Jakarta, EKOIN.CO – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ungkap bahwa pengguna QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di Indonesia kini telah tembus angka lebih dari 50 juta orang — lampaui jumlah pemegang kartu kredit di Tanah Air. Fenomena ini cerminkan percepatan adopsi layanan digital di sektor keuangan yang semakin massif.
Menurut Airlangga, lonjakan pengguna QRIS picu kekhawatiran di kalangan penyedia jasa pembayaran elektronik (e-payment provider). “Payment QRIS itu terus ningkat dan jumlah pengguna di Indonesia sudah lebih dari 50 juta. Ini sudah lebih tinggi dari pengguna kartu kredit,” ujarnya di Jakarta, Kamis (9/10).
Lebih dari sekadar alat transaksi domestik, QRIS kini mulai merambah ke panggung internasional. Penggunaan lintas negara — atau Local Currency Transaction (LCT) — diperluas ke Malaysia, Singapura, Thailand, Jepang, China, Korea Selatan, dan kini direncanakan untuk Uni Emirat Arab (UEA). Menurutnya, konsep transaksi antarnegara tanpa perlu gunakan mata uang asing dapat bantu jaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mencatat bahwa nilai transaksi QRIS antarnegara di Malaysia, Singapura, dan Thailand telah capai sekitar Rp 1,66 triliun hingga Juni 2025. Secara domestik, volume transaksi pembayaran digital melalui QRIS tumbuh sebesar 162,77 persen (YoY) hingga Juli 2025. (Selain QRIS, transaksi digital melalui mobile banking dan internet banking juga nunjukkan tren positif, dengan pertumbuhan masing-masing 26,07 persen dan 12,68 persen (YoY).
Meski data resmi menyebut “lebih dari 50 juta”, beberapa sumber menyebut bahwa per Agustus 2025, pengguna QRIS sudah mencapai 57 juta, terutama dari segmen pelaku UMKM. Di sisi lain, berdasarkan data Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), jumlah kartu kredit yang beredar per Juni 2025 diperkirakan berada di kisaran 18,8 juta.
Kecepatan pertumbuhan ini jadikan QRIS tidak hanya sebagai alat pembayaran biasa, melainkan instrumen strategis percepatan ekonomi digital. Namun, pertanyaan muncul: apakah infrastruktur dan regulasi di dalam negeri dan lintas negara sudah siap mendukung ekspansi tersebut?
Berbagai e-payment provider kini dihadapkan pada tantangan adaptasi dan inovasi agar tetap kompetitif di tengah dominasi QRIS. Menurut Airlangga, kekhawatiran muncul karena kecepatan Indonesia dalam menerapkan QRIS di berbagai negara, baik ASEAN maupun non-ASEAN.
Dari segi regulasi, perlu kerangka kebijakan yang memastikan keamanan data konsumen, perlindungan terhadap fraud, serta interoperabilitas sistem pembayaran antarnegara. Di sisi teknis, konektivitas, kecepatan transaksi, dan ketersediaan jaringan harus dapat mendukung lonjakan volume transaksi.
Lebih jauh, ekspansi QRIS lintas negara memerlukan harmonisasi kebijakan fiskal dan keuangan antarnegara. Kesepakatan mengenai settlement mata uang lokal, mekanisme konversi, hingga regulasi anti-pencucian uang (AML) menjadi aspek penting yang tak boleh terabaikan.
Bagi UMKM, dominasi QRIS membuka peluang untuk memperluas pasar melalui transaksi lintas batas dengan hambatan minimal. Namun, kesiapan UMKM dalam adopsi teknologi, literasi digital, serta dukungan akses infrastruktur tetap menjadi tantangan utama.
Dalam perspektif makroekonomi, dominasi QRIS dapat mendorong efisiensi transaksi, mengurangi ketergantungan pada mata uang asing, serta memperkuat posisi digital Indonesia di ranah global. Namun, jika tidak diimbangi dengan penguatan pengawasan dan infrastruktur, potensi risiko sistemik dan disrupsi industri layanan pembayaran bisa muncul.
Penegasan Airlangga di Jakarta menunjukkan bahwa pemerintah menetapkan QRIS sebagai bagian inti strategi nasional digitalisasi keuangan. Ekspansi ke UEA menjadi langkah ambisius berikutnya untuk menjadikan transaksi lintas negara berbasis rupiah bukan sekadar impian.
Tren ini kemungkinan akan memicu inovasi baru di sektor fintech dan pembayaran digital, sekaligus mendorong lembaga keuangan tradisional bertransformasi lebih cepat. Di tengah momentum ini, kata pamungkas digitalisasi menjadi kunci bagi Indonesia untuk memperkokoh infrastruktur ekonomi di era global yang saling terhubung.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmc6mYPIvKh3Yr2mY