KYIV EKOIN.CO – Rusia meluncurkan serangan udara terbesar ke wilayah Ukraina sejak invasi pada Februari 2022. Serangan ini berlangsung mulai Selasa malam, 8 Juli 2025, hingga Rabu dini hari, 9 Juli 2025, dan terjadi hanya beberapa jam setelah mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan “omong kosong” terkait konflik Ukraina.
Menurut laporan dari militer Ukraina, total 728 drone dan 13 rudal dikerahkan oleh Rusia dalam serangan terbaru ini. Sebanyak 711 drone berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Ukraina, sementara tujuh dari tiga belas rudal berhasil dicegat, seperti dilaporkan oleh AFP.
Serangan skala besar tersebut memecahkan rekor serangan sebelumnya yang terjadi sepekan lalu, ketika Rusia meluncurkan sekitar 550 drone ke Ukraina. Target serangan kali ini menyasar wilayah yang jauh dari garis depan, mencakup bagian barat negara tersebut.
Serangan Terkoordinasi dan Terluas Sejak Invasi
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa serangan itu merupakan respons langsung terhadap upaya diplomasi yang sedang berlangsung. Ia menyampaikan melalui media sosial bahwa Rusia secara terang-terangan menolak inisiatif perdamaian yang tengah diupayakan banyak pihak internasional.
“Ini adalah serangan yang sangat terarah, dan terjadi tepat ketika banyak upaya sedang dilakukan untuk mencapai perdamaian dan gencatan senjata. Hanya Rusia yang terus menolaknya,” tulis Zelensky.
Zelensky menyerukan kepada negara-negara sekutu untuk meningkatkan tekanan kepada Rusia, terutama dengan memperketat sanksi terhadap sektor energi yang menjadi sumber pendanaan utama militer Kremlin. Ia menyebut bahwa tekanan ekonomi yang tepat akan mendorong perubahan sikap Rusia.
“Mitra kami tahu bagaimana memberikan tekanan yang cukup kuat untuk membuat Rusia berpikir soal mengakhiri perang, bukan justru melancarkan serangan baru,” tambahnya.
Di ibu kota Kyiv, jurnalis AFP melaporkan terdengarnya suara dentuman keras dan bunyi dengungan drone tak lama setelah sirene serangan udara dibunyikan. Warga sipil sempat diminta berlindung ke tempat yang aman.
Wilayah Barat Jadi Sasaran
Salah satu wilayah yang menjadi target serangan adalah Lutsk, sebuah kota di bagian barat Ukraina yang jauh dari garis depan pertempuran. Wali Kota Lutsk, Igor Polishchuk, mengkonfirmasi bahwa sebuah fasilitas industri di kotanya terbakar akibat hantaman rudal Rusia.
Polishchuk menyatakan bahwa tidak ada korban jiwa ataupun luka dalam kejadian tersebut. Tim pemadam kebakaran dikerahkan dengan cepat untuk mengendalikan api dan mencegah penyebaran kebakaran ke area lain.
Serangan ini menunjukkan bahwa Rusia memperluas jangkauan sasarannya, tidak lagi terbatas pada zona pertempuran aktif. Beberapa pengamat menilai bahwa serangan ke wilayah barat dimaksudkan untuk mengganggu logistik militer dan semangat publik Ukraina.
Sementara itu, militer Ukraina menilai bahwa volume serangan yang tinggi mencerminkan perubahan strategi Rusia dalam menghadapi tekanan internasional dan perubahan kebijakan dari Amerika Serikat.
Respons Internasional dan Sikap Amerika Serikat
Serangan ini terjadi di tengah ketegangan hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat, terutama setelah komentar tajam dari Donald Trump terhadap Putin. Meski Trump tidak lagi menjabat, pernyataannya tetap membawa dampak pada geopolitik global.
Di sisi lain, pemerintahan Amerika Serikat saat ini masih mempertimbangkan bentuk bantuan militer lanjutan kepada Ukraina. Ketidakpastian dukungan ini diyakini memicu Rusia untuk mempercepat aksinya sebelum Ukraina kembali memperoleh suplai persenjataan baru.
Menurut analis militer yang dikutip Reuters, Rusia tampaknya mencoba memanfaatkan situasi politik di AS untuk memperbesar tekanan terhadap Ukraina.
Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari Kementerian Pertahanan Rusia mengenai alasan dan tujuan serangan terbaru ini. Namun, eskalasi ini memicu keprihatinan mendalam dari banyak pihak di PBB.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menghubungi beberapa pemimpin negara mitra untuk melaporkan kondisi terbaru dan meminta tambahan bantuan sistem pertahanan udara.
Komunitas internasional kembali menyerukan penghentian serangan dan perlunya gencatan senjata segera. Sejumlah negara Eropa mendesak diadakannya sidang darurat di Dewan Keamanan PBB.
Berbagai badan kemanusiaan juga memperingatkan tentang dampak krisis ini terhadap warga sipil, terutama anak-anak dan kelompok rentan di wilayah yang menjadi target.
Sebagai langkah lanjutan, Ukraina diperkirakan akan meningkatkan perlindungan infrastruktur sipil dan mempercepat distribusi bantuan darurat ke area terdampak.
Serangan ini memperlihatkan bahwa konflik belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Sebaliknya, peningkatan serangan udara menunjukkan skenario perang jangka panjang.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Serangan terbesar yang dilancarkan Rusia ke Ukraina menandai babak baru eskalasi konflik yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun. Di saat upaya damai sedang diintensifkan, tindakan militer ini mengancam harapan akan tercapainya gencatan senjata yang permanen.
Ukraina harus terus memperkuat sistem pertahanannya, sekaligus menggencarkan diplomasi ke negara-negara mitra demi mendorong tekanan internasional terhadap Rusia. Dengan dorongan sanksi tambahan, sektor energi Rusia bisa ditekan untuk menghambat pendanaan perang.
Di sisi lain, negara-negara Barat harus segera menegaskan kembali komitmen dukungan militernya kepada Kyiv agar mampu menahan gelombang serangan udara yang semakin intensif. Dukungan ini tidak hanya berupa senjata, tetapi juga sistem pertahanan dan bantuan kemanusiaan.
Penting bagi komunitas internasional untuk segera bertindak, guna mencegah semakin luasnya dampak perang terhadap stabilitas kawasan Eropa Timur. Jika tidak dihentikan, konflik ini bisa berdampak lebih luas terhadap keamanan global.
serangan terbaru ini mempertegas urgensi penyelesaian konflik melalui jalur diplomatik. Langkah nyata dari semua pihak dibutuhkan untuk mengakhiri kekerasan dan membuka kembali ruang dialog antara pihak-pihak yang berseteru.(*)