Naples EKOIN.CO – Pemerintah Indonesia dilaporkan tengah mempertimbangkan transformasi signifikan dalam kekuatan angkatan lautnya dengan meninjau proposal pengubahan kapal ITS Giuseppe Garibaldi milik Italia menjadi kapal induk khusus drone dan helikopter. Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat pertahanan maritim nasional di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Menurut laporan yang dikutip dari Naval News pada awal Agustus 2025, perusahaan galangan kapal Fincantieri di Italia disebut menawarkan kemudahan bagi Indonesia untuk membeli kapal tersebut dan melakukan modifikasi yang memungkinkan pengoperasian pesawat nirawak tempur atau drone serta helikopter serang. Penawaran ini dinilai sebagai peluang langka bagi Indonesia dalam memperkuat daya jangkau Angkatan Laut.
Negosiasi ini dikabarkan sedang berlangsung secara intensif. Pihak Fincantieri menyatakan siap mendukung kebutuhan teknis yang diperlukan Indonesia jika kesepakatan tercapai. Selain itu, mereka juga akan memberikan pelatihan teknis dan logistik bagi personel Indonesia untuk mengoperasikan sistem berbasis drone di kapal tersebut.
Transformasi kapal tua menjadi platform baru
ITS Giuseppe Garibaldi sebelumnya berstatus sebagai kapal induk ringan milik Angkatan Laut Italia dan telah dinonaktifkan sejak tahun 2022. Kapal ini memiliki dek penerbangan yang cukup luas serta ruang hanggar yang sesuai untuk pengoperasian berbagai jenis drone udara dan helikopter taktis.
Pemerintah Indonesia disebut ingin memanfaatkan struktur dasar kapal tersebut untuk mengurangi biaya pembangunan dari awal. Dalam dokumen internal yang belum dikonfirmasi secara resmi, modifikasi meliputi penggantian sistem propulsi, instalasi sistem komunikasi baru, serta fasilitas pengendalian drone jarak jauh.
Salah satu sumber militer yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa “kapal induk berbasis drone akan mengubah postur Angkatan Laut Indonesia secara signifikan, terutama dalam pengawasan maritim di wilayah perbatasan.”
Dalam konteks regional, keberadaan kapal induk drone dinilai dapat memberikan efek gentar (deterrence) di kawasan Asia Tenggara, khususnya di Laut Natuna Utara. Analis militer mencatat bahwa penggunaan drone memungkinkan patroli laut yang lebih efisien tanpa risiko tinggi terhadap awak kapal.
Alternatif bagi dominasi udara di laut
Dibandingkan pesawat tempur konvensional, drone udara bisa dioperasikan lebih lama dan dengan biaya lebih rendah. Jika proyek ini terealisasi, Indonesia akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan kapal induk khusus drone.
Perubahan fungsi ITS Giuseppe Garibaldi diperkirakan akan memakan waktu antara 18 hingga 24 bulan setelah kontrak ditandatangani. Fincantieri menegaskan bahwa proses ini akan dilakukan sepenuhnya di galangan kapal Italia sebelum dikirim ke Indonesia.
Sebelumnya, Indonesia telah meningkatkan kemampuan pertahanan lautnya dengan membeli fregat FREMM dari Italia serta sistem radar dan rudal pertahanan pantai. Kemitraan antara Indonesia dan Fincantieri dinilai semakin erat sejak kedua negara menandatangani nota kesepahaman pertahanan pada 2023.
Hingga kini, pihak Kementerian Pertahanan Indonesia belum memberikan pernyataan resmi mengenai kelanjutan dari proposal kapal induk drone ini. Namun, sejumlah pejabat pertahanan menyatakan bahwa mereka sedang mengevaluasi semua opsi yang tersedia untuk modernisasi armada.
Naval News mencatat bahwa ITS Giuseppe Garibaldi memiliki panjang 180 meter dan daya tampung hingga 14 pesawat. Dengan modifikasi penuh, kapal ini diperkirakan mampu mengoperasikan 20 unit drone udara tipe MALE (medium-altitude long-endurance) secara bersamaan.
Fincantieri juga menyatakan bahwa kapal tersebut akan dilengkapi dengan sistem senjata anti-udara dan sistem pertahanan elektronik terbaru, menjadikannya platform tempur yang mandiri dan responsif.
Jika pembelian dan konversi kapal berjalan lancar, pengiriman ke Indonesia dijadwalkan pada akhir 2027. Saat ini, tim teknis dari Indonesia dilaporkan tengah berada di Italia untuk meninjau langsung kondisi kapal.
Langkah ini mendapat perhatian dari media pertahanan global karena menunjukkan komitmen Indonesia dalam memperkuat kemandirian pertahanan nasional melalui teknologi modern berbasis drone. Transformasi ITS Giuseppe Garibaldi menjadi kapal induk drone juga mencerminkan perubahan paradigma dalam strategi maritim.
Dengan meningkatnya ketegangan di kawasan Indo-Pasifik, keberadaan kapal induk drone diharapkan meningkatkan kemampuan pemantauan dan respons cepat terhadap potensi ancaman di perairan Indonesia.
Proyek ini juga diperkirakan akan memacu pengembangan industri drone dalam negeri, karena Indonesia dikabarkan ingin mengoperasikan drone buatan lokal di atas kapal tersebut.
Fincantieri menyebut bahwa kemitraan ini bukan hanya sekadar penjualan, tetapi juga transfer teknologi dan peningkatan kapasitas industri maritim Indonesia secara menyeluruh.
Hingga saat ini belum ada konfirmasi harga resmi dari proses akuisisi dan modifikasi kapal, namun sumber industri memperkirakan total biaya proyek mencapai USD 500 juta.
rencana Indonesia untuk mengubah ITS Giuseppe Garibaldi menjadi kapal induk drone mencerminkan ambisi besar dalam memperkuat kedaulatan maritim. Dengan dukungan Italia, Indonesia dapat mengakses teknologi canggih tanpa membangun kapal dari nol.
Jika proyek ini sukses, Indonesia berpotensi menjadi pionir dalam penggunaan kapal induk drone di Asia. Kehadiran kapal ini bisa memberikan keunggulan strategis dalam menjaga perairan nasional secara lebih efektif.
Namun, pelaksanaan proyek ini memerlukan pengawasan ketat agar sesuai jadwal dan anggaran, serta memenuhi kebutuhan pertahanan jangka panjang. Transfer teknologi juga harus dioptimalkan agar industri nasional bisa mengambil bagian lebih besar.
Perlu juga dipastikan bahwa sistem drone dan perangkat lunaknya mendukung operasional jangka panjang serta memiliki interoperabilitas dengan sistem pertahanan lain. Keberhasilan proyek ini akan menjadi batu loncatan bagi kemandirian alutsista Indonesia di masa depan. (*)