Jakarta,EKOIN.CO- Istana menanggapi wacana perubahan program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi bantuan uang tunai. Usulan tersebut dinilai positif sebagai masukan, namun pemerintah menegaskan skema MBG yang ada saat ini tetap dianggap paling efektif untuk memastikan gizi anak sekolah.
[Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v]
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyampaikan, pemerintah terbuka terhadap berbagai ide yang berkembang, termasuk wacana mengganti MBG dengan skema bantuan langsung berupa uang. Namun ia menekankan bahwa kebijakan yang sedang berjalan telah melalui kajian menyeluruh dan dirancang untuk menjamin kebutuhan gizi anak di sekolah.
“Ide kan banyak, bukan berarti ide tidak baik,” ujar Prasetyo Hadi dalam keterangannya. Ia menambahkan bahwa pemerintah tetap fokus pada tujuan utama program, yakni memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang layak.
MBG dan isu keracunan makanan
Usulan perubahan skema ini mencuat setelah muncul kasus keracunan makanan yang menimpa sejumlah siswa penerima MBG di beberapa daerah. Peristiwa tersebut memicu perdebatan publik mengenai mekanisme distribusi makanan yang selama ini berjalan.
Banyak pihak berpendapat pemberian uang tunai kepada orang tua siswa bisa menjadi solusi agar mereka dapat memilih sendiri makanan bergizi bagi anak-anak. Namun, pemerintah menilai pola tersebut justru berpotensi tidak terkontrol, sehingga tujuan meningkatkan gizi anak sekolah bisa melenceng.
MBG sendiri diluncurkan sebagai salah satu program prioritas nasional untuk menekan angka stunting, meningkatkan kualitas pendidikan, serta mendukung tumbuh kembang generasi muda. Dengan skema ini, siswa di sekolah negeri maupun swasta tertentu memperoleh makanan bergizi secara langsung setiap hari.
Kasus keracunan yang sempat terjadi telah ditangani oleh dinas kesehatan setempat. Evaluasi pun terus dilakukan untuk memperketat pengawasan terhadap penyedia makanan dan proses distribusinya.
Pemerintah tegaskan keberlanjutan MBG
Istana memastikan, meskipun muncul wacana uang tunai, pelaksanaan MBG tetap berjalan sesuai rencana. Prasetyo Hadi menegaskan bahwa program ini merupakan salah satu pilar penting dalam kebijakan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Ia menambahkan, perbaikan sistem pengawasan terus dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang. “Kita evaluasi terus supaya program ini benar-benar tepat sasaran,” ungkapnya.
Selain itu, pemerintah juga melibatkan berbagai kementerian dan lembaga dalam memperkuat koordinasi pelaksanaan MBG. Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan, serta pemerintah daerah diminta aktif dalam pengawasan dan sosialisasi kepada sekolah serta penyedia layanan makanan.
Hingga saat ini, MBG telah menjangkau jutaan siswa di berbagai wilayah Indonesia. Evaluasi berkala dilakukan untuk menyesuaikan menu dengan kebutuhan gizi serta kearifan lokal masing-masing daerah.
Sejumlah ekonom menilai, jika program diubah menjadi uang tunai, potensi kebocoran atau penggunaan yang tidak sesuai kebutuhan anak bisa terjadi. Oleh karena itu, skema pemberian langsung dalam bentuk makanan tetap dipandang lebih tepat.
Meski demikian, pemerintah tidak menutup kemungkinan melakukan inovasi dalam teknis distribusi makanan. Transparansi serta pelibatan masyarakat lokal, termasuk UMKM penyedia bahan makanan, terus diperluas untuk meningkatkan kualitas layanan.
Dukungan publik terhadap MBG juga cukup besar, terutama dari kalangan orang tua dan tenaga pendidik yang melihat manfaat langsung bagi anak-anak di sekolah. Banyak pihak menilai bahwa pola makan yang lebih teratur di sekolah telah membantu meningkatkan konsentrasi belajar siswa.
Pada saat yang sama, sejumlah LSM dan pengamat pendidikan mengingatkan agar pemerintah memperhatikan aspek keamanan pangan. Standar higienitas dan kualitas bahan makanan harus menjadi prioritas utama agar kasus keracunan tidak terulang.
Dengan demikian, perdebatan mengenai pilihan antara uang tunai atau makanan bergizi dipandang sebagai bagian dari dinamika kebijakan publik. Namun, pemerintah tetap berkomitmen mempertahankan MBG sebagai strategi utama dalam mendukung generasi sehat dan cerdas.
Program Makan Bergizi Gratis merupakan salah satu langkah strategis pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sejak usia sekolah.
Wacana perubahan menjadi bantuan uang tunai muncul sebagai respons atas beberapa kendala teknis, khususnya kasus keracunan makanan yang terjadi.
Pemerintah menegaskan bahwa skema MBG yang ada saat ini masih paling sesuai untuk menjamin gizi anak sekolah secara merata.
Evaluasi serta pengawasan terus diperkuat, termasuk melibatkan berbagai pihak untuk menjaga kualitas layanan makanan.
Dengan komitmen tersebut, MBG tetap diharapkan mampu menjadi fondasi bagi lahirnya generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing di masa depan. (*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v