Jakarta, EKOIN.CO – Media asing mengungkap tiga alasan utama percepatan proyek kapal selam Scorpene Indonesia. Waktu pengadaan dimajukan sejak arahan Presiden. Kontrak saat ini resmi efektif. PT PAL membangun fasilitasi canggih, dan setidaknya 400 insinyur lokal disiapkan. Berikut detail kejadiannya secara lengkap.
Pada Jumat, 25 Juli 2025, Kepala Biro Informasi Pertahanan Kemenhan, Brigjen TNI Frega Ferdinand Wenas Inkiriwang menyampaikan bahwa kontrak pengadaan dua kapal selam Scorpene telah efektif mulai tanggal 23 Juli 2025 Dengan mulai aktifnya kontrak itu, konstruksi resmi dimulai, dengan pengerjaan oleh Naval Group dan perakitan di fasilitas PT PAL di Surabaya.
Menurut laporan Defense Studies pada 24 Juli 2025, proyek yang awalnya dirancang berdurasi 96 bulan diminta dipercepat tiga tahun lebih awal atas arahan langsung Presiden Prabowo Subianto Permintaan percepatan ini menuntut penjadwalan ulang, inovasi, dan perubahan besar dalam proses konstruksi.
Sementara itu, pada 12 Juni 2025 bahwa Naval Group menjalin kemitraan strategis dengan industri pertahanan lokal PT Hariff Dipa Persada sebagai bagian dari transformasi kolaboratif industri nasional domestik dalam mendukung proyek jangka panjang.
bahwa sejak efektifnya kontrak telah dimulai tahap desain kapal, pengadaan komponen utama, serta perencanaan konstruksi. Sekitar 50 ahli dari Naval Group akan ditempatkan di Surabaya guna melatih lebih dari 400 insinyur lokal Kehadiran mereka dirancang untuk memastikan transfer teknologi berjalan lancar.
Di proyek ini, tingkat komponen dalam negeri (TKDN) awal ditargetkan mencapai 30 %, sebagai pijakan awal menuju kemandirian tehnologi. Kepala Project Director PT PAL yang merupakan Laksamana Muda (Purn) Wiranto menyampaikan bahwa target jangka panjang Indonesia adalah menguasai industri kapal selam sendiri dan bahkan mengeksport menjelang tahun 2045
Scorpene Evolved yang akan dibangun di fasilitas PT PAL tersebut merupakan varian canggih dengan sistem baterai lithium-ion penuh. Kapal selam ini mampu melakukan penyelaman hingga 12 hari tanpa muncul, jangkauan lebih dari 8.000 mil laut, kecepatan menyelam lebih dari 20 knot dengan kedalaman operasional melebihi 300 meter, dan diawaki oleh 31 kru serta dilengkapi sistem tempur SUBTICS® dan muatan senjata hingga 18 peluru berpandu atau torpedo
Indonesia saat ini hanya mengoperasikan empat kapal selam. Dengan tambahan dua unit Scorpene, kekuatan bawah laut akan meningkat menjadi enam unit. Namun, pemerintah menargetkan memiliki setidaknya 12 unit agar memenuhi kebutuhan pertahanan nasional
Ada tiga alasan utama percepatan yang diumumkan oleh media asing. Pertama, dorongan politik untuk memperkuat posisi maritim di tengah ketegangan regional di Laut China Selatan dan Indo‑Pasifik Kedua, teknologi lithium-ion pada Scorpene Evolved menawarkan efisiensi energi dan rendah kebisingan dibandingkan sistem AIP lama Ketiga, ambisi pemerintah membangun industri pertahanan mandiri lewat transfer teknologi serta penciptaan lapangan kerja berkualitas tinggi
Tantangan Teknis dan Logistik
Penerapan percepatan proyek menimbulkan berbagai tantangan teknis serta logistik. PT PAL dan Naval Group harus melakukan penjadwalan ulang dan pelarasan produksi sambil tetap menjaga kualitas serta keamanan kapal.
Penguatan SDM dan Kemandirian Industri
Lebih dari 400 insinyur lokal mendapat pelatihan langsung dari ahli Naval Group. Selain itu, pendirian PT Naval Group Nusantara pada 1 Juli 2025 mempertegas investasi jangka panjang dalam industri nasional mampu memperkuat ekosistem pertahanan lokal.
Porsi TKDN sebesar 30 % di awal menandai langkah konkret menuju tujuan jangka panjang. Seiring waktu, peningkatan komponen lokal diharapkan mencapai lebih dari separuh nilai produksi sehingga mengurangi ketergantungan pada teknologi asing.
Jika proyek berhasil diselesaikan tiga tahun lebih awal, pencapaian ini akan mencerminkan kapasitas Indonesia sebagai salah satu negara pembuat kapal selam di dunia.
Proyek percepatan kapal selam Scorpene merupakan usaha penting memperkuat kedaulatan maritim Indonesia dalam menghadapi ketegangan regional. Percepatan tersebut harus ditopang oleh manajemen proyek yang solid agar kualitas serta keselamatan tidak terkompromi.
Melalui transfer teknologi dan pendidikan SDM lokal, proyek ini membuka peluang bagi industri pertahanan nasional untuk naik kelas dan mandiri di masa depan. Komitmen pemerintah hingga 2045 sebagai eksportir kapal selam menegaskan visi strategis jangka panjang.
Kehadiran fasilitas canggih seperti shiplift modern dan dermaga di PT PAL memperkuat infrastruktur nasional, sekaligus mempercepat proses produksi tanpa mengorbankan standar teknis. Integrasi teknologi lithium‑ion diharapkan membawa efisiensi operasional dan keunggulan taktis.
Keterlibatan lebih dari 400 insinyur lokal dengan pelatihan intensif menunjukkan fokus pada pembangunan kapasitas SDM. Ini akan menjamin keberlanjutan kekuatan armada Scorpene masa depan.
Jika dijalankan sesuai jadwal yang direvisi, Indonesia tidak hanya akan memiliki dua kapal selam tambahan lebih cepat, tetapi juga membangun pondasi kemandirian pertahanan yang kuat dan berdaya saing. ( * )
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v