Jakarta, EKOIN.CO-sejumlah e-commerce dari Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terjadi karena berbagai faktor yang saling berkaitan. Berikut adalah penyebab utama yang membuat beberapa platform e-commerce memilih mundur atau menutup operasinya di pasar Indonesia:
Persaingan yang Sangat Ketat
Indonesia memiliki pasar e-commerce yang sangat kompetitif. Raksasa seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada mendominasi dengan kekuatan modal besar, promosi masif, dan ekosistem logistik yang kuat. Platform e-commerce yang baru atau lebih kecil seringkali tidak mampu bersaing, terutama dalam hal:
- Diskon besar-besaran
- Subsidi ongkir
- Promosi dan cashback yang agresif
Contoh: JD.ID, yang merupakan bagian dari JD.com asal Tiongkok, tidak bisa bersaing secara berkelanjutan dan akhirnya menutup operasionalnya di Indonesia pada 2023.
Biaya Operasional Tinggi
Menjalankan bisnis e-commerce di Indonesia memerlukan biaya besar, antara lain:
- Infrastruktur logistik yang mahal
- Pengelolaan gudang dan distribusi
- Customer service dan operasional lokal
Bagi perusahaan yang belum mencapai skala ekonomi tertentu, biaya ini bisa menjadi beban berat dan menggerus profitabilitas.
Model Bisnis Tidak Sesuai Pasar Lokal
Beberapa e-commerce gagal menyesuaikan model bisnisnya dengan karakter konsumen Indonesia, seperti:
- Tingginya ketergantungan pada metode pembayaran COD (Cash on Delivery)
- Preferensi harga murah dan promo
- Kurangnya kepercayaan konsumen pada merek asing
Platform asing kadang tidak fleksibel untuk beradaptasi dengan preferensi lokal ini.
Strategi Global yang Berubah
Banyak e-commerce asing yang menutup operasinya di Indonesia bukan karena pasar lokal tidak potensial, tetapi karena perubahan strategi di tingkat global. Contohnya:
- Zalora dan JD.ID akhirnya keluar dari Indonesia setelah perusahaan induk mereka mengalihkan fokus ke pasar yang dianggap lebih strategis atau lebih menguntungkan secara jangka panjang.
Kurangnya Inovasi dan Diferensiasi
Platform yang tidak memiliki keunikan atau inovasi sulit bertahan. Saat fitur dan penawaran produk mirip dengan platform besar lainnya, konsumen cenderung tetap pada platform yang sudah dipercaya dan lebih mapan.
Tekanan Ekonomi dan Geopolitik
Situasi ekonomi global, seperti:
- Krisis pandemi COVID-19
- Inflasi global
- Pelemahan nilai tukar
- Ketidakpastian geopolitik
Semua faktor ini bisa mempengaruhi investasi dan keberlanjutan bisnis, terutama untuk pemain internasional yang beroperasi di pasar negara berkembang.
Regulasi dan Kebijakan Pemerintah
Beberapa regulasi baru dari pemerintah juga dapat memengaruhi keberlanjutan e-commerce:
- Pembatasan impor barang murah lewat e-commerce
- Kewajiban pelaporan pajak digital
- Aturan ketat terhadap platform asing
Hal ini menambah beban administratif dan biaya kepatuhan.
Ketergantungan pada Promosi Berlebihan
Banyak e-commerce yang awalnya tumbuh cepat karena bakar uang untuk promosi, namun tidak membangun loyalitas konsumen jangka panjang. Ketika promosi dikurangi, konsumen pergi ke platform lain.
Contoh e-commerce yang Tutup di Indonesia
- JD.ID – Tutup pada Maret 2023
- Sears (ShopYourWay) – Tidak aktif lagi di pasar lokal
- Zalora (operasi lokal terbatas, fokus di wilayah lain)
- Situs e-commerce niche seperti Sorabel, Sale Stock – Tutup karena gagal mempertahankan operasional
Pasar e-commerce Indonesia sangat potensial, tetapi juga sangat menantang. Banyak perusahaan yang masuk tanpa strategi lokal yang matang, lalu tumbang akibat persaingan ketat, biaya tinggi, dan kurang adaptif terhadap pasar. Keberhasilan di pasar ini membutuhkan investasi besar, adaptasi cepat, efisiensi operasional, dan pemahaman mendalam terhadap perilaku konsumen Indonesia.(*).
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v