Jakarta EKOIN.CO – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan kembali prinsip fundamental pembangunan nasional. Pesan tersebut Menko AHY sampaikan saat memberikan keynote speech dalam acara ESG Now Movement 2025 yang berlangsung di Jakarta, pada Minggu, 28 September 2025. Beliau secara tegas menyatakan bahwa upaya mengejar pertumbuhan ekonomi tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan keberlanjutan lingkungan.
Pernyataan Menko AHY menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan kelestarian alam. Beliau menuturkan, “Seiring kita mengejar pertumbuhan ekonomi, termasuk kemakmuran dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, harus disertai pula dengan kepedulian menjaga lingkungan dan bumi kita. Oleh karena itu, bagaimana kita menempatkan kesejahteraan dan keberlanjutan. Keduanya penting dan keduanya tidak bisa ditunda,” tegas Menko AHY. Penekanan pada kedua aspek ini menunjukkan visi pemerintah terhadap pembangunan yang holistik dan bertanggung jawab.
Dalam kesempatan tersebut, Menko AHY menyampaikan apresiasi tinggi kepada Pemimpin Redaksi Republika, Andi Muhyiddin, bersama tim redaksi, komunitas Indonesia Water Warriors, dan seluruh inisiator gerakan ESG Now Movement. Apresiasi ini diberikan atas inisiasi mereka dalam menyelenggarakan kegiatan yang berorientasi pada isu lingkungan dan keberlanjutan.
Acara tersebut juga diramaikan dengan kegiatan Climate Run, sebuah aksi simbolis yang memiliki makna mendalam. “Hari ini kita bersatu dalam sebuah gerakan moral sekaligus aksi nyata, yaitu Climate Run. Kita berlari walau tidak jauh, tetapi ingin mengampanyekan bahwa kita harus menjaga bumi yang semakin tua, semakin panas, dan terus menghadirkan dampak-dampak dari krisis iklim,” ungkapnya. Menko AHY menekankan bahwa isu krisis iklim bukanlah kabar bohong, melainkan fakta yang dirasakan bersama.
Menurut Menko AHY, Climate Run memiliki makna yang jauh melampaui aktivitas olahraga semata. Kegiatan ini adalah simbol nyata dari kepedulian kolektif terhadap masa depan bumi. Beliau kemudian menyoroti tiga tantangan besar yang dihadapi Indonesia terkait dengan pengelolaan air. Tantangan-tantangan tersebut mencakup masalah kekurangan air yang signifikan saat memasuki musim kemarau, kelebihan air yang memicu bencana pada musim hujan, serta penurunan drastis kualitas air akibat pencemaran lingkungan.
Kolaborasi Lima Elemen Hadirkan Solusi Permanen
Menghadapi ketiga tantangan besar terkait air tersebut, Menko AHY menawarkan solusi yang berlandaskan kolaborasi multipihak. Beliau menekankan perlunya keterlibatan yang masif dari berbagai elemen masyarakat dan institusi.
“Tiga hal itu membutuhkan kolaborasi pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, kita semua yang hadir di sini, dan tentunya media. Pendekatan lima elemen ini menurut saya akan sangat efektif untuk menghadirkan solusi yang lebih permanen dan lebih baik bagi kita semua,” jelas Menko AHY. Model kolaborasi ini, yang melibatkan penta-helix (pemerintah, akademisi, bisnis, komunitas, dan media), dinilai sebagai kunci untuk merancang dan mengimplementasikan solusi yang berkelanjutan dan berakar kuat.
Kepada para wartawan yang meliput acara, Menko AHY menekankan bahwa lingkungan harus dijadikan sebagai fondasi utama dalam perumusan setiap kebijakan pembangunan. Prinsip ini harus diterapkan secara konsisten, termasuk dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia. Beliau mengakui bahwa sektor infrastruktur memiliki peran yang sangat strategis sekaligus risiko yang signifikan terhadap lingkungan.
“Saya tentunya juga ingin mendorong dari sisi infrastruktur agar kita dapat mencegah kekeringan, mencapai ketahanan air bersih untuk semua, serta mencegah bencana alam akibat banjir maupun kerusakan lingkungan yang kita timbulkan sendiri,” ungkapnya. Pernyataan ini menunjukkan fokus kementerian koordinator yang dipimpinnya tidak hanya pada pembangunan fisik, tetapi juga pada pembangunan yang berorientasi pada ketahanan dan perlindungan ekologis.
Pembangunan Infrastruktur Berbasis Lingkungan
Dorongan dari Menko AHY untuk menempatkan isu lingkungan sebagai fondasi pembangunan infrastruktur sejalan dengan tren global dalam penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Integrasi prinsip ESG memastikan bahwa proyek infrastruktur tidak hanya efisien dan fungsional, tetapi juga memberikan dampak positif pada lingkungan dan sosial. Misalnya, pembangunan waduk tidak hanya dilihat dari kapasitas airnya, tetapi juga dari dampaknya terhadap ekosistem sungai dan masyarakat lokal.
Menko AHY menutup sambutannya dengan mengajak seluruh pihak untuk melakukan kolaborasi yang lebih serius dalam menjaga kualitas air dan kebersihan sungai. Beliau mengingatkan bahwa sumber daya air adalah penentu kehidupan.
“Karena tanpa air, tidak ada kehidupan yang baik. Oleh karena itu, pemerintah harus bersama-sama dengan semua kalangan, stakeholders, berkolaborasi. Ini bukan hanya kampanye dalam narasi, melainkan juga aksi nyata di lapangan,” pungkasnya. Ajakan ini menjadi penutup yang kuat, menekankan transisi dari wacana menjadi tindakan nyata di tingkat akar rumput.
Kegiatan ESG Now Movement 2025 dan Climate Run ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran publik tentang urgensi keberlanjutan lingkungan. Partisipasi pejabat tinggi negara seperti Menko AHY memberikan bobot politis dan strategis pada gerakan ini. Ini menunjukkan bahwa isu lingkungan bukan lagi isu pinggiran, melainkan isu sentral dalam agenda pembangunan nasional.
Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting lainnya. Di antara mereka terdapat Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno, COO Republika Rangga Danu, Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan Pembangunan Wilayah, Agraria, dan Tata Ruang Nazib Faizal, serta Staf Khusus Herzaky Mahendra Putra. Kehadiran berbagai perwakilan institusi ini menggarisbawahi komitmen kolektif terhadap pembangunan yang berkelanjutan.
Penerapan prinsip keberlanjutan lingkungan dalam setiap proyek infrastruktur, mulai dari jalan tol hingga pembangunan bendungan, akan menjadi fokus utama kementerian koordinator. Tujuannya adalah untuk meminimalisir jejak karbon, memaksimalkan efisiensi sumber daya, dan memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan akan memberikan manfaat jangka panjang tanpa merusak ekosistem. Ini merupakan paradigma baru dalam pembangunan infrastruktur nasional.
Pemerintah menyadari bahwa kolaborasi penta-helix sangat esensial. Akademisi berperan dalam riset dan inovasi, dunia usaha menyediakan pendanaan dan teknologi ramah lingkungan, komunitas menjadi penggerak aksi nyata di lapangan, dan media membantu menyebarkan kesadaran dan mengedukasi masyarakat. Seluruh elemen ini harus bergerak secara terkoordinasi untuk mencapai tujuan keberlanjutan lingkungan yang dicanangkan.
Sebagai penutup, isu keberlanjutan lingkungan yang diangkat oleh Menko AHY di ESG Now Movement 2025 adalah panggilan serius untuk aksi kolektif. Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alamnya, memiliki tanggung jawab besar untuk memimpin dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian ekologis. Pesan kunci bahwa kesejahteraan dan keberlanjutan tidak dapat dipisahkan harus menjadi panduan fundamental bagi setiap pengambilan keputusan kebijakan di tingkat nasional maupun daerah.
Kolaborasi yang melibatkan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat adalah satu-satunya cara untuk mengatasi tantangan krisis iklim dan masalah pengelolaan air yang kompleks. Mengandalkan satu pihak saja tidak akan cukup. Diperlukan sinergi yang diwujudkan melalui aksi nyata, bukan sekadar janji-janji atau narasi semata.
Pembangunan infrastruktur harus bertransformasi menjadi investasi ramah lingkungan. Hal ini menuntut penerapan standar ESG secara ketat pada semua proyek, memastikan bahwa setiap pembangunan yang dilakukan akan meningkatkan ketahanan wilayah dan bukan sebaliknya. Pengejaran ketahanan air bersih dan pencegahan bencana alam harus menjadi tujuan utama dari setiap perencanaan pembangunan.
Kegiatan simbolis seperti Climate Run memainkan peran penting dalam menumbuhkan kesadaran dan mobilisasi sosial. Hal ini mengubah isu besar menjadi sesuatu yang personal dan dapat diakses oleh masyarakat umum, mendorong partisipasi aktif dalam menjaga bumi. Dari langkah kecil ini, diharapkan muncul komitmen yang lebih besar di seluruh lapisan masyarakat.
Akhirnya, menjaga kualitas air dan kebersihan sungai adalah pekerjaan rumah kita bersama. Tanpa air yang berkualitas, kualitas kehidupan pun akan menurun. Oleh karena itu, pesan Menko AHY merupakan penekanan pada urgensi bertindak sekarang demi menjamin masa depan yang lebih baik, di mana pertumbuhan ekonomi berjalan harmonis dengan kelestarian alam.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v