Cilacap, EKOIN.CO –Indonesia terus memperkuat langkah mitigasi bencana melalui penanaman pohon pantai di berbagai wilayah pesisir. Program ini melibatkan pohon mangrove, ketapang laut, pandan, hingga cemara laut yang berfungsi menahan gelombang tsunami dan mengurangi abrasi. Inisiatif tersebut menjadi bagian penting dari strategi nasional adaptasi perubahan iklim serta perlindungan kawasan pesisir.
Benteng Alami Penahan Tsunami
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama pemerintah daerah gencar menggelar penanaman pohon pantai di sejumlah titik rawan. Pohon mangrove menjadi fokus utama karena sistem akarnya yang kuat mampu meredam hantaman gelombang tsunami. Selain itu, keberadaan mangrove memperlambat aliran air laut yang masuk ke daratan sehingga mengurangi risiko kerusakan.
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, dalam keterangannya, menjelaskan bahwa vegetasi pesisir merupakan “pertahanan alami yang efektif dan berkelanjutan dalam mitigasi bencana tsunami serta pengendalian abrasi.” Langkah ini juga menjadi bagian dari upaya memperkuat kesejahteraan masyarakat di sekitar pesisir.
Selain melindungi lingkungan, hutan mangrove juga meningkatkan kualitas hidup warga lokal. Ekosistem mangrove menyediakan sumber daya ekonomi, seperti hasil perikanan, madu hutan, dan bahan baku kerajinan, yang semuanya mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat.
Kombinasi Pohon Lokal dan Kearifan Pesisir
Program penanaman pohon pantai tidak hanya berfokus pada mangrove, tetapi juga memanfaatkan vegetasi lokal seperti pohon pinago, ketapang laut, pandan laut, serta cemara udang. Di Pariaman, misalnya, BNPB mengembangkan penanaman pinago karena daya tahannya terhadap gelombang laut dan manfaat ekologisnya bagi tanah pantai.
Di Cilacap, pohon ketapang dan pandan laut menjadi simbol adaptasi lokal terhadap perubahan iklim. Akar ketapang memperkuat tanah, sementara pandan laut berfungsi menyaring air tanah dan mencegah intrusi air asin. “Kami menanam pohon-pohon ini bukan hanya untuk menahan ombak, tetapi juga untuk memperbaiki kualitas lingkungan,” ujar salah satu relawan lingkungan setempat.
BNPB juga melibatkan pelajar, nelayan, dan komunitas lokal dalam kegiatan penanaman. Pendekatan partisipatif ini menumbuhkan rasa memiliki terhadap lingkungan dan meningkatkan kesadaran mitigasi bencana berbasis vegetasi.
Hutan pantai yang tumbuh hasil kerja bersama kini menjadi laboratorium alam. Pemerintah memantau dampaknya terhadap laju abrasi, peningkatan kesuburan tanah, serta populasi biota laut. Banyak daerah pesisir mulai menunjukkan pemulihan ekologis setelah lima tahun penanaman berkelanjutan.
Program ini juga sejalan dengan target nasional pengurangan risiko bencana 2030 dan komitmen Indonesia terhadap Paris Agreement. Penanaman pohon pantai dipandang sebagai solusi berbasis alam (nature-based solution) yang rendah biaya namun berdampak besar terhadap keberlanjutan lingkungan.
Selain manfaat ekologis, kegiatan penanaman ini memberi nilai edukatif bagi generasi muda. Sekolah-sekolah di daerah pesisir kini memasukkan kegiatan penghijauan pantai ke dalam kurikulum lingkungan hidup mereka.
Ke depan, pemerintah dan BNPB akan memperluas cakupan area penanaman, termasuk di wilayah rawan tsunami di pesisir selatan Jawa, Sumatera Barat, dan Nusa Tenggara. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sabuk hijau vegetasi setebal 100 meter dapat menurunkan kekuatan gelombang tsunami hingga 50 persen.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan dukungan lintas sektor, penanaman pohon pantai bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan gerakan nasional membangun benteng alami Indonesia dari ancaman bencana pesisir.
Penanaman pohon pantai menjadi langkah konkret mitigasi berbasis alam untuk melindungi wilayah pesisir dari tsunami dan abrasi. Program ini menggabungkan sains, kearifan lokal, dan partisipasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan tangguh.
Upaya tersebut tidak hanya menjaga ekosistem, tetapi juga mendukung keberlanjutan ekonomi warga pesisir melalui pengelolaan hutan mangrove dan hasil laut.
Sinergi BNPB, pemerintah daerah, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan gerakan penghijauan pantai ini. Dengan demikian, setiap pohon yang tumbuh di pesisir membawa harapan akan masa depan yang lebih aman.
Edukasi dan partisipasi aktif warga akan memperkuat dampak jangka panjang program mitigasi berbasis vegetasi.
Melalui kesadaran kolektif dan aksi nyata, Indonesia tengah membangun perisai hijau di garis terdepan menghadapi perubahan iklim global. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di :
https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v