Lombok Timur, EKOIN.CO – Melihat kontribusi besar Pekerja Migran Indonesia (PMI) terhadap perekonomian nasional, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mengambil peran aktif dalam menyiapkan masa depan mereka. Melalui aktivitas Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) BRI Peduli, BRI meluncurkan kembali Pemberdayaan Purna PMI BRI. Program ini secara spesifik ditujukan bagi para pekerja migran yang telah menyelesaikan masa kontrak kerja di luar negeri dan kembali ke tanah air, membantu mereka mengatasi tantangan keterbatasan keterampilan usaha, minimnya akses permodalan, dan kesulitan mencari peluang ekonomi yang berkelanjutan.
Kali ini, program Pemberdayaan Purna PMI menyasar purna pekerja migran dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Tercatat sebanyak tiga puluh purna pekerja migran menerima serangkaian pelatihan komprehensif. Pelatihan tersebut diadakan di Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur. Pemilihan lokasi ini sangat strategis, mengingat Desa Loyok merupakan sentra penghasil anyaman bambu yang memiliki potensi besar.
Baca juga : Kredit Konsumer BRI Tembus Rp216,26 Triliun Agustus 2025
Corporate Secretary BRI, Dhanny, menjelaskan bahwa tujuan utama dari program pemberdayaan ini adalah membekali para purna pekerja migran dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Harapannya, mereka mampu memulai usaha secara mandiri atau memperoleh pekerjaan yang layak di Indonesia. Inisiatif ini merupakan upaya nyata BRI dalam membangun kemandirian ekonomi masyarakat.
”Dengan dukungan mentor yang berpengalaman, purna PMI akan memiliki kesempatan dalam mengembangkan usahanya secara mandiri atau memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidang atau keterampilan mereka,” jelas Dhanny. Ia melanjutkan, “Hal ini nantinya dapat mendorong kemandirian dan kesejahteraan serta diharapkan dapat berkontribusi secara aktif dalam pembangunan ekonomi masyarakat.”
Berbagai macam pelatihan diberikan secara terstruktur. Para peserta menerima pelatihan pengembangan produk bambu yang berbasis pada tren pasar serta preferensi konsumen masa kini. Selain itu, mereka juga dibekali pelatihan teknik anyaman lanjutan dan diversifikasi produk bambu yang berorientasi pada kualitas ekspor, membuka peluang pasar global yang lebih besar.
Purna PMI mengintegrasikan Potensi Lokal dan Keterampilan Modern
Provinsi Lombok dikenal memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Sementara itu, Desa Loyok di Lombok Timur sendiri sudah lama dikenal sebagai pusat penghasil anyaman bambu tradisional. Namun, industri kerajinan di desa ini menghadapi tantangan serius. Tantangan tersebut berupa keterbatasan bahan baku, persaingan ketat dengan produk modern, yang pada akhirnya membuat pemasaran produk menjadi kurang optimal.
Di sisi lain, Desa Loyok juga memiliki banyak Purna PMI yang kembali ke Indonesia. Kombinasi antara potensi sumber daya, tantangan perajin, dan keberadaan Purna PMI menjadikan lokasi ini sangat potensial untuk kegiatan pemberdayaan. Dengan adanya integrasi antara pelatihan kerajinan bambu, inovasi desain, dan strategi pemasaran modern, program ini diharapkan dapat mengatasi kendala perajin sekaligus memberdayakan Purna PMI untuk menciptakan peluang usaha baru yang berkelanjutan.
Melihat tantangan dan potensi yang ada, fokus utama Pemberdayaan Purna PMI BRI di Lombok adalah pengembangan keterampilan kewirausahaan yang berbasis pada kerajinan bambu. Kerajinan bambu dari Desa Loyok memiliki potensi pasar yang sangat besar, baik di pasar domestik maupun internasional.
Potensi pasar global produk kerajinan bambu, seperti perabot rumah tangga dan dekorasi, terus menunjukkan perkembangan positif. Terutama di negara-negara dengan kesadaran tinggi terhadap produk ramah lingkungan. Kondisi ini tentunya menjadi peluang besar yang harus dimanfaatkan oleh para Purna PMI.
Tak kalah penting dari aspek teknis, para peserta juga mendapatkan pelatihan yang menekankan pada pengelolaan usaha dan keuangan yang lebih baik. Pelatihan ini juga mencakup penetapan harga pokok penjualan (HPP) serta cara menjalankan bisnis secara lebih efisien. Pengetahuan ini sangat krusial agar usaha yang dijalankan dapat berkelanjutan.
Untuk memperkuat daya saing, BRI juga menyelenggarakan pelatihan pemasaran dan branding produk. Pelatihan ini bertujuan membantu peserta memasarkan produk mereka dengan lebih efektif. Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan daya saing, baik di pasar lokal yang ketat maupun pasar global yang menjanjikan.
Mewujudkan Ekosistem Usaha Berbasis Komunitas
Pelatihan yang diberikan tidak hanya mencakup aspek teknis produksi anyaman bambu, tetapi juga pelatihan pengelolaan keuangan, penetapan harga pokok penjualan (HPP), dan inovasi desain produk. Semua modul pelatihan ini dirancang untuk memberikan bekal komprehensif bagi Purna PMI agar siap menjadi wirausahawan mandiri.
Dhanny menambahkan bahwa program ini memiliki visi yang lebih jauh. ”Program ini pun diharapkan dapat menciptakan ekosistem usaha berbasis komunitas yang dapat memberikan dampak ekonomi secara lebih luas bagi para peserta maupun bagi masyarakat sekitar,” tutup Dhanny. Penciptaan ekosistem ini menunjukkan pendekatan holistik dalam pemberdayaan.
Keterbatasan keterampilan dan akses permodalan sering kali menjadi hambatan utama bagi Purna PMI saat kembali dan ingin memulai usaha. Oleh karena itu, dukungan dari lembaga keuangan seperti BRI, melalui program TJSL yang terfokus, sangat vital dalam menjembatani kesenjangan tersebut.
Melalui program ini, BRI tidak hanya memberikan ‘ikan’, tetapi juga ‘kail’ dan bahkan ‘kolam’ bagi Purna PMI. Fokus pada kerajinan bambu, yang merupakan keunggulan lokal Desa Loyok, memastikan bahwa usaha yang dikembangkan memiliki akar yang kuat dan pasokan bahan baku yang relatif tersedia.
Pengintegrasian inovasi desain berbasis tren pasar juga menjadi kunci keberhasilan. Hal ini penting untuk memastikan produk yang dihasilkan tidak hanya bernilai seni, tetapi juga bernilai jual tinggi. Kualitas produk yang berkualitas ekspor akan membantu para Purna PMI menembus pasar yang lebih luas dan menghasilkan pendapatan yang lebih baik.
Pemberdayaan Purna PMI BRI di Lombok Timur ini merupakan salah satu dari serangkaian inisiatif yang dilakukan BRI. Ini merupakan bukti komitmen BRI yang terus konsisten dalam mendukung pembangunan ekonomi kerakyatan, mulai dari tingkat keluarga hingga komunitas. Program ini diharapkan dapat menjadi pilot project sukses yang dapat direplikasi di sentra-sentra Purna PMI lainnya di Indonesia.
Upaya ini membantu Purna PMI mengubah status mereka dari penerima gaji menjadi pencipta lapangan kerja. Ini merupakan pergeseran paradigma yang sangat dibutuhkan untuk membangun kemandirian ekonomi.
Penyaluran pengetahuan tentang pengelolaan keuangan dan HPP juga sangat penting, memastikan bahwa usaha yang mereka jalankan dapat diukur keuntungannya dan dikelola secara profesional. Kemampuan ini sering kali luput dari perhatian dalam program pelatihan usaha.
Dengan demikian, sinergi antara potensi lokal Lombok, keterampilan Purna PMI, dan dukungan permodalan serta pelatihan dari BRI, menciptakan formula yang kuat untuk kesejahteraan berkelanjutan.
Kesimpulannya, peluncuran program Pemberdayaan Purna PMI BRI di Lombok Timur merupakan langkah strategis yang sangat relevan dan memberikan dampak besar. Program ini secara langsung mengatasi masalah mendasar yang dihadapi oleh Purna PMI, yaitu keterbatasan keterampilan kewirausahaan dan akses permodalan. Dengan memfokuskan pada pengembangan kerajinan bambu, BRI memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal Desa Loyok yang dikenal sebagai sentra anyaman, memberikan peserta basis usaha yang kuat dan otentik.
Pelatihan yang komprehensif, mulai dari teknik anyaman ekspor, inovasi desain berbasis tren global, hingga pengelolaan keuangan dan branding, memastikan bahwa Purna PMI tidak hanya pandai membuat produk, tetapi juga mampu menjual dan mengelola bisnisnya secara berkelanjutan. Ini adalah upaya BRI untuk mentransformasi Purna PMI dari pekerja menjadi wirausahawan mandiri yang siap bersaing di pasar global.
Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan individu Purna PMI, tetapi juga diharapkan mampu menciptakan ekosistem usaha berbasis komunitas. Ekosistem semacam ini dapat memberikan dampak ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat sekitar. Hal ini menjadikan Pemberdayaan Purna PMI BRI sebagai contoh sukses program TJSL yang terintegrasi dan berorientasi pada kemandirian jangka panjang.
BRI menunjukkan komitmennya sebagai lembaga keuangan yang tidak hanya berorientasi bisnis, tetapi juga peduli pada tanggung jawab sosial. Fokus pada peningkatan daya saing produk lokal ke tingkat ekspor juga selaras dengan upaya pemerintah dalam mendongkrak perekonomian daerah. Program ini berpotensi menjadi cetak biru untuk pemberdayaan masyarakat di wilayah lain yang menghadapi tantangan serupa.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v