Jakarta, EKOIN.CO – Penyerapan surat utang khusus atau Patriot Bond yang diterbitkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagatha Nusantara (BPI Danantara) telah mencapai target penerbitan penuh senilai Rp 50 triliun. Hal ini diungkapkan langsung oleh CEO BPI Danantara, Rosan Roeslani.
Di Balai Sarbini Lippo Nusantara Jakarta, Selasa malam (16/9), Rosan menyatakan pencapaian tersebut. “100%,” kata Rosan saat ditemui di lokasi. Sebelumnya, pada Sabtu (6/9/2025), di Kompleks Istana Kepresidenan, Rosan telah menyebut sejumlah konglomerat berminat pada instrumen ini. “Ya berminat. Semua ikut berpartisipasi kok,” ujarnya seperti dikutip dari wartawan.
Patriot Bond merupakan instrumen pembiayaan strategis yang diterbitkan melalui mekanisme private placement. Akibatnya, surat utang ini tidak ditawarkan kepada publik melainkan secara langsung kepada sekelompok kecil investor terpilih, termasuk para konglomerat.
Konglomerat yang turut serta antara lain pengendali Grup Barito, Prajogo Pangestu, dan pengendali Grup Sinar Mas, Franky Widjaja. Melalui sebuah keterangan resmi yang diterima CNBC Indonesia, Prajogo menyatakan bahwa penerbitan surat utang ini adalah peluang untuk berkontribusi. “Pembangunan Indonesia adalah tanggung jawab bersama, Patriot Bonds memberi kesempatan bagi dunia usaha untuk berkontribusi dalam transformasi ekonomi nasional,” sebut Prajogo.
Di sisi lain, Franky Widjaja menyoroti manfaat percepatan pertumbuhan dari instrumen tersebut. “Instrumen ini memberi kepastian investasi sekaligus mempercepat pertumbuhan yang inklusif bagi masyarakat luas,” ungkap Franky.
Selain mereka, antusiasme serupa disampaikan pemilik Grup Adaro, Garibaldi ‘Boy’ Thohir. Menurutnya, proyek yang didanai oleh obligasi ini akan memberikan dampak nyata. “Patriot Bonds mencerminkan semangat gotong royong. Apalagi instrumen ini akan mendanai proyek waste-to-energy yang sangat dibutuhkan rakyat Indonesia,” ujar Boy.
Secara teknis, total emisi Patriot Bond senilai Rp 50 triliun ditawarkan dalam dua tenor, yaitu 5 dan 7 tahun, dengan kupon imbal hasil sebesar 2%. Tujuan utama dari penerbitan ini adalah untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional. Selanjutnya, dana yang terkumpul akan dialokasikan khusus untuk mendanai proyek transisi energi, terutama pemanfaatan limbah menjadi energi atau waste-to-energy.