Ahmedabad, EKOIN.CO – Penyelidikan terhadap kecelakaan pesawat Air India yang terjadi pada 12 Juni 2025 kini berfokus pada tindakan yang dilakukan oleh kapten pilot sesaat setelah lepas landas. Peristiwa tragis itu menewaskan seluruh 260 penumpang dan awak dalam penerbangan menuju London dari Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel di Ahmedabad, India.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Puing-puing pesawat Boeing 787-8 Dreamliner masih tampak berserakan di area terbuka dekat bandara. Penyelidikan awal yang dilakukan oleh Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara India (AAIB) telah mengungkap bahwa sakelar bahan bakar pesawat telah berpindah dari mode “run” ke mode “cut-off” tepat satu detik setelah pesawat tinggal landas.
Seperti dilaporkan The Wall Street Journal, rekaman kokpit menunjukkan adanya percakapan antara dua pilot mengenai pemutusan bahan bakar ke mesin. Kopilot terdengar bertanya kepada kapten mengapa ia mematikan bahan bakar, dan dijawab bahwa kapten tidak melakukannya. Namun, sakelar tersebut ditemukan dalam posisi menyala kembali di lokasi kecelakaan.
Kapten Sumeet Sabharwal dan Kopilot Clive Kunder adalah dua pilot yang bertugas saat insiden terjadi. Keduanya masing-masing memiliki pengalaman terbang sebanyak 15.638 jam dan 3.403 jam. Investigasi kini menyoroti tindakan kapten yang diduga memindahkan sakelar bahan bakar ke posisi mati sesaat setelah lepas landas.
Rekaman Kokpit dan Temuan Awal
Dalam rekaman yang berhasil diambil dari kokpit, disebutkan bahwa kapten memindahkan sakelar bahan bakar ke posisi cut-off beberapa detik setelah tinggal landas. Aksi tersebut mengakibatkan mesin kehilangan tenaga dorong, sehingga pesawat mulai jatuh.
AAIB dalam laporan awal yang dirilis pada Sabtu, 12 Juli 2025, mengonfirmasi bahwa tidak ditemukan indikasi kerusakan pada mesin maupun kesalahan perawatan. Semua prosedur pemeliharaan pesawat sebelumnya telah dilakukan sesuai standar.
Lebih lanjut, laporan menyebutkan bahwa turbin udara ram — sumber energi darurat — diaktifkan beberapa saat setelah mesin kehilangan daya, mengindikasikan gangguan pada suplai energi utama. CCTV bandara juga menangkap visual kehilangan daya segera setelah lepas landas.
Meskipun kedua sakelar bahan bakar ditemukan dalam posisi menyala di lokasi jatuhnya pesawat, laporan juga mencatat bahwa kedua mesin tampak mencoba menyala kembali sebelum kecelakaan fatal di ketinggian rendah.
Respons Maskapai dan Lembaga Terkait
Dalam memo internal pada Senin, 14 Juli 2025, CEO Air India, Campbell Wilson, menyatakan bahwa laporan awal tidak menemukan kegagalan teknis maupun masalah perawatan. Ia juga menekankan bahwa semua prosedur teknis telah dilaksanakan sesuai panduan yang berlaku.
Meski begitu, hingga kini Air India, Boeing, Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil India, serta Kementerian Penerbangan Sipil India belum memberikan tanggapan resmi atas laporan yang mengaitkan tindakan kapten sebagai pemicu utama kecelakaan.
Sumber The Wall Street Journal menyebutkan bahwa pihak berwenang Amerika Serikat yang turut menyelidiki kasus ini telah mengidentifikasi pemindahan sakelar bahan bakar sebagai faktor krusial dalam insiden ini.
Badan Penerbangan Federal AS (FAA) bersama dengan Boeing secara diam-diam mengeluarkan pemberitahuan tentang keamanan sakelar bahan bakar pascakejadian. Pemberitahuan ini bersifat internal dan belum diumumkan secara luas ke publik.
Sampai saat ini, AAIB India belum mengeluarkan rekomendasi keselamatan terkait pesawat Boeing 787 maupun mesin produksi General Electric (GE) yang digunakan oleh pesawat tersebut.
Laporan tersebut memunculkan pertanyaan serius terkait pelatihan, kewaspadaan pilot, serta kemungkinan adanya kesalahan manusia yang tidak terdeteksi sebelumnya dalam proses check and balance awak kokpit.
Investigasi lanjutan diharapkan dapat mengungkap siapa yang benar-benar memindahkan sakelar bahan bakar dan apakah tindakan itu merupakan hasil kesalahan atau keputusan teknis yang disengaja namun keliru.
Keselamatan penerbangan global kini menjadi perhatian, terutama karena kecelakaan ini melibatkan jenis pesawat yang sama dengan banyak armada internasional lain.
Pengamat penerbangan menyebutkan bahwa penyelidikan ini sangat penting karena bisa berdampak pada kebijakan keselamatan global, khususnya dalam prosedur darurat di kokpit.
Kementerian Penerbangan Sipil India belum mengonfirmasi apakah akan dilakukan pemeriksaan ulang terhadap semua armada Boeing 787 yang beroperasi di negara tersebut.
Tekanan publik dan keluarga korban juga meningkat, mendesak transparansi penuh dari pihak Air India dan lembaga penyelidik.
Penelusuran lebih lanjut juga diarahkan pada kemungkinan adanya gangguan sistem atau perbedaan versi perangkat lunak pesawat yang bisa memengaruhi kinerja instrumen bahan bakar.
Dari sisi teknis, para ahli sedang memeriksa kemungkinan terjadinya gangguan kelistrikan sesaat sebelum atau sesudah pemindahan sakelar bahan bakar yang bisa menyebabkan kebingungan di kokpit.
Dengan masih berlangsungnya investigasi dan belum adanya kesimpulan akhir, pihak-pihak terkait diminta untuk tidak berspekulasi sebelum bukti lengkap disampaikan ke publik.
Masyarakat internasional kini menantikan hasil akhir penyelidikan yang diharapkan bisa menjadi pelajaran penting dalam meningkatkan sistem keselamatan penerbangan di masa mendatang.
Penyelidikan kecelakaan ini juga membuka ruang evaluasi ulang terhadap prosedur pelatihan pilot, terutama dalam menghadapi situasi darurat setelah tinggal landas.
Masalah utama yang masih belum terjawab adalah mengapa pemindahan sakelar terjadi dan siapa yang bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
dari investigasi ini diyakini akan memiliki implikasi jangka panjang terhadap kebijakan industri penerbangan, terutama dalam pengawasan perilaku pilot dan manajemen kokpit.
Sebagai bagian dari pembelajaran kolektif, investigasi ini akan menjadi acuan penting dalam desain ulang prosedur kokpit dan sistem keamanan pesawat ke depan.
Penting bagi semua maskapai dan regulator untuk segera merespons temuan ini dengan serius guna mencegah insiden serupa di masa depan. Fokus perlu diarahkan pada audit menyeluruh terhadap pelatihan, alat kontrol, dan sistem komunikasi antar awak.
Diperlukan juga keterbukaan dari semua pihak, termasuk maskapai dan produsen pesawat, dalam mengungkap semua data yang relevan demi mencegah kemungkinan terulangnya tragedi serupa. Penekanan pada transparansi akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap industri penerbangan.
Dukungan internasional terhadap penyelidikan ini juga penting untuk memastikan bahwa prosesnya berjalan independen dan bebas dari intervensi komersial atau politis. Lembaga penerbangan global seperti ICAO perlu turut memantau dan mengevaluasi proses investigasi.
Langkah-langkah mitigasi seperti pemeriksaan ulang sistem bahan bakar, pelatihan ulang awak, dan evaluasi sistem darurat pesawat sebaiknya segera dilakukan meski investigasi belum rampung. Pencegahan dini bisa menyelamatkan nyawa dalam jangka panjang.
Hasil akhir penyelidikan nantinya diharapkan dapat menjadi dokumen referensi global dalam perbaikan sistem aviasi, baik dari aspek teknis, manajerial, maupun regulasi. (*)