Jakarta EKOIN.CO – Ancaman gempa besar Megathrust kembali disorot para peneliti. Zona subduksi di selatan Jawa berpotensi memicu guncangan hingga magnitudo 8,7 yang berlanjut dengan tsunami mencapai 20 meter. Fenomena tsunami ini bisa melanda berbagai pesisir, dari Jawa, Banten, Lampung hingga menjalar ke utara Jakarta.
Gabung WA Channel EKOIN
Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, menjelaskan energi yang terkunci di segmen subduksi selatan Jawa terus bertambah seiring waktu. Ketika dilepaskan mendadak, energi tersebut bisa memicu guncangan sangat kuat yang berpotensi menimbulkan tsunami besar.
Tsunami 20 Meter Ancam Selatan Jawa
Menurut Rahma, jika segmen Selatan Jawa, khususnya wilayah Pangandaran, pecah, maka tsunami bisa mencapai 20 meter. Gelombang besar itu akan menjalar ke arah Selat Sunda hingga ke pesisir Banten dan Lampung.
“Semua pesisir Banten itu akan berdampak tapi dengan tinggi (tsunami) yang berbeda-beda,” ujarnya. Ia memperkirakan gelombang di Banten mencapai 4 hingga 8 meter, sementara seluruh pesisir Lampung di Selat Sunda diprediksi terdampak.
Tidak hanya itu, Rahma menambahkan tsunami juga akan mencapai Jakarta. Pesisir utara ibu kota diprediksi diterjang gelombang setinggi 1 hingga 1,8 meter dalam waktu sekitar 2,5 jam setelah gempa besar terjadi.
Risiko Megathrust di Berbagai Wilayah
Dari perhitungan BRIN, kawasan selatan Jawa akan terdampak tsunami dalam waktu 40 menit, sedangkan Lebak, Banten hanya membutuhkan 18 menit untuk diterjang gelombang. Sementara itu, Jakarta diperkirakan menjadi salah satu daerah terakhir yang merasakan dampak, meski tetap berisiko tinggi.
Rahma menegaskan bahwa potensi ini bukan untuk menimbulkan kepanikan, melainkan kewaspadaan. “Kalau Jawa bagian selatan 40 menit sudah sampai, Lebak itu 18 menit. Yang kena imbas itu pertama kali adalah wilayah Jakarta Utara,” jelasnya.
Megathrust sendiri merupakan gempa dengan mekanisme pergeseran lempeng di zona subduksi. Indonesia yang dikepung 13 segmen Megathrust berada dalam posisi rawan. Selain Selatan Jawa, segmen di Sumatera seperti Enggano juga diamati ketat oleh para ilmuwan.
BRIN mengingatkan dampak Megathrust tidak hanya sebatas tsunami. Risiko lain meliputi korban jiwa, cedera, kerusakan infrastruktur, kerusakan lingkungan hingga guncangan sosial. Oleh sebab itu, kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah dianggap mutlak.
Pakar kebencanaan menekankan pentingnya edukasi publik mengenai jalur evakuasi, sistem peringatan dini, dan tata ruang wilayah pesisir. Peningkatan kapasitas mitigasi menjadi kunci agar dampak Megathrust dapat diminimalkan.
Indonesia memiliki sejarah panjang terkait gempa besar dan tsunami, mulai dari Aceh 2004 hingga Palu 2018. Catatan sejarah ini, menurut para peneliti, harus dijadikan pelajaran agar masyarakat tidak abai terhadap potensi bahaya serupa di masa depan.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v