Bandung EKOIN.CO – Ratusan siswa di Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, mengalami keracunan massal setelah mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Insiden ini terjadi akibat makanan yang disajikan telah basi karena dimasak tidak tepat waktu, sebagaimana diungkapkan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. [Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v]
Menurut Dedi, permasalahan utama keracunan berasal dari keterlambatan distribusi makanan. “Secara umum problemnya adalah, di makanan itu basi, karena masaknya itu malam, kemudian di distribusikan dan dimakannya oleh siswa itu sangat siang hari. Jadi waktunya sudah terlalu lama antara dimasak dan dimakan,” ujarnya di Kampus UIN Sunan Gunung Jati, Kota Bandung, Selasa (23/9/2025).
Evaluasi MBG Setelah Kasus Keracunan
Dedi memastikan, pekan depan pihak penyelenggara program MBG akan dipanggil untuk dilakukan evaluasi terbuka. Evaluasi itu akan menyasar seluruh aspek, mulai dari pemilihan bahan baku, proses memasak, standar penyajian, hingga distribusi makanan agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi.
“Saya minggu depan mengundang kepala MBG yang membidangi di wilayah Jawa Barat untuk melakukan evaluasi secara paripurna, secara terbuka agar berbagai problem yang terjadi, keracunan siswa tidak terulang lagi,” tegasnya.
Selain evaluasi teknis, Dedi juga menyinggung potensi konsekuensi hukum. Jika terbukti ada kelalaian penyelenggara, maka kemungkinan pidana bisa ditempuh. “Bagaimana orang-orang atau penyelenggara yang kebetulan makanannya menimbulkan keracunan bagi siswa apakah akan meneruskan atau harus dievaluasi, nanti akan saya tanya pada yang menyelenggarakannya,” imbuhnya.
Dinas Kesehatan Turun Tangan
Dinas Kesehatan Jawa Barat melaporkan, makanan yang dikonsumsi siswa di Cipongkor merupakan nasi dan lauk yang dimasak malam sebelumnya lalu baru dikonsumsi siang harinya. Selisih waktu yang terlalu lama antara memasak dan menyajikan makanan disebut menjadi penyebab utama keracunan massal ini.
Dedi menekankan bahwa evaluasi program MBG tidak hanya harus menyentuh aspek teknis, tetapi juga menyeluruh agar manfaat program tidak berubah menjadi mudarat. “Intinya jangan sampai anak-anak kita yang seharusnya mendapat manfaat justru dirugikan oleh kesalahan teknis yang bisa diantisipasi,” ucapnya.
Peristiwa ini menambah daftar panjang kasus keracunan makanan di lingkungan sekolah yang seharusnya bisa dihindari dengan pengawasan ketat. Pemerintah daerah bersama dinas terkait pun tengah berupaya memastikan keamanan program MBG ke depan.
Kasus keracunan massal di Cipongkor menjadi peringatan serius terhadap pelaksanaan program MBG di Jawa Barat. Evaluasi menyeluruh menjadi kunci untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Penyelenggara program perlu memperbaiki manajemen waktu memasak dan distribusi makanan. Pengawasan bahan baku serta kualitas penyajian harus lebih diperketat. Transparansi dalam evaluasi juga perlu ditingkatkan agar masyarakat percaya program ini benar-benar aman bagi siswa. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v