Jakarta EKOIN.CO – Pemerintah memastikan tengah mengkaji skema impor bahan bakar minyak (BBM) melalui satu pintu lewat Pertamina. Kebijakan ini digagas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebagai langkah untuk menjaga ketersediaan pasokan BBM di tengah sinyal kelangkaan yang mulai dirasakan sebagian stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta.
Gabung WA Channel EKOIN di sini
Bahlil menegaskan, apabila SPBU swasta mengalami kekurangan stok, maka opsi kolaborasi dengan Pertamina menjadi solusi yang harus ditempuh. Menurutnya, keterlibatan Pertamina akan memudahkan pengendalian distribusi sekaligus menjamin ketersediaan BBM di seluruh wilayah Indonesia.
Meskipun begitu, kebijakan impor satu pintu ini menimbulkan pro dan kontra. Sejumlah pihak menilai regulasi ini dapat mengurangi peran swasta dalam menjaga ketersediaan energi. Namun, pemerintah menyebut langkah tersebut semata untuk mengamankan pasokan dan kepentingan publik.
Impor BBM Jadi Fokus Pemerintah
Dalam keterangannya, Bahlil Lahadalia menjelaskan alasan utama di balik rencana ini. Ia menyebutkan bahwa skema impor BBM lewat Pertamina akan memastikan adanya satu pusat kendali logistik, sehingga koordinasi dan pengawasan menjadi lebih mudah dilakukan.
“Kalau SPBU swasta tidak punya stok, ya kolaborasi dengan Pertamina. Jangan sampai masyarakat kesulitan mencari BBM,” ujar Bahlil.
Ia menambahkan, pemerintah tidak berniat menutup ruang bagi swasta, melainkan ingin menciptakan mekanisme yang lebih terintegrasi. Tujuannya agar pasokan BBM tidak terhambat oleh keterlambatan impor atau kendala distribusi.
Sejumlah analis energi menilai, pola ini bisa menekan biaya impor dengan adanya efisiensi rantai pasok. Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran terkait monopoli pasokan yang dapat membatasi fleksibilitas pasar.
Pertamina Sebagai Pengendali Pasokan BBM
Pertamina dinilai memiliki kapasitas infrastruktur dan pengalaman dalam mengelola impor serta distribusi energi. Dengan jaringan luas, perusahaan pelat merah ini diyakini mampu menjaga pasokan BBM tetap stabil, terutama pada saat kebutuhan meningkat.
Menurut data Kementerian ESDM, konsumsi BBM nasional setiap tahunnya masih bergantung pada impor sekitar 30%. Ketergantungan ini membuat harga dan ketersediaan sangat dipengaruhi kondisi global.
Dengan adanya pengendalian satu pintu, pemerintah berharap potensi kekosongan di lapangan dapat dicegah lebih dini. Pertamina pun disebut akan berperan sebagai offtaker utama, sementara SPBU swasta tetap dapat menyalurkan BBM melalui kerja sama distribusi.
Di sisi lain, Asosiasi Pengusaha SPBU Swasta meminta agar pemerintah menimbang dampak kebijakan terhadap pelaku usaha. Mereka khawatir akses impor yang sepenuhnya dikuasai Pertamina akan mempersempit ruang gerak swasta.
Mereka mendesak agar kebijakan tetap memberi ruang bagi kompetisi sehat. Dengan demikian, masyarakat akan tetap memperoleh layanan terbaik dengan harga yang wajar.
Pemerintah berjanji akan membuka forum dialog dengan semua pemangku kepentingan sebelum menetapkan aturan final. Dengan begitu, kebijakan impor BBM lewat Pertamina bisa berjalan seimbang, antara kepentingan stabilitas pasokan dan keberlangsungan usaha swasta.
Rencana pemerintah mengkaji impor BBM lewat Pertamina merupakan upaya menjaga pasokan energi nasional. Skema ini bertujuan agar distribusi lebih terintegrasi dan terkendali.
Namun, kebijakan tersebut memunculkan kekhawatiran terkait dominasi Pertamina. Pihak swasta menilai ruang usaha mereka dapat menyempit jika akses impor hanya diberikan pada satu entitas.
Meski demikian, pemerintah menegaskan bahwa kolaborasi tetap menjadi kunci. Pertamina diharapkan bisa menjadi mitra strategis bagi SPBU swasta.
Kebijakan ini juga diyakini mampu menekan biaya impor dan meningkatkan efisiensi distribusi. Namun, penerapannya harus dilakukan secara hati-hati.
Pemerintah disarankan membuka ruang dialog lebih luas agar kepentingan publik dan pelaku usaha swasta sama-sama terlindungi. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v