Surabaya EKOIN.CO – Tiga mahasiswa Universitas Padjadjaran yang tergabung dalam Tim Jatinewyork berhasil meraih Juara 1 Liga Mahasiswa untuk Inovasi Pemberdayaan Masyarakat pada ajang Innovilleague: Innovating Village, Empowering Future yang diselenggarakan Kementerian Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Republik Indonesia di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jawa Timur, Kamis 14 Agustus 2025. Kata kunci fokus dalam berita ini adalah Tim Jatinewyork.
Prestasi tersebut diraih berkat inovasi Bamboost, sebuah program akselerator ekonomi kreatif berbasis kerajinan bambu yang dirancang untuk mewujudkan kemandirian masyarakat Desa Babakan Peuteuy, Kabupaten Bandung. Program ini dikembangkan melalui observasi mendalam yang dilakukan saat kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Baca juga : Indonesia Luncurkan Penerbangan SAF Pertama di Asia Tenggara
Ketiga mahasiswa tersebut adalah Harits Maulana dari Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Alpi Badriyani dari Prodi Bisnis Internasional Sekolah Vokasi, dan Rafli Iltizamullah dari Prodi Psikologi Fakultas Psikologi. Ketiganya berkolaborasi dengan semangat pengabdian masyarakat sesuai dengan tridharma perguruan tinggi.
Harits menjelaskan kepada Kanal Media Unpad bahwa ide Bamboost bermula dari pengalaman Rafli saat melaksanakan KKN di Desa Babakan Peuteuy. Dari hasil observasi, ditemukan bahwa desa tersebut memiliki potensi besar pada komoditas bambu, namun belum termanfaatkan secara maksimal.
Awalnya, Tim Jatinewyork hanya menyusun rancangan model bisnis berupa blueprint. Namun, setelah observasi lanjutan, mereka menemukan masih banyak rantai nilai atau value chain yang kosong, sehingga perlu pengembangan lebih luas.
Inovasi Bamboost dan Pilar Pemberdayaan
Dari hasil evaluasi, lahirlah gagasan untuk membangun sebuah ekosistem pemberdayaan masyarakat berbasis tiga pilar utama. Pilar pertama adalah community empowerment melalui pelatihan dan pengembangan keterampilan. Pilar kedua adalah infrastruktur digital yang berfungsi sebagai interactive learning sekaligus business enabler. Pilar ketiga adalah kolaborasi pentahelix yang menghubungkan akademisi, pemerintah, dunia usaha, komunitas, dan media.
“Kami ingin agar ide yang diusung dapat berkontribusi dan berdampak secara riil di masyarakat, berkaitan dengan tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat,” ujar Harits.
Kompetisi Innovilleague sendiri merupakan ajang bagi mahasiswa untuk mengadu gagasan, pengalaman, serta bukti nyata dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa. Acara ini memberikan ruang kreatif bagi generasi muda untuk menyalurkan inovasi yang mampu mendukung pembangunan desa berkelanjutan.
Selain itu, keberhasilan Tim Jatinewyork juga tidak terlepas dari peran program KKN Universitas Padjadjaran. Melalui program tersebut, mahasiswa mendapat pengalaman langsung di lapangan sekaligus pemahaman lebih dalam mengenai potensi dan permasalahan masyarakat desa.
“Unpad mendukung kami melalui program KKN yang tepat sasaran sehingga kami bisa menemukan ide pemberdayaan ini,” kata Harits. Dukungan universitas menjadi pondasi penting dalam terciptanya inovasi berkelanjutan.
Inspirasi bagi Generasi Muda
Alpi Badriyani menekankan pentingnya menemukan komposisi tim yang sesuai dengan kebutuhan lomba agar dapat bersinergi secara maksimal. Menurutnya, keseimbangan kompetensi antaranggota menjadi kunci keberhasilan.
Sementara itu, Rafli Iltizamullah memberikan pesan agar mahasiswa lain tidak ragu melangkah. “Jangan pernah ragu untuk melangkah selama ada kesempatan untuk mencoba, karena tidak ada yang tahu pada langkah ke berapa letak keberhasilan akan diraih,” ujarnya.
Kemenangan Tim Jatinewyork menunjukkan bahwa gagasan inovatif mahasiswa mampu menghadirkan solusi nyata bagi masyarakat desa. Konsep Bamboost bukan hanya ide akademis, melainkan juga implementasi nyata yang memberi dampak ekonomi dan sosial.
Prestasi ini diharapkan dapat menginspirasi generasi muda lain di Indonesia untuk berinovasi dalam mendukung pembangunan desa yang berkelanjutan. Kompetisi tersebut membuktikan bahwa kolaborasi ilmu, kreativitas, dan pengabdian masyarakat dapat menghasilkan karya berdampak.
Ajang Innovilleague juga menggarisbawahi peran mahasiswa dalam membangun bangsa. Dengan keterlibatan langsung di masyarakat, mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengaplikasikan ilmu demi kemajuan desa.
Kesuksesan Tim Jatinewyork menjadi bukti bahwa mahasiswa memiliki potensi besar untuk mendorong pemberdayaan masyarakat desa. Inovasi yang lahir dari pengalaman nyata di lapangan terbukti lebih tepat sasaran.
Konsep Bamboost menekankan bahwa pembangunan desa tidak cukup hanya dengan infrastruktur, tetapi juga harus memperhatikan penguatan kapasitas masyarakat dan optimalisasi sumber daya lokal.
Keberhasilan ini juga menandai pentingnya sinergi antara dunia pendidikan dengan masyarakat desa. Dukungan pemerintah melalui kompetisi semacam Innovilleague menjadi wadah strategis untuk mempercepat inovasi sosial.
Dengan adanya dorongan dari kompetisi ini, mahasiswa dapat mengasah kreativitas sekaligus memberikan kontribusi nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat desa.
Melalui gagasan yang dikembangkan, Tim Jatinewyork membuktikan bahwa pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan dengan pendekatan inovatif, terukur, dan berkelanjutan.
Sebagai penutup, keberhasilan Tim Jatinewyork patut dijadikan contoh oleh mahasiswa di seluruh Indonesia. Mereka membuktikan bahwa pengabdian kepada masyarakat dapat dilakukan secara kreatif melalui inovasi yang berdampak langsung.
Dunia akademik sebaiknya semakin membuka ruang bagi mahasiswa untuk mengembangkan ide berbasis pengalaman lapangan. Melalui KKN, mahasiswa dapat menemukan masalah sekaligus solusi yang nyata.
Program kompetisi seperti Innovilleague dapat terus diperluas agar semakin banyak mahasiswa terinspirasi untuk mengembangkan inovasi sosial yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
Pemberdayaan masyarakat desa memerlukan dukungan dari semua pihak. Dengan kolaborasi pentahelix, ide kreatif mahasiswa dapat menjadi motor penggerak perubahan.
Kesuksesan Tim Jatinewyork melalui Bamboost menunjukkan bahwa kemandirian desa dapat dicapai melalui inovasi sederhana namun berdampak besar. Hal ini menjadi harapan baru bagi pembangunan desa di Indonesia. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v