharaan rutin menjadi kunci agar pesawat lama tetap aman digunakan.
( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
.