Jakarta, EKOIN.CO – Harga sejumlah komoditas pangan di Indonesia mengalami fluktuasi pada awal Agustus 2025. Data panel Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan harga beras yang sebelumnya melonjak, kini mengalami penurunan. Namun, di saat bersamaan, harga cabai, salah satu komoditas utama di pasar tradisional, justru mengalami kenaikan meski tidak signifikan.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dalam pantauan resmi Bapanas, harga cabai rawit merah di tingkat konsumen mencapai Rp52.904 per kilogram, naik dibandingkan harga sebelumnya Rp54.107 per kilogram. Meski terjadi penurunan tipis, komoditas cabai tetap berada pada harga tinggi di beberapa wilayah Indonesia.
Komoditas cabai merah keriting tercatat seharga Rp44.679 per kilogram, turun dari Rp44.957 per kilogram. Sedangkan cabai merah besar mengalami penurunan lebih tajam menjadi Rp38.705 per kilogram dari sebelumnya Rp44.318 per kilogram.
Fluktuasi Komoditas Pangan Muncul di Awal Agustus
Komoditas lain seperti bawang putih bonggol juga mengalami penurunan harga, kini berada di angka Rp38.127 per kilogram, dari sebelumnya Rp39.125 per kilogram. Bawang merah pun demikian, turun menjadi Rp47.836 per kilogram dari harga sebelumnya Rp53.537 per kilogram.
Penurunan juga tercatat pada harga beras premium, kini berada di level Rp16.270 per kilogram dibandingkan sebelumnya Rp16.285 per kilogram. Sementara itu, beras medium dijual seharga Rp14.487 per kilogram, menurun dari Rp14.535 per kilogram.
Untuk beras jenis Stabilitas Pasokan Harga Pangan (SPHP), harganya turun menjadi Rp12.700 per kilogram dari sebelumnya Rp12.850 per kilogram. Penurunan harga ini disambut baik oleh pedagang dan konsumen, meski fluktuasi masih dipengaruhi oleh pasokan daerah.
Harga daging sapi murni juga tercatat mengalami penurunan signifikan, dari Rp135.055 per kilogram menjadi Rp128.740 per kilogram. Penurunan harga ini menjadi kabar baik menjelang akhir pekan, terutama di kawasan urban.
Sementara itu, daging ayam ras mengalami koreksi harga dari sebelumnya Rp35.478 per kilogram menjadi Rp34.324 per kilogram. Hal yang sama terjadi pada harga telur ayam ras, kini berada di Rp29.150 per kilogram, dari sebelumnya Rp29.817 per kilogram.
Minyak Goreng dan Gula Konsumsi Masih Berfluktuasi
Harga komoditas gula konsumsi justru mengalami sedikit kenaikan, menjadi Rp18.445 per kilogram dari sebelumnya Rp18.341 per kilogram. Kenaikan ini diperkirakan karena distribusi gula yang masih belum merata di beberapa wilayah.
Harga minyak goreng kemasan menunjukkan penurunan tipis, kini menjadi Rp20.829 per liter dari sebelumnya Rp21.011 per liter. Namun, minyak goreng curah justru naik ke angka Rp17.064 per liter dari sebelumnya Rp17.546 per liter.
Produk minyak goreng pemerintah, Minyakita, mengalami penurunan harga menjadi Rp17.471 per liter dari sebelumnya Rp17.574 per liter. Penurunan ini relatif kecil namun menunjukkan stabilitas pasokan di pasaran.
Menurut data Bapanas, penurunan harga sebagian besar komoditas dipengaruhi oleh membaiknya distribusi dan melimpahnya stok pangan di gudang. Pemerintah juga terus melakukan intervensi harga melalui program SPHP.
Kondisi ini memberikan dampak langsung terhadap daya beli masyarakat. Di sisi lain, pedagang eceran mengaku masih menyesuaikan harga di tingkat pasar untuk mengimbangi margin keuntungan.
Badan Pangan Nasional menyampaikan bahwa pengawasan harga akan terus dilakukan secara berkala untuk menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen, khususnya menjelang perayaan hari besar nasional mendatang.
Pemerintah daerah melalui dinas terkait juga mengimbau masyarakat untuk tetap bijak dalam berbelanja, terutama terhadap komoditas yang mengalami lonjakan harga seperti cabai.
Distribusi bahan pokok dari daerah sentra produksi seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera masih menjadi andalan dalam mengendalikan harga di tingkat nasional.
Ke depan, Bapanas berencana memperluas kerja sama dengan petani dan distributor agar kestabilan harga tetap terjaga di semua level pasar, baik modern maupun tradisional.
Penurunan harga beras dan daging menjadi angin segar bagi masyarakat di tengah tekanan ekonomi akibat naik-turunnya harga komoditas lain. Konsumen pun berharap tren ini bisa bertahan dalam jangka panjang.
Meski demikian, sebagian pedagang mengaku masih khawatir terhadap fluktuasi harga yang bisa kembali naik sewaktu-waktu, terutama bila pasokan dari produsen mengalami gangguan.
Bapanas memastikan bahwa stok beras SPHP masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun, seiring dengan program stabilisasi harga yang terus dijalankan secara nasional.
Secara keseluruhan, tren harga pangan nasional saat ini memperlihatkan kecenderungan menurun pada komoditas utama, kecuali beberapa item seperti cabai dan gula konsumsi yang masih berpotensi naik.
meskipun harga beberapa komoditas menunjukkan penurunan yang signifikan, kestabilan harga masih harus terus dijaga agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Pemerintah perlu memastikan pasokan dari produsen tidak terganggu dan intervensi harga dapat dilakukan tepat waktu.
Saran yang dapat disampaikan yakni agar pemerintah terus memantau dan memperkuat jalur distribusi agar harga tetap stabil. Langkah antisipasi terhadap lonjakan harga juga perlu ditingkatkan dengan penguatan cadangan pangan nasional.
Diperlukan kolaborasi aktif antara pemerintah pusat, daerah, dan pelaku pasar untuk menciptakan sistem pangan yang tangguh menghadapi berbagai dinamika. Partisipasi masyarakat juga penting dalam menjaga keseimbangan konsumsi dan stok pangan.
Selain itu, program edukasi konsumen mengenai pilihan komoditas pengganti ketika harga melonjak bisa membantu menjaga daya beli. Langkah strategis ini dapat mengurangi beban pengeluaran rumah tangga.
Pemerintah diharapkan terus melakukan inovasi dalam pengelolaan stok dan distribusi pangan demi mewujudkan kestabilan harga jangka panjang dan menciptakan rasa aman bagi seluruh masyarakat. (*)