Yelabuga EKOIN.CO – Rusia dikabarkan mampu meningkatkan kapasitas produksi drone serang satu arah jenis Shahed secara signifikan hingga bisa meluncurkan 2.000 unit dalam satu malam. Informasi ini diungkap dalam dua penilaian baru yang diterbitkan oleh sumber-sumber pertahanan Barat, termasuk pernyataan dari pejabat militer Jerman dan laporan lembaga kajian berbasis di Amerika Serikat.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Mayor Jenderal Christian Freuding dari Kementerian Pertahanan Jerman mengungkapkan bahwa Rusia tengah memperluas kemampuan produksinya. Dalam wawancara yang disiarkan Bundeswehr pada Sabtu, Freuding menjelaskan bahwa ambisi Rusia adalah mampu mengerahkan hingga 2.000 drone Shahed secara bersamaan dalam satu serangan.
Produksi drone lokal Rusia meningkat pesat
Freuding mengatakan bahwa Rusia “berusaha untuk lebih meningkatkan kapasitas produksi Shahed-nya,” seraya menambahkan bahwa “mereka ingin memperluas serangan drone yang baru saja kita bicarakan.” Ia menyebutkan bahwa strategi ini akan menjadi tantangan serius bagi pertahanan udara Ukraina dan sekutunya di Barat.
Institute for the Study of War (ISW), lembaga riset berbasis di Washington, dalam laporannya pada Minggu menyatakan bahwa Rusia terus meningkatkan penggunaan drone Shahed. Menurut ISW, penggunaan drone tersebut meningkat 31 persen setiap bulan pada Juni dan Juli. Mereka memperkirakan kapasitas serangan Rusia bisa mencapai 2.000 drone per malam pada November 2025 jika tren ini terus berlanjut.
Namun, ISW juga menambahkan bahwa kemampuan Rusia meluncurkan 2.000 drone dalam satu malam kemungkinan tidak bisa dilakukan secara konsisten setiap hari. Walau demikian, hal ini menunjukkan peningkatan tajam dibandingkan musim gugur 2024, saat Rusia hanya meluncurkan 2.000 drone per bulan.
Shahed merupakan drone peledak jarak jauh buatan Iran dengan jangkauan antara 600 hingga 1.200 mil, tergantung desainnya. Sejak awal 2023, Rusia telah memproduksi versi lokal Shahed di Kawasan Ekonomi Khusus Yelabuga. Beberapa komponen kunci untuk produksi ini disebut berasal dari Tiongkok.
Kekhawatiran Ukraina dan NATO meningkat
Pada awal bulan ini, Rusia meluncurkan 728 drone dalam satu malam, angka tertinggi sejak invasi ke Ukraina dimulai. Jumlah serangan yang meningkat membuat Ukraina dan sekutunya khawatir bahwa pertahanan udara Kyiv dapat kewalahan.
Robert “Madyar” Brovdi, komandan Pasukan Sistem Nirawak Ukraina, menyampaikan pada 4 Juli bahwa Rusia bisa saja mengerahkan lebih dari 1.000 drone Shahed per hari. Ia menekankan bahwa pernyataannya bukan bertujuan menakut-nakuti, melainkan sebagai peringatan atas ancaman nyata.
Selain di Yelabuga, intelijen militer Ukraina juga menemukan bukti bahwa produksi drone dilakukan di kota Izhevsk, yang kemungkinan merupakan jalur produksi tambahan. Ukraina telah beberapa kali mencoba menyerang fasilitas di Yelabuga menggunakan drone jarak jauh, meski belum diketahui sejauh mana kerusakan yang ditimbulkan.
Analis dari Institut Internasional untuk Studi Strategis menyatakan bahwa luas fasilitas produksi Shahed di Rusia telah berlipat ganda sejak 2023. Mereka menyebutkan bahwa meski pengiriman Shahed dari Iran masih berlangsung, Moskow telah berinvestasi besar untuk produksi dalam negeri.
Pertahanan udara Barat dinilai terlalu mahal
Freuding menyoroti perlunya pertahanan udara yang lebih hemat biaya. Ia mengatakan bahwa Barat tidak bisa terus-menerus mengandalkan sistem mahal seperti Patriot untuk menghadapi drone Shahed. Ia menilai bahwa sistem balasan seharusnya berharga antara dua hingga empat ribu euro per unit.
Sebagai perbandingan, satu sistem Patriot menelan biaya sekitar 1,1 miliar dolar AS, dan setiap rudalnya mencapai empat juta dolar. Biaya tinggi ini menjadi tantangan ketika menghadapi gelombang drone murah yang diluncurkan dalam jumlah besar.
Ukraina saat ini mengandalkan pertahanan udara berlapis, termasuk rudal permukaan-ke-udara, rudal udara-ke-udara, serta unit penembak bergerak yang menargetkan drone dengan senapan mesin. Selain itu, Ukraina juga mengembangkan drone pencegat buatan lokal yang disebut Sting.
Namun, Rusia seringkali meluncurkan rudal balistik bersamaan dengan drone Shahed dalam satu serangan, sehingga membutuhkan sistem pertahanan udara jarak jauh seperti Patriot untuk mencegat rudal tersebut. Ini membuat pertahanan Ukraina harus menghadapi tekanan dari dua jenis ancaman secara bersamaan.
Kondisi ini menimbulkan tantangan strategis bagi negara-negara NATO, yang harus mempertimbangkan solusi pertahanan lebih murah untuk menghadapi ancaman drone massal. ISW dan Freuding sepakat bahwa penggunaan drone oleh Rusia akan terus meningkat dalam waktu dekat.
Para analis menilai bahwa peningkatan produksi Shahed di Rusia akan memberikan kemampuan baru dalam perang, memungkinkan Kremlin melancarkan serangan udara berkelanjutan dengan biaya yang relatif rendah. Hal ini memerlukan adaptasi dari Ukraina dan mitra Baratnya untuk merespons secara efektif.
Ukraina terus berupaya mengembangkan teknologi dan strategi baru untuk menghadapi drone Shahed. Namun, jika produksi Rusia terus meningkat, tekanan terhadap pertahanan Ukraina akan semakin besar.
Berdasarkan perkembangan ini, pengamat Barat menilai bahwa perang drone akan menjadi bagian kunci dalam konflik di masa depan, dengan kebutuhan mendesak akan sistem pertahanan udara yang lebih terjangkau.
perkembangan ini menunjukkan peningkatan ancaman terhadap Ukraina yang dapat mengubah dinamika medan perang. Jika Rusia benar-benar mampu meluncurkan ribuan drone Shahed dalam satu malam, pertahanan Kyiv bisa berada dalam posisi yang sulit.
Dalam menghadapi serangan drone skala besar tersebut, Ukraina dan sekutunya perlu beradaptasi cepat dengan mengembangkan sistem balasan yang efisien secara biaya. Ketergantungan pada sistem mahal dapat membebani logistik dan keuangan pertahanan jangka panjang.
Langkah proaktif seperti peningkatan produksi drone pencegat lokal dan penggunaan teknologi radar canggih bisa menjadi solusi jangka pendek. Di sisi lain, penekanan pada pengembangan teknologi pertahanan berbasis AI juga bisa memperkuat respons terhadap ancaman ini.
Kedepannya, koordinasi erat antara Ukraina dan negara-negara NATO akan menjadi kunci untuk merancang strategi pertahanan yang tahan lama. Peningkatan produksi Shahed di Rusia menunjukkan eskalasi serius yang tidak bisa diabaikan.
Mengantisipasi lonjakan serangan, negara-negara Barat perlu mendesain sistem pertahanan udara murah dan efektif agar dapat menahan serangan berkelanjutan tanpa menguras sumber daya secara berlebihan. (*)