Jakarta EKOIN.CO – Wacana merger Garuda Indonesia dengan Pelita Air menuai penolakan dari pengamat aviasi Gerry Soejatman. Menurutnya, langkah itu berpotensi mengancam persaingan sehat di sektor penerbangan domestik yang saat ini masih membutuhkan kompetisi kuat.
Gabung WA Channel EKOIN
Gerry menilai Garuda sebaiknya melanjutkan pemulihannya tanpa mengandalkan merger. Ia menegaskan, persaingan di industri penerbangan domestik tetap perlu dijaga demi konsumen dan keberlangsungan maskapai lain.
“Saya kurang setuju. Garuda butuh melanjutkan recoverynya, dan sektor domestik butuh kompetisi,” ujarnya dalam keterangan pers, Senin (15/9/2025).
Persaingan Maskapai Harus Dijaga
Menurut Gerry, pemerintah belum menyesuaikan Tarif Batas Atas (TBA) dengan kenaikan biaya operasional. Kondisi tersebut membuat pemulihan Garuda menjadi lambat sekaligus menghambat pemain baru masuk ke pasar.
Ia menyebut Pelita Air telah mampu memberikan alternatif bagi masyarakat dengan rekam jejak keuangan yang stabil dan kualitas operasional yang baik.
“Karena kebijakan pemerintah yang enggan mengubah TBA agar disesuaikan dengan kondisi sekarang, ya mau gak mau kompetisi tersebut harus diadakan meskipun menggunakan anak perusahaan BUMN lain, dan Pelita memenuhi kebutuhan tersebut dengan prestasi yang bagus dan keuangan yang stabil,” kata Gerry.
Selain itu, Gerry menilai Pelita berperan sebagai cadangan penting bila Garuda gagal keluar dari kewajiban setelah menjalani proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).
“Garuda mending fokus sama business plan dia, dan Pelita tetap menjadi maskapai yang growth-nya konservatif dengan mengedepankan kualitas produk dan bukan national pride, sebagai back up kalau Garuda gagal keluar dari kondisi sekarang,” tegasnya.
Risiko Konsolidasi BUMN Aviasi
Gerry juga memperingatkan bahwa konsolidasi antar-maskapai BUMN bisa berdampak pada persaingan usaha. Jika kompetisi berkurang, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) diprediksi akan turun tangan melakukan pengawasan.
“Kalau aliansi dalam negeri, tentu harus dilihat apakah akan menjaga kompetisi atau menggerus kompetisi. Kalau menggerus, ya KPPU tentu tidak akan tinggal diam,” katanya.
Ia menambahkan, tantangan Garuda masih berat dan tidak bisa diatasi dengan hanya menambah modal atau merger. Menurutnya, merger justru bisa menimbulkan masalah baru bila Garuda tidak berhasil pulih.
“PR Garuda itu banyak banget, dan solusinya tidak bisa dengan hanya diberi uang dan merger dengan airline BUMN lain. Kalau Garuda gagal pull out dari masalah mereka, sedangkan Pelita sudah dimerger, terus nanti bagaimana? Pelita masuk ke sektor penerbangan berjadwal sebagai cadangan kalau PKPU Garuda gagal. Nanti kalau di-merger lalu Garuda tidak bisa recover ya bagaimana? Apakah Pertamina harus bangun ulang Pelita lagi di sektor berjadwal?” jelas Gerry.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri mengonfirmasi bahwa pihaknya memang tengah menjajaki penggabungan Pelita Air dengan Garuda Indonesia.
“Kita sedang penjajakan awal untuk penggabungan dengan Garuda Indonesia,” ujar Simon saat rapat dengan Komisi VI DPR, Kamis (11/9/2025).
Simon menekankan, Pertamina ingin fokus pada bisnis inti di sektor minyak, gas, dan energi terbarukan sehingga merger Pelita menjadi salah satu opsi strategi perusahaan.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v