Jakarta barat, EKOIN.CO – Sejoli asal Jakarta Barat menjadi korban penipuan saat melakukan transaksi pembelian sepeda motor melalui sistem Cash on Delivery (COD) di kawasan Palmerah, Kamis, 27 Juni 2025. Pelaku diduga berpura-pura menjadi anggota kepolisian untuk mengelabui korban dan membawa kabur motor tanpa pembayaran yang sah.
Transaksi COD Berujung Tipu Daya
Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 10.00 WIB, saat pasangan kekasih yang berencana menjual sepeda motor bertemu dengan pelaku di kawasan Jalan KS Tubun, Palmerah. Pelaku awalnya menghubungi korban melalui media sosial dan menyepakati pertemuan untuk transaksi secara langsung.
Ketika tiba di lokasi, pelaku datang mengenakan pakaian menyerupai seragam polisi dan mengaku sebagai anggota dari satuan kepolisian setempat. Dengan percaya diri, ia meyakinkan korban bahwa transaksi bisa dilanjutkan dengan pengecekan singkat motor.
Pelaku kemudian meminta kunci motor dan surat-surat kendaraan untuk “pemeriksaan”. Tak lama berselang, pelaku berpura-pura menerima panggilan darurat dan dengan cepat membawa motor korban pergi.
Korban Langsung Lapor ke Polsek Palmerah
Setelah menunggu cukup lama dan menyadari pelaku tidak kembali, korban segera melaporkan kejadian ini ke Polsek Palmerah. Polisi langsung melakukan olah TKP dan memeriksa CCTV di sekitar lokasi kejadian.
Kapolsek Palmerah Kompol Antonius Wibowo membenarkan adanya laporan tersebut. “Kami sudah menerima laporan dan sedang melakukan pendalaman terhadap kasus ini. Pelaku diduga menggunakan modus penyamaran sebagai polisi untuk mengelabui korban,” ujarnya,
Petugas menyita rekaman kamera pengawas di sekitar tempat kejadian untuk mengidentifikasi ciri-ciri pelaku dan kendaraan yang digunakan kabur.
Modus Penipuan COD Semakin Marak
Kasus penipuan dengan modus COD memang semakin sering terjadi di berbagai wilayah Jakarta. Beberapa pelaku memanfaatkan kelengahan korban yang tidak curiga dengan penampilan pelaku yang meyakinkan.
“Modus ini bukan baru pertama kali terjadi. Banyak korban yang terlena karena pelaku mampu menciptakan situasi yang terlihat resmi dan profesional,” ungkap seorang penyidik dari Polres Metro Jakarta Barat,
Korban mengaku tidak menyangka karena pelaku berbicara layaknya petugas resmi dan membawa ID card palsu. Bahkan, pelaku sempat menunjukkan borgol dan HT palsu saat pertama bertemu.
Pelaku Diduga Sindikat Penipuan
Penyidik menduga pelaku merupakan bagian dari sindikat penipuan yang telah beberapa kali beraksi di Jakarta. Dalam beberapa laporan sebelumnya, modus serupa ditemukan di daerah Cengkareng dan Tambora.
“Berdasarkan pola aksinya, kami menduga pelaku tidak beraksi seorang diri. Ada kemungkinan ia bagian dari jaringan yang lebih besar,” kata Kompol Antonius.
Pihak kepolisian kini fokus mencari jejak digital pelaku, termasuk nomor ponsel yang digunakan untuk menghubungi korban dan akun media sosial yang digunakan sebagai perantara transaksi.
Korban Harapkan Pelaku Segera Tertangkap
Pasangan korban yang masih dirahasiakan identitasnya berharap agar pelaku bisa segera ditangkap dan motor mereka kembali. Mereka juga mengaku mengalami kerugian sebesar Rp18 juta akibat kejadian tersebut.
“Saya percaya waktu itu karena dia terlihat sangat meyakinkan. Saya tidak pernah menyangka ada yang nekat berpura-pura jadi polisi untuk menipu,” kata korban pria.
Motor yang dibawa pelaku merupakan jenis matik keluaran 2022 dengan kondisi sangat baik. Korban sengaja menjual motor itu karena ingin kebutuhan tambahan biaya keluarga.
Polisi Imbau Waspada Transaksi COD
Polsek Palmerah mengimbau warga agar lebih berhati-hati saat melakukan transaksi COD, terutama dengan orang yang belum dikenal. Masyarakat disarankan untuk memilih tempat umum dan ramai jika melakukan pertemuan.
“Kami juga mengimbau agar tidak mudah percaya jika seseorang mengaku sebagai petugas, apalagi dalam transaksi pribadi. Pastikan identitas mereka benar-benar resmi,” ujar Kompol Antonius.
Untuk menghindari kejadian serupa, masyarakat juga disarankan menggunakan jasa pengaman resmi atau mengajak saksi saat transaksi.
Penelusuran Masih Berlanjut
Hingga saat ini, penyidik masih berupaya menelusuri keberadaan pelaku. Polisi juga sedang mengecek kemungkinan kendaraan tersebut dijual kembali melalui pasar motor bekas.
Pihak berwajib bekerja sama dengan dealer dan situs jual beli motor untuk memantau jika motor korban muncul dalam daftar penjualan online.
Penyidik juga menghubungi operator telekomunikasi untuk mendapatkan informasi terkait nomor telepon pelaku.
Warga Diimbau Tidak Terpancing Penipuan Serupa
Kepolisian kembali menegaskan agar warga tidak mudah terpancing pada janji atau tampilan yang terlihat profesional. Penipuan dengan penyamaran kini menjadi salah satu modus yang berkembang di kota besar.
“Penipuan model seperti ini mengandalkan psikologi korban. Pelaku membuat seolah-olah mereka memiliki otoritas,” jelas penyidik.
Pihak berwenang juga membuka hotline pengaduan cepat untuk masyarakat yang merasa menjadi korban penipuan COD.
Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan ketika melakukan transaksi secara langsung, khususnya dalam sistem COD. Pastikan lokasi pertemuan berada di tempat umum dan terekam CCTV. Selain itu, bawa minimal satu saksi untuk menghindari tindakan penipuan yang bisa terjadi secara tiba-tiba.
Menggunakan aplikasi yang memiliki sistem escrow atau rekening bersama bisa menjadi solusi aman agar dana baru berpindah setelah barang diterima dengan benar. Pemeriksaan latar belakang akun media sosial pembeli atau penjual juga perlu dilakukan secara mandiri oleh pengguna.
Penting juga untuk tidak tergesa-gesa dalam menutup kesepakatan pembelian, meskipun ada tekanan dari pihak lawan transaksi. Pelaku penipuan sering menggunakan tekanan waktu agar korban tidak sempat berpikir logis.
Warga diminta segera melapor ke polisi jika menemui kejanggalan selama transaksi, termasuk bila ada pihak yang mengaku aparat namun tidak bisa menunjukkan identitas resmi.
Dengan kolaborasi masyarakat dan aparat keamanan, pelaku penipuan seperti ini dapat segera ditangkap dan dicegah agar tidak memakan korban lebih banyak di masa mendatang.
Kejadian di Palmerah menjadi pelajaran penting mengenai pentingnya verifikasi identitas lawan transaksi dalam skema COD. Penipuan dapat terjadi meskipun tampilan pelaku sangat meyakinkan.
Kepolisian bekerja aktif mengejar pelaku dan mengembangkan penyelidikan hingga ke kemungkinan jaringan sindikat yang lebih luas. Langkah ini mendapat dukungan penuh dari masyarakat yang menginginkan keamanan bertransaksi lebih terjamin.
Sementara itu, publik diharapkan tidak mudah percaya pada pihak yang mengaku aparat tanpa bukti resmi. Pemeriksaan cermat atas identitas dan perilaku calon pembeli atau penjual adalah langkah pertama mencegah tindak kriminal.
Keterlibatan warga dalam melaporkan setiap tindak kecurigaan sangat membantu aparat dalam menekan angka kejahatan. Kesadaran kolektif menjadi bagian penting dari upaya pencegahan kejahatan serupa di masa depan.
Kejadian ini menegaskan pentingnya kolaborasi aktif antara masyarakat dan aparat dalam mengamankan sistem jual beli daring dan langsung di tengah pesatnya perkembangan transaksi digital. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v