Bandung EKOIN.CO – Institut Teknologi Bandung (ITB) dan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) secara resmi mengukuhkan Kerja Sama ITB TMMIN melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) strategis. Peristiwa penting ini dilaksanakan di Ruang Rapim A, Gedung Rektorat ITB, Jalan Tamansari Bandung, pada hari Senin, 6 Oktober 2025. Kolaborasi tersebut mencakup berbagai bidang, mulai dari pendidikan, riset, inovasi, hingga hilirisasi teknologi. Penandatanganan ini diharapkan menjadi jembatan kuat yang menghubungkan keunggulan akademik dengan kebutuhan praktis industri manufaktur nasional, sekaligus mempercepat adopsi teknologi tepat guna di tengah masyarakat.
Langkah monumental ini menegaskan komitmen kedua institusi dalam memperkuat sinergi antara dunia pendidikan tinggi dan sektor industri. Fokus utama kerja sama adalah pengembangan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Prof. Ir. Lavi Rizki Zuhal, Ph.D., bertindak sebagai perwakilan dari pihak ITB. Di sisi lain, Direktur Administration, Corporate Planning & Legal Office, & Product Business Management TMMIN, Yandri Pardomuan, menandatangani dokumen penting tersebut mewakili TMMIN.
Prof. Lavi Rizki Zuhal, Ph.D., menjelaskan bahwa langkah strategis ini merupakan bagian integral dari arah transformasi yang sedang dijalani ITB. Transformasi tersebut mendorong ITB menuju status 4th Generation University, yakni perguruan tinggi yang cakupannya tidak lagi terbatas pada pelaksanaan riset semata. Lebih dari itu, universitas generasi keempat diwajibkan untuk mampu menghasilkan inovasi yang memberikan dampak nyata dan signifikan bagi kemajuan masyarakat.
“Kita kini sedang menuju 4th generation university, jadi tidak hanya melakukan riset tapi juga menghasilkan sesuatu yang berdampak,” ujar Prof. Lavi, mengungkapkan optimisme terhadap kerja sama yang terjalin. Beliau melanjutkan bahwa kolaborasi yang terstruktur ini semestinya dapat dirasakan manfaatnya secara luas oleh berbagai pihak. “Saya yakin ini dapat membawa banyak kebaikan,” tutupnya, seraya menekankan harapannya agar kerja sama ini dapat memperkuat posisi ITB dan TMMIN dalam memajukan inovasi di tingkat nasional.
Sementara itu, dari pihak TMMIN, Yandri Pardomuan menyambut baik inisiatif strategis ini. Baginya, Kerja Sama ITB TMMIN merupakan momentum krusial untuk menciptakan sinergi yang berkelanjutan antara sektor manufaktur dan ekosistem pendidikan tinggi di Indonesia. Sektor manufaktur dan pendidikan tinggi memiliki potensi besar yang bisa dioptimalkan secara bersama-sama melalui kemitraan ini.
Ia menggarisbawahi ambisi TMMIN untuk menjadi pusat Research and Development (R&D) di Indonesia, sebuah tujuan yang mustahil dicapai tanpa dukungan SDM unggul. “Kami ingin menjadi pusat R&D di Indonesia, tentu kami butuh SDM dari ITB dan butuh kolaborasi dari seluruh pihak,” ungkap Yandri, menyoroti peran sentral lulusan ITB dalam mewujudkan visi tersebut. Selanjutnya, ia menambahkan bahwa proses transformasi perusahaan yang masif dan berkelanjutan membutuhkan dukungan kerja sama yang solid dari berbagai mitra strategis.
“Masing-masing saling bisa membantu. Untuk software engineer sudah kita mulai,” jelas Yandri, mencontohkan salah satu bidang kerja sama yang telah terealisasi lebih dulu. Yandri berharap, melalui seluruh program yang direncanakan, Kerja Sama ITB TMMIN ini dapat memberikan kontribusi signifikan bagi kemajuan bangsa secara keseluruhan.

Fondasi dan Potensi Kolaborasi
Diskusi awal mengenai kemitraan strategis ini sebetulnya telah bergulir sejak tanggal 12 September 2025. Pertemuan yang menjadi fondasi MoU ini diselenggarakan di ITB Innovation Park Technopolis Summarecon Bandung. Dalam pertemuan awal tersebut, hadir jajaran pimpinan tinggi TMMIN, termasuk Bob Azam selaku Wakil Presiden Direktur dan Widjanarko sebagai Direktur Teknik, Technical Government Affairs & Production Logistic Control. Sejumlah penasihat senior TMMIN juga turut serta dalam diskusi awal yang konstruktif ini.
Dari sisi ITB, Prof. Lavi Rizki Zuhal memimpin delegasi yang juga diisi oleh Ir. R. Sugeng Joko Sarwono, M.T., Ph.D., yang menjabat sebagai Direktur DKST ITB. Selain itu, para pimpinan fakultas dan sekolah yang relevan turut berpartisipasi, meliputi perwakilan dari Fakultas Teknologi Industri (FTI), Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), serta Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Kehadiran perwakilan dari berbagai bidang ilmu menunjukkan spektrum luas potensi kolaborasi yang bisa dieksplorasi oleh kedua belah pihak.
Pertemuan awal tersebut berfokus pada pembahasan berbagai peluang kolaborasi, khususnya di bidang riset dan pengembangan teknologi otomotif berkelanjutan. Selain itu, inovasi energi bersih, desain produk, dan upaya penguatan kapasitas talenta muda menjadi agenda utama yang didiskusikan secara mendalam. Tidak kalah penting, skema hilirisasi hasil riset juga menjadi fokus agar luaran riset dapat segera dimanfaatkan secara langsung oleh industri dan masyarakat, sehingga menciptakan nilai tambah yang konkret.
Agenda Strategis Tridarma Perguruan Tinggi
Nota Kesepahaman Kerja Sama ITB TMMIN secara spesifik mencakup kegiatan bersama dalam kerangka Tridarma Perguruan Tinggi. Lingkup kerja sama ini sangat luas, meliputi aspek pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kedua institusi berkomitmen untuk menjalankan serangkaian program strategis yang ditujukan untuk memperkuat ekosistem inovasi nasional.
Program-program strategis yang akan dijalankan mencakup penelitian kolaboratif yang didanai bersama, proyek pengembangan prototipe teknologi yang sesuai dengan kebutuhan industri, serta kegiatan magang yang intensif bagi mahasiswa ITB di lingkungan TMMIN. Selain itu, akan diadakan kuliah tamu dan pelatihan bersama yang melibatkan praktisi industri dari TMMIN dan akademisi dari ITB. Seluruh program ini diharapkan dapat memperkuat ekosistem startup dan inovasi di bidang mobilitas masa depan.
Melalui kemitraan yang terjalin erat ini, diharapkan hubungan simbiosis antara dunia akademik dan industri semakin kokoh. Dampak yang lebih besar adalah penguatan posisi Indonesia sebagai negara dengan potensi besar dalam riset otomotif dan pengembangan teknologi berkelanjutan. Kerja Sama ITB TMMIN ini dipandang sebagai model ideal sinergi pentahelix yang mendorong percepatan inovasi dan pembangunan SDM kompeten.
Kesimpulannya, penandatanganan MoU antara ITB dan TMMIN bukan hanya seremoni, melainkan sebuah gerbang pembuka bagi realisasi berbagai proyek inovatif. Sinergi ini akan memastikan bahwa riset-riset terbaik dari kampus dapat diimplementasikan dan memberikan nilai ekonomi yang tinggi. Ini adalah investasi jangka panjang untuk menyiapkan talenta-talenta terbaik yang siap menghadapi tantangan industri masa depan. Dengan dukungan penuh dari kedua belah pihak, Indonesia diharapkan dapat memimpin dalam pengembangan mobilitas berkelanjutan di kawasan regional.
Implementasi nyata dari nota kesepahaman ini perlu terus dipantau agar tujuan hilirisasi teknologi dan pengembangan SDM tercapai secara optimal. Keberlanjutan program-program bersama ini akan menjadi kunci utama dalam mengukur keberhasilan Kerja Sama ITB TMMIN ini. Seluruh upaya ini pada akhirnya bertujuan untuk mendukung daya saing industri nasional di kancah global.
Kerja sama ini menjadi bukti nyata bahwa dunia pendidikan dan industri memiliki kesamaan visi untuk memajukan bangsa melalui inovasi dan peningkatan kapasitas SDM. ITB, sebagai institusi pendidikan ternama, siap menyalurkan keahlian akademik, sementara TMMIN, sebagai raksasa manufaktur, menyediakan wahana implementasi teknologi. Kolaborasi ini menunjukkan komitmen serius dalam mewujudkan transformasi teknologi yang inklusif dan berkelanjutan bagi Indonesia. Masa depan industri otomotif dan teknologi nasional akan sangat ditentukan oleh keberhasilan sinergi semacam ini, di mana ilmu pengetahuan bertemu dengan aplikasi praktis.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v