Washington,EKOIN.CO – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa negaranya harus selalu siap menghadapi potensi konfrontasi militer, termasuk konflik berskala nuklir dengan Rusia. Pernyataan tegas ini disampaikannya dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih pada Jumat pagi waktu setempat, sebagai tanggapan atas ancaman yang dilontarkan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Trump mengungkapkan bahwa dirinya telah memerintahkan pengerahan dua kapal selam nuklir Amerika Serikat ke lokasi yang ia sebut sebagai “wilayah tepat”. Ia menyebut langkah itu diambil demi menjamin keselamatan warga Amerika, menyusul komentar Medvedev yang dinilai sebagai ancaman serius.
“Yah, kami harus melakukan itu. Kami hanya harus berhati-hati. Sebuah ancaman telah dilontarkan, dan kami pikir itu tidak pantas,” ujar Trump dalam unggahan di platform Truth Social, dikutip dari RT. Ia menegaskan bahwa keputusan tersebut murni demi perlindungan rakyat AS.
Pernyataan Medvedev Picu Ketegangan Baru
Ketegangan bermula ketika Medvedev bereaksi keras terhadap sikap Trump yang menolak ketergantungan India terhadap energi Rusia. Dalam sebuah unggahan di media sosial, Medvedev menggunakan referensi “Dead Hand” atau sistem kendali nuklir Rusia, untuk memperingatkan bahaya dari konflik geopolitik yang tidak terkendali.
Medvedev menyebut, “Tentang ‘dead economist’ antara India dan Rusia yang kini ‘memasuki wilayah sangat berbahaya’ – baiklah, biarkan dia (Donald Trump) mengingat film-film favoritnya tentang orang mati berjalan (zombie), serta betapa berbahayanya ‘Dead Hand’ atau Perimeter.”
Sistem Perimeter atau “Dead Hand” yang dirujuk Medvedev dikenal sebagai sistem peluncuran otomatis senjata nuklir Rusia yang legendaris. Referensi ini ditafsirkan sebagai ancaman terselubung terhadap Amerika jika konflik memanas.
Trump menanggapi komentar itu dengan menyebut Medvedev sebagai “pemimpin yang gagal”. Ia memperingatkan mantan Presiden Rusia itu agar berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan yang dapat memicu ketegangan global lebih lanjut.
AS Klaim Bertindak untuk Pertahanan
Dalam penjelasannya, Trump menegaskan bahwa pengerahan kapal selam bersenjata nuklir merupakan tindakan pencegahan yang dianggap perlu. Ia tidak menyebutkan lokasi spesifik kapal selam tersebut, tetapi menekankan bahwa AS siap menghadapi segala bentuk provokasi.
“Saya melakukan itu atas dasar keselamatan rakyat kami. Sebuah ancaman telah dilontarkan oleh mantan presiden Rusia, dan kami akan melindungi rakyat kami,” ujar Trump. Ia menambahkan bahwa ancaman, baik secara langsung maupun tidak, harus direspons dengan tindakan nyata.
Menurut Trump, Amerika tidak akan mengabaikan setiap potensi ancaman, termasuk dari mantan pejabat negara lain. Ia menyatakan bahwa keamanan nasional adalah prioritas utama pemerintahannya saat ini.
Dikutip dari laporan RT, pernyataan-pernyataan keras ini berpotensi meningkatkan eskalasi antara Washington dan Moskow, yang sebelumnya sudah terlibat dalam ketegangan seputar isu energi dan pengaruh di Asia Selatan.
Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Rusia mengenai pengerahan kapal selam AS tersebut. Namun, sejumlah pengamat menilai, pernyataan Trump menandai babak baru ketegangan antara dua negara adidaya itu.
Sementara itu, Gedung Putih belum merilis pernyataan tertulis resmi terkait lokasi dan durasi pengerahan kapal selam tersebut, maupun apakah langkah ini akan diikuti dengan pengerahan militer tambahan.
Ketegangan antara AS dan Rusia juga diperburuk oleh isu lain, termasuk konflik Ukraina dan sanksi ekonomi. Namun, kali ini perdebatan antara dua tokoh senior negara tersebut merambah isu nuklir yang sensitif.
Situasi ini memunculkan kekhawatiran di kalangan internasional mengenai kemungkinan meningkatnya risiko perang nuklir, meskipun hingga kini tidak ada indikasi langsung akan terjadi konfrontasi bersenjata.
Pengamat pertahanan menilai, retorika semacam ini berbahaya dan dapat memperburuk hubungan bilateral yang sudah renggang sejak beberapa tahun terakhir. Beberapa pihak menyerukan agar kedua negara menurunkan tensi ketegangan melalui diplomasi.
pernyataan keras Donald Trump menunjukkan eskalasi serius dalam hubungan AS-Rusia. Meski dimaksudkan sebagai langkah perlindungan, pengerahan kapal selam nuklir dapat memicu respons serupa dari pihak lain. Ketegangan ini menyoroti pentingnya komunikasi strategis antara dua negara besar demi mencegah kesalahpahaman yang berakibat fatal.
Penting bagi pemerintah AS untuk menjelaskan posisi resmi agar tidak memicu kepanikan global. Sementara itu, Rusia juga diharapkan merespons secara diplomatis tanpa memperbesar ancaman. Komunitas internasional memandang situasi ini dengan penuh kehati-hatian.
Perselisihan antara Trump dan Medvedev bisa menjadi pemicu ketegangan global jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, perlu keterlibatan lembaga multilateral untuk menengahi isu ini sebelum meluas.
Dengan latar ketegangan geopolitik saat ini, segala bentuk provokasi, baik verbal maupun militer, harus diminimalkan. Dunia mengharapkan komitmen bersama dari kedua negara adidaya dalam menjaga perdamaian global.
(*)