Jombang, EKOIN.CO – Sektor pendidikan tinggi keagamaan Indonesia mencatatkan prestasi monumental di tingkat global. Sebanyak lima ilmuwan dari berbagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) berhasil tercatat dalam daftar bergengsi Top 2% Scientist Worldwide (single-year) 2025. Daftar ini disusun dan dirilis oleh tim peneliti dari Stanford University bekerja sama dengan penerbit akademik terkemuka, Elsevier. Capaian ini merupakan bagian dari total 209 peneliti Indonesia dari berbagai institusi dan bidang ilmu yang masuk dalam rilis terbaru per 19 September 2025.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amin Suyitno, menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian tersebut saat memberikan keterangan di Jombang pada Senin, 22 September 2025. Beliau menekankan bahwa masuknya lima nama dari PTKIN pada daftar Top 2% Scientist Worldwide Stanford–Elsevier tidak hanya sekadar membanggakan semata.
Baca juga : Jumarlin Juara MTQ Internasional, Harumkan Nama Indonesia
Lebih dari itu, Amin Suyitno menegaskan bahwa prestasi ini menjadi bukti konkret. Hal ini menunjukkan bahwa transformasi mutu, pengembangan budaya publikasi bereputasi, dan penguatan kolaborasi internasional di kampus-kampus keagamaan negeri telah berjalan pada jalur yang benar dan menghasilkan dampak nyata.
Amin Suyitno pun menyatakan komitmen kementerian untuk mendukung keberlanjutan prestasi ini. “Kita akan terus memperkuat dukungan pendanaan kompetitif, pendampingan penulisan, serta jejaring riset agar dampak keilmuan dan kebermanfaatannya semakin luas,” sambungnya, menggarisbawahi pentingnya dukungan ekosistem riset yang berkelanjutan.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan peringkat Top 2% Scientist Worldwide Stanford–Elsevier? Peringkat ini disusun oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Prof. John P. A. Ioannidis dari Stanford University. Pemeringkatan ini menggunakan basis data Scopus dan berbagai indikator terstandar.
Indikator-indikator tersebut mencakup sitasi, indeks H, pengaruh co-authorship, serta performa spesifik di setiap sub-bidang keilmuan. Metodologi yang transparan, lintas-disiplin, dan berbasis data sitasi internasional, bukan sekadar nominasi subjektif, membuat kredibilitas pemeringkatan ini diakui secara luas. Rilis tahunan 2025 ini tersedia melalui platform data Elsevier, sehingga dapat diaudit dan dilacak dari tahun ke tahun.
Berikut adalah nama kelima ilmuwan PTKIN yang berhasil tercatat di daftar Top 2% Scientist Worldwide Stanford–Elsevier: 1. Prof. Maila Dinia Husni Rahiem dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Bidang: Education; Artificial Intelligence & Image Processing); 2. Prof. Muhammad Siddiq Armia dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh (Bidang: Law; Education).
Daftar ini juga mencakup 3. Prof. Saiful Mujani dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Bidang: History; International Relations); 4. Prof. Mursyid Djawas dari UIN Ar-Raniry Banda Aceh (Bidang: History; Historical Studies); dan 5. Dr. Habibis Saleh dari UIN Sultan Syarif Kasim Riau (Bidang: Mechanical Engineering & Transports; Energy). Keragaman bidang ini menunjukkan luasnya spektrum keilmuan PTKIN.
Kelima nama ini merupakan bagian dari keseluruhan 209 ilmuwan Indonesia yang teridentifikasi pada rilis tahun 2025. Ilmuwan-ilmuwan tersebut berasal dari beragam institusi, termasuk perguruan tinggi umum, lembaga riset nasional, dan institusi lainnya.

Lonjakan Capaian dan Konsistensi Publikasi PTKIN
Kementerian Agama (Kemenag) mencatat adanya lonjakan signifikan dalam capaian ini. Pada tahun 2023, hanya satu nama dari PTKIN yang tercatat di daftar Top 2% Scientist Worldwide Stanford–Elsevier, yaitu Prof. Maila Dinia Husni Rahiem. Situasi serupa terjadi pada tahun 2024. Namun, pada rilis tahun 2025 ini, jumlahnya melonjak drastis menjadi lima nama, yang membuktikan akselerasi mutu riset PTKIN.
Khusus untuk Prof. Maila Dinia Husni Rahiem, pengakuan ini menjadi predikat ketiga secara berturut-turut (2023, 2024, 2025). Konsistensi ini mencerminkan rekam jejak publikasi yang luar biasa dan dampak sitasi internasionalnya yang stabil dan kuat. Ini merupakan pencapaian yang langka dan sangat membanggakan.
Arskal Salim, Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, menekankan pentingnya aspek tata kelola riset yang solid di balik capaian ini. “Capaian ini tidak lahir tiba-tiba. Ada fondasi tata kelola yang kita bangun: research road-mapping yang jelas, penguatan research ethics, unit pendampingan publikasi, hingga kerja sama dengan penerbit dan asosiasi ilmiah,” jelas Arskal.
Beliau juga menambahkan bahwa kementerian mendorong standardisasi data riset dan research management yang akuntabel di semua PTKIN. Tujuannya adalah agar hasil penelitian yang dihasilkan dapat terukur secara jelas di indeks-indeks global. Langkah-langkah ini menunjukkan upaya sistematis dari Kemenag.
Sahiron, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, menambahkan bahwa penguatan kapasitas dosen-peneliti menjadi prioritas utama kementerian. “Kami memperluas skema research clinic, mentoring publikasi bereputasi, dan hibah kolaboratif lintas kampus serta lintas negara,” ujarnya. Inisiatif ini berfokus pada peningkatan kemampuan dosen.

Makna Strategis Pengakuan Global untuk PTKIN
Sahiron melihat bahwa lima nama di daftar Top 2% Scientist Worldwide 2025 adalah sinyal kuat. Sinyal ini menunjukkan bahwa PTKIN kini siap untuk berlari lebih jauh dan bersaing secara global. Sahiron menegaskan, “Target kita bukan sekadar masuk daftar, melainkan memastikan riset berdampak pada pemecahan masalah bangsa, dari literasi, moderasi beragama, hingga sains terapan.”
Menurut Sahiron, masuknya lima ilmuwan PTKIN dalam daftar global ini mempunyai tiga makna strategis yang saling berkaitan. Pertama, ini adalah legitimasi ilmiah internasional. Legitimasi ini diperoleh karena hasil riset sivitas PTKIN diakui melalui metrik ketat yang bebas konflik kepentingan, sebab berbasis data sitasi global.
Kedua, capaian ini menciptakan efek pengganda pada kultur akademik. Pengakuan global ini akan mendorong dosen dan mahasiswa untuk aktif menulis pada jurnal bereputasi, lebih terbuka dalam berbagi data, dan membangun kolaborasi lintas disiplin ilmu.
Ketiga, keberhasilan ini membawa dampak kebijakan dan layanan publik. Riset yang kuat dan bereputasi tinggi akan menambah mutu naskah kebijakan, kurikulum pendidikan, serta inovasi pengabdian masyarakat yang berbasis bukti ilmiah. Hal ini menunjukkan relevansi riset dengan kebutuhan praktis.
Kemenag, melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, mendorong seluruh PTKIN untuk memanfaatkan capaian tahun 2025 ini sebagai titik tolak untuk akselerasi yang lebih besar. Program prioritas ke depan akan difokuskan pada penguatan kolaborasi riset, baik nasional maupun global, serta implementasi open science.
Prioritas lain adalah peningkatan literasi data dan Artificial Intelligence (AI) untuk kebutuhan riset, serta peningkatan kualitas grant-writing dan research visibility. Semua upaya ini ditujukan untuk memastikan PTKIN terus berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dunia.
Kesimpulannya, masuknya lima ilmuwan PTKIN dalam daftar Top 2% Scientist Worldwide 2025 dari Stanford-Elsevier adalah validasi atas upaya keras Kemenag dan PTKIN dalam mentransformasi ekosistem riset. Pencapaian ini tidak hanya mengangkat reputasi individual, tetapi juga memberikan legitimasi ilmiah internasional terhadap kualitas riset yang dihasilkan oleh kampus-kampus keagamaan. Kunci sukses ini terletak pada tata kelola riset yang akuntabel dan program penguatan kapasitas dosen yang terstruktur dan masif.
Ke depan, PTKIN perlu menjadikan momentum ini sebagai motivasi untuk memperluas cakupan riset, terutama yang relevan dengan isu-isu kebangsaan dan global, seperti moderasi beragama dan sains terapan. Dukungan pendanaan kompetitif dan kolaborasi lintas disiplin, termasuk dengan teknologi seperti AI, harus terus ditingkatkan untuk memastikan riset PTKIN berdampak nyata. Dengan fondasi yang kuat dan visi yang jelas, PTKIN siap menjadi sumber talenta riset yang unggul dan kontributor solusi bagi tantangan bangsa.(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v