Jakarta, Ekoin.co – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta resmi membuka akses penyeberangan baru di sisi timur Stasiun Cikini dengan memasang pelican crossing. Fasilitas tersebut mulai difungsikan pada Senin, 15 September 2025, setelah banyak aduan masyarakat yang mengeluhkan kesulitan menyeberang akibat pagar tinggi yang membatasi jalan raya dengan stasiun.
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menyatakan kebijakan ini dilakukan untuk memangkas jarak tempuh warga menuju pintu masuk stasiun. “Tidak perlu lagi muter yang terlalu jauh, masyarakat bisa langsung menyeberang ke Stasiun Cikini,” kata Pramono saat meninjau lokasi di Jakarta Pusat, Senin 15 September 2025.
Langkah ini merupakan jawaban atas aspirasi warga sekitar maupun penumpang KRL yang setiap hari harus berjalan lebih jauh untuk mengakses stasiun. Dengan dibukanya pelican crossing, jalur penyeberangan kini lebih mudah dijangkau.
Uji Coba Penyeberangan
Menurut data Pemprov DKI Jakarta yang dikutip dari beritajakarta.id, uji coba fasilitas ini diberlakukan pada 15 September 2025 dengan jam operasional mengikuti layanan commuter line, yaitu pukul 05.00 hingga 24.00 WIB.
Selain menambahkan lampu lalu lintas khusus pejalan kaki, Pemprov juga menurunkan personel Dinas Perhubungan dan Satpol PP di sekitar lokasi. Kehadiran mereka bertujuan memastikan kelancaran arus lalu lintas sekaligus menjaga ketertiban pengguna jalan.
Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus, memberikan apresiasi terhadap langkah tersebut. Dalam wawancara bersama media masa, ia menyampaikan bahwa kebijakan ini bukan hal baru. “Sebenarnya ini mengembalikan zebra cross yang sudah ada sejak 2013 dan hilang pada 2015. Jadi lebih kepada menghidupkan lagi fungsi lama,” ujarnya, Selasa 16 September 2025.
Meski begitu, Alfred mengingatkan agar lokasi pelican crossing tidak sejajar langsung dengan pintu masuk stasiun. “Sebaiknya dipindah 20 meter ke kiri atau kanan agar arus pejalan kaki menyebar. Kalau setiap detik dipencet, kendaraan bisa terhambat,” katanya.
Respons Komunitas Pengguna KRL
Sementara itu, aktivis Komunitas Pengguna KRL Jabodetabek atau KRL Mania, Nenden Resti, menyambut baik kebijakan ini. Menurutnya, kehadiran pelican crossing mempermudah penumpang. “Alhamdulillah lebih bagus, penumpang tidak perlu keliling jauh lagi. Dulu zebra cross sempat ada, tapi ditutup karena masalah ketertiban,” ujar Resti.
Resti menambahkan bahwa potensi kemacetan dapat diatasi melalui penataan lalu lintas di lokasi. “Kalau memang area itu khusus penyeberangan, tinggal kasih tanda dan petugas di awal supaya masyarakat terbiasa tertib. Lama-lama akan jadi budaya,” katanya.
Meski mendapatkan sambutan positif dari sejumlah pihak, tantangan dalam penerapan fasilitas baru ini tetap ada. Baik pengendara maupun pejalan kaki harus memiliki kedisiplinan untuk menjaga keselamatan bersama.
Alfred kembali menegaskan pentingnya edukasi publik. “Proteksi pejalan kaki hanya ada pada disiplin. Kalau tidak tertib, taruhannya nyawa,” ungkapnya.
Seiring dengan itu, Pemprov DKI Jakarta berkomitmen memantau penggunaan pelican crossing secara berkelanjutan. Evaluasi akan dilakukan untuk melihat efektivitas fasilitas dan dampaknya terhadap arus lalu lintas.
Langkah ini dinilai sebagai bagian dari upaya pemerintah meningkatkan fasilitas transportasi publik dan aksesibilitas warga di pusat kota. Dengan dibukanya akses penyeberangan, masyarakat yang sehari-hari bergantung pada transportasi kereta diharapkan mendapat kenyamanan lebih.
Dari pantauan di lapangan, sejumlah warga langsung memanfaatkan pelican crossing pada hari pertama uji coba. Mereka mengaku terbantu karena tidak lagi harus berjalan jauh untuk menuju pintu masuk stasiun.