Bandung EKOIN.CO – Rekaman suara diduga milik Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Barat, Bambang Tirtoyuliono, menimbulkan polemik di sektor pertambangan daerah. Dalam rekaman yang beredar, ia terdengar meminta para pengusaha tambang bersabar menyusul penghentian sementara aktivitas produksi berdasarkan surat edaran Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM). Isu ini langsung menjadi sorotan karena menyangkut arah kebijakan pertambangan.
Gabung WA Channel EKOIN untuk berita terkini
Rekaman yang beredar luas di media sosial itu pertama kali diunggah oleh politisi PSI sekaligus pengusaha, Ronald A Sinaga, melalui akun Instagram pribadinya. Dalam rekaman, suara yang diduga milik Bambang menyebutkan penghentian produksi tambang tidak akan berlangsung lama, bahkan diprediksi kurang dari satu minggu.
Rekaman Suara Tambang Picu Polemik
Dalam kutipan rekaman, terdengar suara mengatakan, “Mohon sekali lagi kepada teman-teman semua untuk agak sedikit bersabar. Untuk 2-3 hari atau 4 hari ke depan lah begitu ya. Jadi ini dinamikanya luar biasa dan kita yang disalahkan. Saya enggak terima sebetulnya. Tetapi apapun namanya, kita diminta untuk memperbaiki atau merencanakan tata kelola.”
Pernyataan ini menimbulkan interpretasi adanya dilema di internal pemerintahan. Di satu sisi, kebijakan gubernur menekankan perlindungan keselamatan warga dan infrastruktur, sementara di sisi lain ada kesan dukungan terhadap pengusaha tambang.
Lebih lanjut, suara tersebut juga menegaskan bahwa penghentian aktivitas hanya bersifat sementara. “Tidak lebih dari satu minggu. Mudah-mudahan di dalam yang terjadi ini bisa segera selesai, sehingga (tambang) bisa berproduksi seperti sedia kala,” ucap suara yang diduga Bambang.
Pertanyaan soal Kerugian dan Kompensasi Tambang
Keterangan lain dalam rekaman menyinggung soal kerugian perusahaan tambang akibat penghentian sementara. Suara tersebut meminta agar kerugian dapat dikomunikasikan ke pejabat terkait. “Saya tidak ingin teman-teman dirugikan. Oke, ada yang dirugikan betul, saya percaya ada. Tetapi untuk tidak begitu banyak dirugikan, manakala memerlukan suspensi atau diperhitungkan kerugian produksi hariannya, silakan komunikasikan dengan Pak Heriman,” jelasnya.
Hal ini membuka diskusi baru mengenai siapa yang akan menanggung kerugian akibat penghentian produksi dan bagaimana mekanisme kompensasi dapat diberikan.
Selain itu, rekaman juga menyebutkan pentingnya menjaga situasi tetap kondusif di tengah ketegangan. Dengan lebih dari 30 perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah Parungpanjang, Cigudeg, dan Rumpin, suara itu menekankan perlunya konsolidasi dan kesamaan sikap di kalangan pelaku usaha.
Publik pun menilai rekaman ini sebagai indikasi adanya tarik menarik kepentingan. Gubernur menerbitkan kebijakan untuk keselamatan masyarakat, namun dinas terkait justru memberikan sinyal penguatan kepada pengusaha agar tetap optimis.
Kasus ini menjadi perhatian karena menyangkut konsistensi kebijakan dan kredibilitas pemerintah daerah dalam mengatur sektor tambang yang sarat kepentingan.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v