MADRID, EKOIN.CO – Spanyol menuai sorotan setelah memutuskan menjalin kontrak dengan Huawei senilai €12 juta untuk penyediaan perangkat keras penyimpanan data penyadapan. Keputusan ini memicu ketegangan dengan Uni Eropa yang selama ini melarang keterlibatan vendor berisiko tinggi dalam infrastruktur telekomunikasi baru. Ikuti berita terbaru di WA Channel EKOIN.
Risiko Huawei dan Respons Uni Eropa
Komisi Eropa (EC) menegaskan bahwa Huawei dianggap memiliki tingkat risiko keamanan yang lebih tinggi dibanding pemasok lain. Peringatan tersebut dikeluarkan setelah terungkap bahwa Spanyol telah menandatangani kontrak dengan Huawei untuk penyimpanan data yang digunakan aparat penegak hukum dan badan intelijen negara.
Menurut laporan Financial Times, EC mengingatkan agar Spanyol tidak meningkatkan ketergantungan pada Huawei. Langkah itu dinilai bertentangan dengan kebijakan blok Eropa yang sejak lama menekan pembatasan terhadap perusahaan telekomunikasi asal China.
Kontrak ini juga menimbulkan reaksi internasional. Dua anggota parlemen senior Amerika Serikat menyerukan agar pemerintah AS meninjau kembali kerja sama intelijen dengan Spanyol, mengingat keterlibatan Huawei dianggap berpotensi membuka celah keamanan.
EC sebelumnya telah menginstruksikan operator di seluruh Uni Eropa untuk secara bertahap menghentikan penggunaan peralatan baru dari pemasok berisiko tinggi seperti Huawei dan ZTE. Aturan ini merupakan bagian dari strategi keamanan siber kawasan, khususnya dalam pengembangan jaringan 5G.
Konteks Politik dan Hubungan Spanyol-China
Kritik atas langkah Spanyol semakin mencuat karena kontrak Huawei muncul di tengah perayaan 20 tahun hubungan bilateral dengan China. Presiden Xi Jinping bahkan menggelar pertemuan dengan Perdana Menteri Pedro Sanchez di Wisma Tamu Negara Diaoyutai, Beijing, pada 11 April 2025 lalu.
Komisioner Eropa sebelumnya, Thierry Breton, telah menyuarakan kekhawatiran sejak lama terkait lambatnya penerapan pembatasan vendor China. Ia menilai kebijakan mengecualikan Huawei dan ZTE dari pembangunan 5G sejalan dengan rekomendasi keamanan siber Uni Eropa.
Namun, Spanyol dikenal sebagai salah satu negara Uni Eropa yang paling terbuka terhadap kerja sama dengan China. Selain kontrak telekomunikasi, hubungan kedua negara juga merambah ke bidang pendidikan, pertahanan, dan perdagangan strategis.
Di sisi lain, Amerika Serikat tetap mempertahankan kebijakan tarif tinggi terhadap produk China. Kondisi ini justru mendorong Spanyol dan China mencari ruang kerja sama baru untuk mengimbangi tekanan eksternal.
Para analis menilai, pendekatan Spanyol menunjukkan sikap pragmatis di tengah ketidakpastian geopolitik global. Banyak negara Eropa, termasuk Jerman, menghadapi dilema serupa antara keamanan dan kebutuhan ekonomi.
Dengan ketergantungan besar pada teknologi digital dan kebutuhan memperluas jaringan 5G, Spanyol memilih jalur kerja sama ketimbang isolasi penuh terhadap Huawei. Meski demikian, risiko keamanan tetap menjadi sorotan utama Uni Eropa.
Keputusan ini memperlihatkan adanya perbedaan pandangan antara kepentingan nasional Spanyol dan strategi kolektif Uni Eropa. Persoalan Huawei bisa menjadi titik uji bagi konsistensi kebijakan keamanan digital di kawasan Eropa.
Kesimpulan
Langkah Spanyol menandatangani kontrak dengan Huawei memperlihatkan tarik-menarik antara kepentingan ekonomi dan keamanan siber. Uni Eropa menegaskan kembali sikap kerasnya terhadap vendor berisiko tinggi, sementara Spanyol menempuh jalur pragmatis.
Jika tidak dikelola hati-hati, kontradiksi ini dapat menimbulkan celah dalam strategi kolektif keamanan digital Uni Eropa. Apalagi, keterlibatan Huawei sudah lama menjadi isu sensitif di mata mitra barat, khususnya Amerika Serikat.
Namun, dari sisi ekonomi, kerja sama ini berpotensi memperkuat hubungan bilateral Spanyol-China yang semakin erat setelah dua dekade kemitraan. Hubungan itu diperkirakan akan berkembang di sektor strategis lain.
Bagi Spanyol, pilihan melanjutkan kontrak Huawei adalah upaya menyeimbangkan kebutuhan teknologi dengan peluang kerja sama internasional. Meski demikian, tekanan dari Uni Eropa tetap akan membayangi implementasi kontrak tersebut.
Ke depan, jalan tengah perlu dicari agar keamanan siber kawasan tetap terjaga tanpa menghambat kepentingan ekonomi negara anggota. Dalam pusaran geopolitik global, pragmatisme tampaknya menjadi pilihan yang tak terhindarkan. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v