Batam EKOIN.CO – PT Freeport Indonesia (PTFI) menandatangani nota kesepahaman atau Heads of Agreement (HoA) dengan PT Solder Tin Andalan Indonesia (Stania) untuk pasokan logam perak dan timbal dari fasilitas pemurnian Precious Metal Refinery (PMR) di Indonesia.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Kesepakatan jual beli itu diteken oleh Presiden Direktur PTFI Tony Wenas dan Direktur Stania, An Sudarno, pada Kamis, 10 Juli 2025 di Batam. Acara ini disaksikan Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu serta Direktur Utama PT Arsari Tambang Aryo Djojohadikusumo.
Stania merupakan anak perusahaan dari Arsari Grup milik Hashim Djojohadikusumo, adik kandung Presiden Prabowo Subianto. Melalui kerja sama ini, Stania akan mendapatkan pasokan logam mulia hasil pemurnian dari PMR PTFI.
Dalam keterangan resminya pada Jumat, 11 Juli, Tony Wenas menjelaskan bahwa bahan baku yang disalurkan berupa perak dan timbal yang nantinya digunakan untuk produksi solder tin. Kuota awal yang disepakati yakni 10 ton perak dan 250 ton timbal per tahun.
Tony menyampaikan bahwa permintaan dari industri dalam negeri terhadap logam hasil pemurnian Freeport cukup tinggi. Karena itu, kerja sama dengan Stania menjadi langkah awal dari penguatan hilirisasi yang ditargetkan pemerintah.
“Kami berharap industri dalam negeri menyerap hasil pemurnian logam dari PMR. Saat ini terbukti ada permintaan. Kami akan terus memperluas pasar dalam negeri agar ekosistem hilirisasi serta kendaraan listrik bisa tercapai,” ujar Tony.
Hilirisasi Dipercepat Lewat Sinergi Freeport dan Stania
PMR PTFI memiliki kapasitas produksi yang besar, mencapai 50 ton emas dan 200 ton perak setiap tahun. Selain itu, juga memproduksi logam lain seperti platinum sebanyak 30 kg dan paladium 375 kg.
Pada Juli 2025, PMR PTFI mulai memproduksi perak batangan. Sampai akhir tahun ini, estimasi produksi perak mencapai 100 ton, sedangkan produksi timbal diperkirakan mencapai 2.000 ton.
Tony menambahkan, penandatanganan HoA ini adalah bentuk komitmen PTFI untuk mendukung penuh program hilirisasi nasional. Dengan adanya pasokan bahan baku logam dari dalam negeri, rantai pasok industri dalam negeri akan semakin kuat.
Menurut Tony, penyerapan logam dalam negeri merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar ekspor. “Sinergi ini menunjukkan bahwa kita bisa membangun ekosistem industri logam nasional,” ujarnya.
Direktur Stania, An Sudarno, mengatakan bahwa kerja sama ini mendukung kemandirian industri logam nasional. Ia menyebutkan bahwa kebutuhan timbal untuk produksi solder tin di Stania mencapai 250 ton per tahun, sementara perak dibutuhkan sebanyak 10 ton.
Komitmen Perkuat Industri Domestik dan Kurangi Impor
Sudarno menjelaskan bahwa penggunaan perak dan timbal dalam produksi solder tin sangat penting. Dengan pasokan dari Freeport, Stania bisa meminimalkan ketergantungan terhadap bahan baku impor.
“Sinergi ini adalah langkah strategis kami dalam memperkuat rantai pasok domestik. Selain itu, ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk mendukung penggunaan produk dalam negeri,” ujar Sudarno.
Menurut Sudarno, kerja sama dengan PTFI menjadi awal dari pembentukan rantai industri logam nasional yang terintegrasi. Selain itu, kontribusi industri logam dalam negeri dapat menjadi pondasi untuk pertumbuhan ekonomi nasional jangka panjang.
Sudarno juga mengatakan bahwa HoA ini membuka jalan bagi pembentukan Perjanjian Definitif antara kedua pihak. Di dalamnya akan diatur lebih rinci mengenai skema kerja sama dan evaluasi yang akan dilakukan.
Baik PTFI maupun Stania sepakat untuk melanjutkan proses negosiasi dan kajian teknis secara menyeluruh sebelum masuk ke tahap kerja sama lanjutan. Penandatanganan HoA dinilai sebagai tonggak awal untuk memperkuat kerja sama berkelanjutan.
Langkah strategis ini diharapkan akan mendorong pertumbuhan sektor hilirisasi nasional, terutama dalam menciptakan nilai tambah dari hasil tambang melalui pemrosesan di dalam negeri.
Dengan kemitraan ini, Freeport Indonesia dan Stania menyatakan komitmennya dalam mendukung percepatan visi Indonesia Emas 2045 melalui penguatan sektor industri dasar.
Komitmen kedua perusahaan juga mencerminkan keseriusan sektor swasta dalam menanggapi ajakan pemerintah untuk memperkuat hilirisasi serta industrialisasi di sektor pertambangan.
Upaya memperkuat industri logam nasional melalui pasokan bahan baku domestik juga mendukung terciptanya lapangan kerja baru serta pertumbuhan industri turunan lainnya.
Di sisi lain, kehadiran Stania sebagai konsumen bahan baku lokal menunjukkan potensi besar yang dimiliki pelaku usaha nasional dalam memperkuat ketahanan industri di dalam negeri.
Kerja sama ini juga dinilai sebagai langkah konkret dalam menghubungkan produsen bahan mentah dengan industri pengolahan logam dan manufaktur tingkat lanjut.
Hilirisasi industri yang konsisten dapat menciptakan rantai nilai berkelanjutan dan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri logam global.
kerja sama antara Freeport dan Stania menunjukkan adanya arah baru dalam pengembangan industri logam dalam negeri yang lebih mandiri. Kemitraan ini menciptakan peluang bagi penguatan rantai pasok dan produksi lokal.
Sinergi ini menegaskan bahwa kolaborasi antara perusahaan besar dan pelaku industri nasional mampu menciptakan solusi strategis untuk hilirisasi sektor pertambangan.
Dengan suplai bahan baku yang stabil dari Freeport, Stania memiliki peluang untuk meningkatkan kapasitas produksinya secara signifikan tanpa bergantung pada impor.
Langkah yang diambil oleh kedua perusahaan juga dapat mendorong perusahaan lain untuk mengambil bagian dalam ekosistem industri logam nasional yang berdaya saing.
Ke depan, diharapkan semakin banyak perusahaan dalam negeri yang menjalin kolaborasi sejenis, agar Indonesia tidak hanya menjadi eksportir bahan mentah tetapi juga produsen barang bernilai tambah.(*)