Jakarta, EKOIN.CO – Partai Gerindra tengah menjadi sorotan setelah publik mendesak pengusiran kadernya, Ahmad Dhani, menyusul serangkaian pernyataan kontroversial yang dinilai sudah melewati batas etika. (*)
Konteks Permintaan Pemecatan
Panggilan agar Gerindra memecat Ahmad Dhani mengemuka setelah ia kembali mengunggah video “Fitnah Maia Part 2” yang menyorot mantan istrinya, Maia Estianty, sambil menyisipkan iklan konser dan merchandise. Aksi tersebut dianggap tak etis dan memanfaatkan konflik pribadi untuk keuntungan komersial
Netizen bereaksi keras. Beberapa di antaranya menyatakan:
“Gerindra wajib pecat kader kaya gini sih. Ga layak banget jadi perwakilan rakyat.”
“Gerindra wajib memberi sanksi ke orang ini…”
Seruan yang sama juga muncul di media sosial, memperlihatkan tekanan kuat dari masyarakat agar partai segera bersikap .
Rekam Jejak Etika Ahmad Dhani
Sebelumnya, Dhani pernah dikenai sanksi ringan oleh Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) atas dua pelanggaran etik: pelecehan marga Pono dan pernyataan seksis terkait naturalisasi pemain sepak bola
Ketua MKD, Nazaruddin Dek Gam, menegaskan pelanggaran lebih lanjut bisa berujung pemecatan dari DPR RI (
Dhani pun telah mengakui kesalahan dan meminta maaf secara resmi. Ia menyebut pelesetan nama sebagai “slip of the tongue” dan siap menjalani proses hukum jika diperlukan
Pengaruh Terbaru terhadap Citra Gerindra
Langkah Dhani memanfaatkan konflik pribadi untuk kepentingan bisnis dipandang merusak citra partai. Apalagi, sebagai wakil rakyat dan publik figur, seharusnya menjaga kredibilitas dan representasi yang baik.
Usai unggahan video viral itu, banyak kalangan menyerukan Gerindra untuk bertindak tegas, apalagi mengingat Dhani kini duduk di DPR sebagai bagian dari pemerintahan legislatif
Respons Resmi Partai dan Instruksi Internal
Gerindra sejauh ini belum mengumumkan sanksi formal terkait unggahan terakhir. Namun, mereka pernah memperingatkan Dhani agar berhati-hati dalam berhikap dan berbicara, terutama mengenai isu sensitif seperti identitas budaya, misalnya saat ia menyebutkan nama Rayen Pono secara kasar
Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani, menekankan bahwa semua kader harus menahan diri dari pernyataan yang memicu kontroversi, dan menyerahkan segala pelaporan ke MKD untuk disidang secara adil
- Gerindra sebaiknya melakukan evaluasi etika ulang terhadap Ahmad Dhani pasca unggahan viral tersebut.
- Audit internal bisa membantu memastikan kader memahami aturan partai dan nilai moral publik.
- Pertimbangkan sanksi yang proporsional—mulai dari peringatan formal hingga pemecatan—jika terbukti melanggar kode etik.
- Perlu transparansi agar publik dapat melihat komitmen partai menjaga integritas.
- Edukasi etika politik di internal partai akan membantu mencegah insiden serupa.
Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya peran etika dan nilai-nilai moral dalam politik. Unggahan Ahmad Dhani yang melekatkan unsur konflik pribadi dengan unsur promosi memperkuat persepsi negatif publik terhadap politisi yang tidak mengedepankan etika.
Desakan agar Gerindra memecatnya muncul sebagai reaksi keras masyarakat yang tidak ingin representasi politik dikotori oleh motif komersial atau pribadi.
MKD telah memberikan peringatan tegas: pelanggaran berikutnya dapat berakibat pada pemecatan dari DPR. Ini merupakan momentum bagi Gerindra untuk menetapkan standar dan memberi sinyal bahwa mereka menghargai tanggung jawab moral kadernya.
Dalam jangka panjang, partai perlu memperkuat budaya internal yang mengutamakan etika dan nilai publik, bukan sekadar pencitraan atau keuntungan pribadi.
Secara keseluruhan, insiden ini menjadi pengingat bagi semua pihak di dunia politik bahwa jabatan publik memerlukan kehati-hatian tinggi dalam menggunakan platform publik. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v