TEHERAN EKOIN.CO – Iran menegaskan akan menggagalkan pembangunan koridor transportasi di kawasan Kaukasus yang menjadi bagian dari perjanjian damai antara Azerbaijan dan Armenia yang difasilitasi Amerika Serikat.
Gabung WA Channel EKOIN untuk berita terkini
Langkah ini dinilai sebagai sikap tegas Teheran dalam menjaga kepentingan strategisnya di perbatasan utara, terlebih jalur tersebut akan berada dekat wilayahnya.
Pernyataan keras itu disampaikan Ali Akbar Velayati, penasihat utama Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang menegaskan bahwa negaranya siap memblokir proyek itu, baik dengan atau tanpa dukungan Rusia.
Velayati menyebut Presiden AS Donald Trump keliru menganggap kawasan Kaukasus sebagai wilayah yang bisa “disewa” untuk kepentingan jangka panjang.
Menurutnya, koridor itu tidak akan menjadi jalur aman bagi “tentara bayaran Trump”, melainkan justru “kuburan” mereka, serta dinilai sebagai pengkhianatan politik yang mengancam integritas teritorial Armenia.
Perjanjian yang diumumkan di Gedung Putih pada Jumat lalu memberikan hak eksklusif kepada AS untuk mengembangkan jalur transportasi melalui Armenia, menghubungkan Azerbaijan dengan Nakhchivan, enklave Azerbaijan yang berbatasan dengan Turki.
Rencana jalur tersebut akan diberi nama Trump Route for International Peace and Prosperity (TRIPP) dan beroperasi di bawah hukum Armenia. Velayati memperingatkan bahwa proyek ini dapat membuka peluang bagi NATO untuk bercokol di antara Iran dan Rusia.
Sikap Resmi Iran dan Rusia Terhadap Koridor
Kementerian Luar Negeri Iran turut menyuarakan kekhawatiran terhadap dampak negatif intervensi asing di kawasan perbatasannya.
Meski menyambut baik tercapainya perdamaian antara Armenia dan Azerbaijan, Teheran menegaskan bahwa setiap proyek di dekat wilayahnya harus menghormati kedaulatan nasional dan integritas teritorial.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan dukungan hati-hati atas kesepakatan damai tersebut, dengan menekankan bahwa solusi jangka panjang harus dihasilkan oleh negara-negara di kawasan sendiri.
Moskow memperingatkan agar keterlibatan pihak luar memperkuat agenda perdamaian, bukan menciptakan ketegangan baru, mengacu pada pengalaman di Timur Tengah.
Turki, anggota NATO yang menjadi sekutu utama Azerbaijan, melihat koridor ini sebagai peluang strategis untuk meningkatkan ekspor energi dan sumber daya melalui Kaukasus Selatan.
Kantor Kepresidenan Turki menyebut Presiden Recep Tayyip Erdogan telah berbicara dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev untuk memastikan dukungan penuh Ankara terhadap perjanjian damai tersebut.
Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, menilai jalur ini dapat menghubungkan Eropa dan Asia melalui Turki, sekaligus menjadi penggerak baru dalam perdagangan kawasan.
Latar Belakang Konflik dan Arah Damai
Armenia dan Azerbaijan telah berperang beberapa kali sejak akhir 1980-an terkait wilayah Nagorno-Karabakh, yang mayoritas penduduknya adalah etnis Armenia.
Tahun lalu, Armenia mengembalikan sejumlah desa kepada Azerbaijan, yang disambut Baku sebagai peristiwa bersejarah yang sudah lama dinanti.
Ahmad Shahidov dari Azerbaijan Institute for Democracy and Human Rights mengatakan bahwa deklarasi damai final kemungkinan akan ditandatangani dalam beberapa minggu mendatang.
Menurut Shahidov, kesepakatan yang difasilitasi AS pada Jumat lalu adalah peta jalan menuju perjanjian final, karena semua sengketa wilayah sudah terselesaikan.
Iran, Rusia, dan Turki kini memantau perkembangan koridor ini dengan kepentingan dan kalkulasi masing-masing, menjadikannya isu strategis yang melampaui sekadar jalur transportasi.
Pembangunan koridor di wilayah sensitif seperti Kaukasus sebaiknya dilakukan dengan melibatkan semua pihak terkait.
Perlu ada mekanisme pengawasan internasional untuk mencegah konflik baru.
Negara-negara tetangga harus duduk bersama sebelum proyek besar ini dimulai.
Jalur transportasi strategis harus memprioritaskan perdamaian, bukan dominasi geopolitik.
AS, Rusia, dan Iran sebaiknya menempatkan kepentingan rakyat sebagai tujuan utama.
Rencana pembangunan koridor Kaukasus memunculkan pro dan kontra di antara negara-negara kawasan.
Iran menolak keras jalur ini karena khawatir akan ancaman terhadap kedaulatan dan keamanan nasional.
Rusia memberikan dukungan terbatas, sementara Turki melihatnya sebagai peluang strategis.
Armenia dan Azerbaijan kini berada di jalur damai setelah konflik panjang.
Keberhasilan proyek ini akan bergantung pada transparansi dan kerja sama semua pihak terkait. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v