Jakarta, EKOIN.CO — Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia melanjutkan rangkaian kegiatan Konferensi Musik Indonesia (KMI) 2025 dengan menggelar sesi diskusi bertajuk “Musik di Hulu: Pendidikan, Regenerasi, dan Maestro.” Diskusi ini menyoroti pentingnya peran pendidikan dalam membangun ekosistem musik nasional yang berkelanjutan sejak usia dini serta memperkuat fondasi regenerasi musisi di masa depan.
Sesi tersebut menghadirkan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Fajar Riza Ul Haq, dan Direktur Bina SDM Lembaga, Pranata, dan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti, sebagai pembicara utama. Diskusi dipandu oleh Arhamuddin Ali dan turut menghadirkan sejumlah tokoh lintas sektor seperti Sartana (Kemendikdasmen), Endo Suanda (etnomusikolog dan pendiri Lembaga Pendidikan Seni Nusantara), Boim Sulistio (Kepala Departemen Bisnis Kreatif SAE Institute), serta Gilang Ramadhan, musisi dan pendidik musik.
Pendidikan Seni sebagai Fondasi Pembentukan Karakter
Dalam paparannya, Wamen Fajar Riza Ul Haq menegaskan bahwa seni merupakan bagian esensial dari pendidikan dan menjadi inti pembentukan manusia seutuhnya. Ia menekankan pentingnya pembelajaran yang tidak hanya fokus pada pengetahuan teoretis, tetapi juga memberi ruang bagi proses kreatif dan reflektif, melalui apa yang disebutnya sebagai pembelajaran mendalam.
“Seni adalah inti dari pendidikan. Seni mendapat posisi yang terhormat karena menjadi sarana melahirkan seniman Indonesia yang berakhlak mulia,” ujar Fajar Riza.
Mengacu pada hasil PISA 2022 yang menunjukkan posisi pendidikan Indonesia masih di bawah rata-rata global, Wamen menilai bahwa pendidikan seni dapat menjadi kunci untuk memperkuat kualitas pembelajaran dan daya saing generasi muda.
Sementara itu, Irini Dewi Wanti menyoroti pentingnya regenerasi maestro di Indonesia. Menurutnya, sering kali pengetahuan dan keahlian para maestro terputus karena tidak ada sistem pewarisan yang berkelanjutan.
“Kesulitan kita adalah menemukan maestro. Ketika seseorang menjadi pencipta karya besar, pengetahuannya sering terputus dari ahlinya,” ujarnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Kementerian Kebudayaan mendorong berbagai program strategis seperti Belajar Bersama Maestro, Festival Musik Tradisi, lokakarya konservasi musik, Anugerah Kebudayaan Indonesia, serta Manajemen Talenta Nasional dan sertifikasi pelaku budaya di bidang musik.
Tantangan dan Peluang Regenerasi Musisi
Sebagai pembuka sesi panelis, Endo Suanda menekankan pentingnya pendidikan musik yang berakar pada keragaman budaya bangsa. Ia menyoroti bahwa ruang kesenian tradisi kini semakin sempit karena terhimpit oleh tiga hal: pendidikan talenta yang sempit, persepsi nasional yang seragam, dan persepsi agama yang kaku.
“Kita perlu cara pandang yang lebih kontekstual terhadap budaya sendiri, agar tradisi tidak hilang dalam arus modernisasi,” tegasnya.
Musisi dan pendidik Gilang Ramadhan menambahkan bahwa pendidikan musik seharusnya dimulai sejak usia dini, bahkan di tingkat PAUD. Ia menilai guru yang memahami alat musik tradisional Indonesia sangat berperan dalam menumbuhkan disiplin, kreativitas, dan kepercayaan diri anak-anak.
“Musik bisa menambah kecerdasan anak-anak. Kita harus dorong sedini mungkin agar mereka menjadi maestro berikutnya 10–20 tahun ke depan,” ujarnya.
Sementara itu, Boim Sulistio menyoroti pentingnya strategi adaptasi di dunia musik modern. Ia menilai pendidikan musik harus membuka peluang karier yang lebih luas, tidak hanya di atas panggung, tetapi juga di seluruh rantai industri kreatif.
“Dunia pendidikan musik perlu membuka career opportunities for graduates secara lebih luas — dari produksi hingga manajemen industri kreatif,” ujarnya.
Menutup sesi panelis, Sartana menegaskan pentingnya regulasi yang selaras antara dunia pendidikan dan kebudayaan. Regulasi yang baik, menurutnya, menjadi kunci untuk merancang kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri musik nasional.
“Kami bersama Kementerian Kebudayaan perlu membuat kurikulum yang diselaraskan dengan dunia musik agar ekosistemnya tumbuh kuat sejak pendidikan dasar,” tutupnya.
Rekomendasi KMI 2025: Selaras antara Pendidikan dan Kebudayaan
Menutup keseluruhan sesi, peserta Konferensi Musik Indonesia 2025 menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis, antara lain:
- Menyelaraskan sistem pendidikan seni dengan pembangunan nasional dan nilai-nilai budaya;
- Mengembangkan kurikulum seni berbasis budaya Nusantara;
- Memastikan regenerasi seniman melalui dukungan kebijakan, fasilitas, dan insentif ekonomi;
- Mendorong pembelajaran musik sejak usia dini;
- Menempatkan musik tradisi dalam kurikulum pendidikan formal, bukan sekadar kegiatan ekstrakurikuler.
Melalui KMI 2025, Kementerian Kebudayaan menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat ekosistem musik nasional, menjadikan pendidikan sebagai pondasi utama regenerasi seniman, dan menempatkan musik sebagai kekuatan strategis dalam pembangunan karakter bangsa serta penguatan ekonomi kreatif Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut:
Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia
📧 Email: info@kemenbud.go.id
🌐 Website: https://kemenbud.go.id
📱 WhatsApp Channel: Kementerian Kebudayaan
#KementerianKebudayaan #PemajuanKebudayaan #KMI2025 #MusikIndonesia #PendidikanSeni #RegenerasiMaestro