Jakarta EKOIN.CO – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyoroti perilaku perbankan yang dinilai enggan menyalurkan kredit, meski memiliki dana besar dan meraup keuntungan tinggi. Menurutnya, kondisi ini menjadi salah satu penyebab tersendatnya penyaluran pembiayaan ke sektor riil yang sangat membutuhkan dorongan investasi.
Ia menegaskan, masalah kredit ini tidak hanya berkaitan dengan lemahnya permintaan, tetapi juga kurangnya inovasi dan semangat perbankan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. “Bank itu gak ngapa-ngapain saja bisa untung gede. Mereka males mengembangkan kredit,” kata Purbaya.
Kredit Jadi Sorotan Ekonomi Nasional
Purbaya menjelaskan, pemerintah telah berupaya menempatkan dana untuk memperkuat likuiditas perbankan. Namun, dana tersebut justru lebih banyak disimpan tanpa digerakkan secara optimal untuk pembiayaan sektor produktif. Hal ini, menurutnya, justru menghambat pemulihan ekonomi yang tengah digencarkan pemerintah.
Ia menekankan bahwa perbankan seharusnya aktif mencari terobosan agar kredit dapat mengalir ke sektor-sektor riil. “Kalau terus disimpan, manfaatnya kecil. Padahal kredit yang mengalir ke masyarakat akan mempercepat roda perekonomian,” ujarnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan kredit memang mengalami perlambatan. Kondisi ini kontras dengan keuntungan bank yang tetap tumbuh, sebagian besar berasal dari instrumen investasi dan bunga simpanan pemerintah.
Pemerintah Dorong Perbankan Aktif Salurkan Kredit
Menurut Purbaya, tantangan ke depan adalah bagaimana bank mampu menyalurkan kredit dengan lebih agresif, sekaligus menjaga kualitas pembiayaan. “Sektor riil menunggu dukungan, apalagi UMKM. Bank harus lebih berani masuk ke sana,” ungkapnya.
Ia juga menyinggung bahwa terlalu berhati-hati justru akan membuat perbankan kehilangan kesempatan menjadi motor penggerak ekonomi nasional. Kredit yang sehat, lanjutnya, dapat dikelola dengan manajemen risiko yang baik tanpa harus menahan dana terlalu lama.
Kementerian Keuangan pun mendorong bank untuk lebih inovatif dalam merancang produk pembiayaan, sehingga dapat menjangkau lebih banyak sektor usaha. Purbaya menilai hal ini penting agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya ditopang oleh belanja pemerintah, melainkan juga dukungan perbankan.
Ekonom pun menilai bahwa perbankan memiliki peran vital dalam memastikan pembiayaan tetap berjalan. Tanpa aliran kredit yang memadai, sektor riil berisiko stagnan, sementara kebutuhan lapangan kerja terus meningkat.
Di sisi lain, pemerintah menegaskan bahwa kebijakan penempatan dana tidak akan efektif bila perbankan masih bersikap pasif. Oleh karena itu, perlu ada sinergi antara otoritas fiskal, regulator, dan industri perbankan agar dana yang ada benar-benar bisa mendorong pertumbuhan.
Kredit yang sehat diyakini mampu meningkatkan daya saing nasional. Jika perbankan terus mengandalkan keuntungan dari dana menganggur, ekonomi Indonesia akan sulit bergerak lebih cepat.
Pada akhirnya, keberanian dan komitmen perbankan untuk menyalurkan kredit akan sangat menentukan arah pemulihan dan penguatan ekonomi Indonesia di masa depan. ( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
.