Jakarta EKOIN.CO – Polemik kenaikan tarif sewa kios di District Blok M Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mencuat setelah pedagang mengeluhkan biaya sewa yang melonjak hingga Rp4,5 juta per bulan. Direktur Utama PT MRT Jakarta, Tuhiyat, mengaku terkejut sekaligus tidak mengetahui adanya kenaikan tarif tersebut.
Berita lengkapnya dapat diikuti melalui saluran resmi WA Channel EKOIN di: https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v
Tuhiyat menegaskan pihak MRT Jakarta sama sekali tidak diberitahu mengenai perubahan tarif sewa yang dinilai memberatkan pedagang. “Yang (kenaikan) itu kita tidak tahu. Karena kami tidak diberitahu,” ujarnya kepada wartawan, Kamis 4 September 2025.
Kenaikan Sewa Kios di Blok M
Sejak Januari 2025, pengelolaan District Blok M diserahkan kepada PT MRT Jakarta berdasarkan penugasan dari Pemprov DKI. Dalam pengelolaannya, MRT menggandeng koperasi pedagang. Tarif awal disepakati sebesar Rp300 ribu per bulan untuk anggota koperasi dan Rp1,5 juta bagi non-anggota.
Namun, dalam satu bulan terakhir, pedagang menerima tagihan baru dengan nominal jauh di atas kesepakatan. Koperasi disebut menarik sewa hingga Rp4,5 juta per bulan bagi kios non-anggota atau pihak kedua. Kondisi ini membuat sejumlah pedagang resah dan memilih hengkang dari kawasan tersebut.
“Ini tiba-tiba karena dalam satu bulan terakhir baru ditagihkan ini. Yang sebelumnya itu sesuai dengan kesepakatan,” jelas Tuhiyat.
Andre Mandor, pemilik kios Mi Chang, menjadi salah satu pedagang yang terdampak. Ia mengaku awalnya penuh optimisme saat memutuskan berjualan di Blok M. Bahkan, ia rela mengeluarkan Rp19 juta untuk mengambil alih sewa kios dari penyewa sebelumnya.
Andre menjelaskan, sistem pembayaran sewa yang ia ikuti berasal dari penyewa lama, yaitu melalui koperasi pedagang (Kopema). Ia membayar sekitar Rp3 juta per bulan untuk dua kios yang digabung dari tiga unit kecil.
Pedagang Terjepit Masalah Ganda
Masalah semakin pelik ketika listrik kios Andre padam saat ia hendak berjualan pada Agustus lalu. Freezer dan showcase tidak berfungsi sehingga bahan makanan terancam rusak. Saat mengadukan masalah, ia hanya diminta bersabar oleh pihak koperasi.
Tak lama kemudian, muncul kabar bahwa seluruh pedagang Blok M District belum membayar sewa ke MRT sejak Januari, meski mereka rutin membayar ke Kopema. “Data yang kita cek ternyata kita di Blok M District itu belum bayar dari bulan Januari mas, seluruhnya. Sedangkan kita pedagang itu dari bulan Januari sebenarnya sudah bayar sama Kopema. Nah Kopema yang tidak bayar ke pihak MRT,” jelas Andre.
Situasi bertambah rumit setelah MRT Jakarta menagih ulang biaya sewa kepada pedagang. Mereka yang sebelumnya sudah membayar ke Kopema, dipaksa membayar lagi jika ingin listrik kios kembali menyala.
Polemik ini tidak hanya merugikan pedagang secara finansial, tetapi juga menimbulkan ketidakpastian usaha di Blok M. Para pedagang mendesak adanya transparansi dan solusi agar usaha mereka tetap berjalan.
(*)
Berlangganan gratis WA NEWS EKOIN lewat saluran Whatsapp EKOIN di : https://whatsapp.com/channel/0029VbAEmcR6mYPIvKh3Yr2v