MAGELANG, EKOIN.CO – Program Sekolah Rakyat yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto telah memasuki tahap akhir persiapan dan dijadwalkan resmi diluncurkan pada bulan Juli 2025.
Persiapan fasilitas pendidikan ini disampaikan dalam program “Indonesia Bicara” TVRI bertema “Sekolah Rakyat: Harapan Baru Pendidikan Merata” pada Jumat, 4 Juli 2025.
Dalam program tersebut, Wakil Menteri Sosial RI, Agus Jabo Priyono, mengungkapkan bahwa persiapan berjalan sesuai target dan melibatkan kerja lintas kementerian.
“Untuk Sekolah Rakyat ini yang mempersiapkan bukan hanya Kemensos, tapi lintas kementerian. Alhamdulillah progresnya sesuai target,” ujar Agus Jabo.
Ia menjelaskan, beberapa lokasi sudah sangat siap untuk memulai masa orientasi siswa sebelum peluncuran resmi.
Persiapan Sarana Nyaris Sempurna
Salah satu lokasi yang telah hampir rampung adalah di Magelang, Jawa Tengah, dengan kesiapan mencapai 98 persen.
“Gedung, guru, siswa, kepala sekolah sudah siap. Rencananya 14 Juli mulai masa orientasi sebelum launching oleh Presiden,” ujarnya.
Sekolah-sekolah rintisan ini sebagian besar menggunakan gedung milik Kementerian Sosial yang tersedia di sejumlah daerah.
Agus Jabo mengatakan, banyak gedung milik Kemensos berada di Jawa dan Sumatera sehingga diprioritaskan untuk tahap awal.
“Penduduk miskin itu berada di Jawa, tetapi untuk sekolah rintisan ini kita menggunakan gedung-gedung yang sudah ada milik Kemensos,” jelasnya.
Verifikasi Lahan Sekolah Permanen
Dalam jangka panjang, pembangunan sekolah permanen akan dilakukan secara merata di seluruh Indonesia.
Saat ini, Kemensos tengah menyeleksi dan memverifikasi lahan yang diusulkan dari berbagai daerah.
Lahan yang diajukan harus memenuhi kriteria dari Presiden, yaitu idealnya seluas 8,2 hektare atau minimal 5 hektare.
“Harus milik pemerintah, tidak di daerah rawan bencana, kontur tanahnya juga harus sesuai,” terang Agus Jabo.
Verifikasi ini dilakukan sebelum penyerahan lahan ke Kementerian Pekerjaan Umum untuk pengecekan teknis.
Tujuan Memutus Transmisi Kemiskinan
Menurut Agus Jabo, tujuan utama dari pembangunan Sekolah Rakyat adalah untuk memutus rantai kemiskinan antar generasi.
Sekitar 76 persen keluarga miskin di Indonesia tidak mampu menyekolahkan anak-anak mereka karena keterbatasan ekonomi.
“Pak Presiden ingin supaya dengan Sekolah Rakyat ini bisa memutus transmisi kemiskinan,” kata Agus.
Ia menegaskan bahwa anak-anak dari keluarga kurang mampu berhak mendapatkan pendidikan layak.
“Kalau orang tuanya tukang becak, anaknya tidak harus jadi tukang becak,” ujarnya menambahkan.
Dukungan Keluarga Penerima Manfaat
Program ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat, terutama keluarga penerima manfaat.
Agus Jabo mengisahkan bagaimana para orang tua menangis haru ketika mengetahui anaknya bisa kembali bersekolah.
“Mereka rata-rata bilang sambil menangis, tidak ingin anaknya bernasib sama,” ungkapnya.
Ia menceritakan, di Temanggung, ada orang tua yang sampai bersujud di kaki Menteri karena haru dan bahagia.
Sentimen emosional tersebut menunjukkan betapa pentingnya akses pendidikan untuk masyarakat miskin.
Anggaran dan Perencanaan
Pemerintah menyiapkan anggaran sekitar Rp2 triliun untuk pembangunan dan operasional Sekolah Rakyat.
Setiap titik pembangunan sekolah permanen dianggarkan sekitar Rp200 miliar.
Anggaran tersebut mencakup pembangunan gedung dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Untuk sekolah rintisan, Kemensos hanya melakukan renovasi terhadap gedung eksisting.
Beberapa gedung memiliki kapasitas terbatas, misalnya hanya empat ruang kelas per lokasi.
Penggunaan Gedung Lama
Sekolah-sekolah rintisan akan dipindahkan ke bangunan permanen setelah selesai dibangun.
Jika gedung rintisan milik Kemensos, dapat dilanjutkan menjadi sentra layanan sosial.
Namun bila milik pemda, gedung bisa difungsikan untuk layanan sosial daerah.
“Kalau lahan itu milik Kemensos, nanti bisa dilanjutkan sebagai sentra layanan sosial,” ujar Agus Jabo.
Ia menambahkan, pemanfaatan gedung harus efisien agar tak terjadi pemborosan anggaran.
Sistem Boarding School
Sekolah Rakyat akan menggunakan sistem berasrama atau boarding school di masa mendatang.
Setiap sekolah dirancang memuat jenjang SD, SMP, dan SMA dalam satu kompleks kawasan.
Satu sekolah ditargetkan mampu menampung sedikitnya 1.000 siswa dari berbagai daerah.
“Rencananya satu rombel 25 siswa, kebutuhan gurunya sekitar 1.544 guru untuk 100 titik,” jelasnya.
Dengan sistem ini, siswa bisa mendapatkan pengasuhan dan pembelajaran yang lebih terkontrol.
Kapasitas dan Jumlah Sekolah
Sekolah Rakyat ditargetkan membangun sekitar 500 unit sekolah dalam beberapa tahun ke depan.
Masing-masing sekolah dirancang untuk menerima minimal 1.000 siswa.
Dengan demikian, program ini diharapkan mampu mencetak 500 ribu anak-anak unggulan.
Mereka adalah anak-anak dari keluarga miskin yang diberi kesempatan berkembang setara.(Gambar diambil dari Laksara)
“Bayangkan kalau nanti ada 500 sekolah… kita akan punya 500 ribu anak-anak unggulan,” pungkas Agus Jabo.(*)
Berlangganan gratis WANEWS EKOIN lewat saluran WhatsUp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v