Moskow, EKOIN.CO – Satu-satunya kapal induk milik Rusia, Admiral Kuznetsov, kini terancam akan dinonaktifkan setelah proyek modernisasinya menemui jalan buntu. Jika benar-benar dihentikan, Rusia akan menjadi negara adidaya militer tanpa satu pun kapal induk yang aktif.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Kapal induk yang dibuat pada era Uni Soviet ini telah menjalani proses perombakan sejak tahun 2018. Namun, hingga pertengahan 2025, belum ada kepastian mengenai penyelesaian proyek tersebut, sementara beberapa sumber menyebut proyek itu kini mengalami penundaan serius.
Surat kabar Rusia, Izvestia, melaporkan pada 11 Juli bahwa Kementerian Pertahanan Rusia kemungkinan besar akan membatalkan sepenuhnya proyek modernisasi Admiral Kuznetsov. Laporan itu mengutip sumber anonim yang menyatakan bahwa perbaikan teknis kapal tersebut sudah tidak lagi diprioritaskan.
Sumber tersebut mengungkap bahwa keputusan akhir akan segera diambil oleh Komandan Angkatan Laut Rusia bersama pihak dari United Shipbuilding Corporation. Penundaan panjang dan beban biaya menjadi faktor utama yang memicu evaluasi ulang terhadap proyek tersebut.
Modernisasi Berhenti, Nasib Kapal Menggantung
Proyek perbaikan yang semula dirancang untuk memperbarui sistem pertahanan udara, mesin, peluncur, serta persenjataan canggih tampaknya akan berhenti di tengah jalan. Kegagalan menyelesaikan proyek ini berisiko menjadikan Admiral Kuznetsov sebagai besi tua tak berguna.
Laksamana Sergei Avakyants, mantan Panglima Armada Pasifik Rusia, secara terang-terangan menyatakan bahwa kapal induk seperti Kuznetsov tidak lagi relevan dalam strategi pertahanan laut modern. Menurutnya, kapal semacam itu hanya menjadi sasaran empuk dalam konflik kontemporer.
“Kapal induk hanyalah platform berat yang dapat dihancurkan dalam hitungan menit oleh senjata modern. Ia mahal dan tidak efisien,” ujar Avakyants seperti dikutip oleh EurAsian Times pada Minggu (13/7/2025). Dia juga menyebut bahwa masa depan angkatan laut bukan lagi bergantung pada kapal induk klasik.
Avakyants menambahkan, kemajuan sistem robotik dan kapal induk nirawak akan menggantikan konsep konvensional yang selama ini diandalkan oleh banyak kekuatan militer. “Masa depan adalah milik sistem robotik dan kapal induk nirawak,” lanjutnya.
Tanpa Kapal Induk, Posisi Strategis Dipertanyakan
Sejumlah pejabat senior Angkatan Laut Rusia pun dilaporkan setuju untuk menghentikan proyek tersebut. Dukungan internal terhadap pemutusan proyek menunjukkan bahwa Admiral Kuznetsov sudah tidak lagi dilihat sebagai aset vital militer Rusia.
Jika pembatalan ini terjadi, maka Rusia resmi menjadi satu-satunya negara besar dengan kekuatan nuklir dan status militer global yang tidak memiliki kapal induk. Hal ini dikhawatirkan akan memengaruhi posisi strategis Rusia dalam operasi laut jarak jauh.
Meskipun demikian, pendapat Avakyants dan para pejabat lainnya tidak serta-merta mengakhiri perdebatan tentang pentingnya kapal induk. Beberapa kalangan menilai kapal induk tetap dibutuhkan untuk unjuk kekuatan dan pengaruh politik di luar negeri.
Namun, gelombang perubahan dalam teknologi militer modern tampaknya telah menggeser pandangan tradisional tersebut. Ancaman dari rudal hipersonik dan drone tempur berbiaya rendah telah menurunkan kepercayaan terhadap efektivitas kapal induk di medan tempur.
Beberapa analis global, seperti yang dikutip dari berbagai forum militer internasional, menyatakan bahwa era kejayaan kapal induk mulai meredup seiring berkembangnya teknologi rudal presisi dan serangan jarak jauh yang mematikan.
Ketidakpastian ini membuat masa depan Admiral Kuznetsov kian suram. Opsi paling mungkin jika perombakan dihentikan adalah membongkar kapal itu dan menjualnya sebagai besi tua. Langkah ini akan menandai akhir dari sejarah panjang kapal induk Rusia yang kontroversial.
Admiral Kuznetsov kerap dijuluki sebagai “kapal terkutuk” karena kerap mengalami kerusakan selama operasinya. Mulai dari kebakaran di dek hingga kerusakan mesin, kapal ini lebih sering diperbaiki daripada digunakan dalam operasi militer.
Meski proyek modernisasi sempat menimbulkan harapan, keterlambatan dan biaya tinggi menjadi penghalang utama. Kini, nasib kapal ini berada di ujung tanduk, menunggu keputusan akhir dari pihak berwenang di Moskow.
Pemerintah Rusia belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait laporan Izvestia. Namun, sinyal kuat dari para pejabat dan laporan internal memperkuat kemungkinan bahwa era kapal induk di Rusia akan segera berakhir.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang arah kebijakan pertahanan Rusia ke depan. Apakah Rusia akan mengembangkan sistem baru yang lebih murah dan fleksibel, atau tetap berusaha mempertahankan simbol kekuatan laut yang mulai usang?
Dalam konteks geopolitik global, absennya kapal induk bisa memperlemah kemampuan Rusia untuk memproyeksikan kekuatan militernya di luar kawasan regional. Sebab, kapal induk sering kali menjadi alat diplomasi militer negara-negara besar.
Namun di sisi lain, fokus pada sistem pertahanan modern berbasis teknologi tanpa awak bisa menjadi jalan keluar yang lebih realistis dan ekonomis. Perubahan paradigma ini mungkin mencerminkan strategi baru dalam menghadapi tantangan keamanan masa depan.
Keputusan soal Admiral Kuznetsov tidak hanya berdampak pada kekuatan Angkatan Laut Rusia, tapi juga pada simbol kebanggaan militer yang telah diwarisi sejak era Soviet. Akankah kapal ini benar-benar dihentikan atau kembali dihidupkan, semuanya kini berada dalam ketidakpastian.
Kondisi terkini menunjukkan bahwa masa depan kapal induk Admiral Kuznetsov berada di ujung kehancuran setelah proyek modernisasinya tertunda lama. Dengan ancaman pembatalan proyek, Rusia berisiko kehilangan simbol kekuatan laut terakhir yang mereka miliki. Ini dapat memengaruhi posisi strategis Rusia di panggung militer global, terutama dalam operasi laut skala besar.
Komentar dari Laksamana Avakyants dan dukungan dari pejabat senior memperlihatkan pergeseran arah kebijakan militer Rusia. Mereka menilai bahwa kapal induk tak lagi relevan dalam strategi militer modern yang bergantung pada senjata canggih dan teknologi nirawak. Kecenderungan global pun memperkuat argumen ini.
Tekanan ekonomi, masalah teknis berulang, dan kemajuan teknologi menjadi alasan utama di balik keraguan terhadap kelayakan Admiral Kuznetsov. Kini, keberlangsungan kapal ini tinggal menunggu waktu dan keputusan politik dari Moskow.
Penundaan proyek ini memperlihatkan lemahnya manajemen pengadaan alutsista besar di Rusia. Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah tegas demi efisiensi dan alokasi anggaran pertahanan yang lebih rasional.
Keputusan pembatalan akan menjadi akhir dari kapal induk terakhir Rusia, namun juga bisa menjadi awal transisi menuju sistem pertahanan laut yang lebih modern dan adaptif terhadap ancaman masa depan. (*)