Jakarta, EKOIN.CO – Dunia militer pada 2025 menunjukkan perkembangan signifikan di sektor pertahanan udara, terutama melalui pengoperasian jet tempur generasi terbaru. Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh Aviationa2z, daftar 10 jet tempur terbaik di dunia tahun ini menyoroti pesawat-pesawat yang bukan hanya tercepat dan terkuat, tetapi juga menjadi simbol keunggulan teknologi masing-masing negara.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Dengan teknologi siluman, radar canggih, dan persenjataan mutakhir, deretan jet ini dirancang untuk memastikan dominasi di udara. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, Prancis, dan bahkan Indonesia, tercatat memiliki armada yang masuk dalam jajaran elit ini. Daftar tersebut disusun berdasarkan kriteria kecepatan, jangkauan, persenjataan, dan kemampuan operasional di medan tempur modern.
Peringkat pertama diisi oleh Lockheed Martin F-35 Lightning II. Jet siluman multiguna ini hadir dalam tiga varian dan sudah dioperasikan lebih dari 1.000 unit secara global. Dengan kecepatan Mach 1,6 dan jangkauan 2.222 kilometer, F-35 memiliki radar AESA AN/APG-81 serta sistem sensor Distributed Aperture System yang memungkinkan pengawasan penuh area pertempuran.
Di posisi kedua, Chengdu J-20 Mighty Dragon asal Tiongkok menonjol dengan jangkauan hingga 5.926 kilometer dan kecepatan Mach 2. Jet ini memanfaatkan mesin WS-15 dan radar AESA untuk mendukung kemampuan siluman serta pertempuran jarak jauh, dengan lebih dari 200 unit sudah beroperasi.
Posisi ketiga ditempati oleh Lockheed Martin F-22 Raptor, yang meskipun produksinya dihentikan setelah 195 unit, masih menjadi tolok ukur superioritas udara. F-22 melesat hingga Mach 2,25 dengan jangkauan 3.000 kilometer, dan radar AN/APG-77 membuatnya sulit terdeteksi.
KAI KF-21 Boramae: Simbol Kolaborasi Indonesia-Korea Selatan
Menariknya, di posisi keempat ada KAI KF-21 Boramae, jet tempur generasi 4,5 hasil kolaborasi antara Korea Selatan dan Indonesia. Pesawat ini mampu mencapai kecepatan Mach 1,8 dengan jangkauan 2.900 kilometer, serta dilengkapi radar AESA dan teknologi avionik modern yang setara standar tempur global.
Proyek KF-21 dimulai pada 2010, dengan pembiayaan 60% oleh pemerintah Korea Selatan, 20% oleh Indonesia, dan sisanya oleh mitra swasta seperti Korea Aerospace Industries (KAI). Harga per unit diperkirakan sekitar Rp1,2 triliun, dengan target produksi 120 unit pada 2032.
Keberadaan KF-21 menjadi tonggak penting bagi industri pertahanan Indonesia. Pesawat ini dirancang untuk menandingi jet kelas atas sekaligus memperkuat kemandirian teknologi militer kedua negara. Kolaborasi ini juga membuka peluang transfer teknologi bagi Indonesia.
Posisi kelima diduduki oleh Sukhoi Su-57 dari Rusia, jet generasi kelima yang memadukan fitur siluman, kemampuan supercruise, dan integrasi sensor canggih. Dengan kecepatan Mach 2 dan jangkauan 3.500 kilometer, Su-57 dijual dengan harga relatif rendah untuk kelasnya, yakni sekitar Rp670 miliar hingga Rp840 miliar.
Shenyang FC-31 Gyrfalcon asal Tiongkok berada di peringkat keenam. Meski masih dalam tahap pengembangan, jet ini dirancang untuk operasi dari kapal induk. Memiliki kecepatan Mach 1,8 dan jangkauan 1.200 kilometer, FC-31 dilengkapi mesin kembar WS-13 dan radar AESA.
Persaingan Jet Tempur di Kancah Global
Peringkat ketujuh ditempati Boeing F-15EX Eagle II dari Amerika Serikat. Penyempurnaan dari F-15 klasik ini mampu membawa hingga 22 rudal udara-ke-udara dan melesat Mach 2,5 dengan jangkauan 3.450 kilometer.
Dassault Rafale dari Prancis mengisi posisi kedelapan. Jet ini terkenal dengan manuver lincah dan persenjataan lengkap seperti rudal SCALP dan MICA. Rafale terbang Mach 1,8 sejauh 3.700 kilometer dengan radar AESA RBE2.
Eurofighter Typhoon yang dikembangkan secara kolaboratif oleh beberapa negara Eropa berada di urutan kesembilan. Jet ini melaju Mach 2 dengan jangkauan 2.900 kilometer, mengandalkan mesin Eurojet EJ200 dan kompatibel dengan rudal Meteor.
Sukhoi Su-35S asal Rusia menutup daftar di posisi kesepuluh. Sebagai pengembangan Su-27, pesawat ini berkecepatan Mach 2,25 dan jangkauan 3.600 kilometer, dilengkapi radar Irbis-E yang mampu melacak target hingga 400 kilometer.
Daftar ini menunjukkan bahwa dominasi udara bukan hanya milik negara-negara besar. Indonesia, melalui partisipasi di KF-21 Boramae, membuktikan mampu masuk dalam arena persaingan global berkat kolaborasi strategis.
Keunggulan setiap jet tidak hanya diukur dari kecepatan dan daya tempurnya, tetapi juga kemampuan bertahan, fleksibilitas misi, dan integrasi teknologi modern yang memadukan sistem persenjataan dengan kecerdasan buatan.
Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, kepemilikan jet tempur mutakhir menjadi salah satu indikator kesiapan militer suatu negara. Laporan ini memberikan gambaran peta kekuatan udara dunia pada 2025.
Perkembangan teknologi pesawat tempur juga memengaruhi strategi pertahanan dan serangan di era modern. Jet yang masuk daftar ini memiliki peran strategis baik dalam pertahanan wilayah maupun proyeksi kekuatan.
Untuk Indonesia, keberadaan KF-21 di daftar ini diharapkan menjadi pemicu pengembangan industri dirgantara nasional yang lebih mandiri, sekaligus meningkatkan kemampuan tempur TNI AU dalam menghadapi tantangan masa depan.
kekuatan udara tetap menjadi penentu utama di medan pertempuran modern. Keberhasilan suatu negara mempertahankan wilayahnya bergantung pada kualitas armada tempurnya.
bagi Indonesia adalah terus memperkuat riset dan pengembangan di sektor kedirgantaraan, serta memastikan keberlanjutan kerja sama internasional yang memberikan manfaat teknologi dan ekonomi.
Penting juga bagi pemerintah untuk mengalokasikan anggaran pertahanan secara efektif, agar proyek seperti KF-21 dapat memberi dampak jangka panjang bagi keamanan nasional.
Pelatihan dan peningkatan kemampuan personel TNI AU harus berjalan seiring dengan pengadaan pesawat tempur baru, guna memastikan armada dapat dioperasikan secara optimal.
Terakhir, kerja sama lintas negara dalam bidang pertahanan perlu diperkuat, sehingga Indonesia tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga produsen teknologi militer berstandar global. (*)